Pada akhirnya proyek property perusahaan Fendy Atma yang bekerjasama dengan perusahaan Bimo di serahkan penanganan sepenuhnya ke tangan Melody. Fendy hanya memantau dari balik layar jika Melody membutuhkan masukan atau saran dari dirinya. Selain bisnis property, bisnis eksport import yang juga menjadi andalah bisnis Fendy sebagian besar urusannya juga sudah mulai di serahkan ke tangan putri tunggalnya ketika lelaki itu menilai bahwa Melody bisa memegangnya dengan baik.
Untuk dua kepercayaan yang Fendy serahkan kepada Melody, salah satunya menjadi alasan bagi gadis itu untuk segera menuju ke kantor pusat perusahaan Bimo pada hari ini. Bos dari perusahaan itu mengundangnya untuk datang meeting di perusahaan mereka.
Melody sudah berada di parkiran mobil hendak berangkat ke kantor Bimo ketika sebuah suara terdengar mengajaknya bicara.
“Elo berangkat sama gue aja, Mel,” ajak Bimo yang mendekatinya sambil memegang beberapa map.
“Kok elo ada di
Beberapa hari tak ada yang berubah dengan sikap Alfa kepada Melody setelah kejadian Melody bersama Bimo yang berjudul insiden meeting kala itu. Alfa tak mengungkitnya. Melody sendiri enggan membahasnya, karena sejujurnya dia bingung harus bersikap bagaimana. Petuah sisil untuk meminta maaf pada cowok itu belum dia laksanakan. Meski sudah ada komitmen yang agak manis di antara keduanya, tapi sepertinya rasa enggan dan tengsin masih mendominasi dalam keseharian mereka. Melody menunggu Alfa mengungkitnya. Dengan begitu dia akan memiliki kesempatan untuk berbicara menjelaskan sekaligus minta maaf padanya. Tapi dia tunggu berapa lama-pun tak nampak hilal pembicaraan mengenai masalah itu bakal terluncur dari bibir Alfa. Seperti biasa, Alfa nampak diam dan tak acuh seperti tak terjadi apapun.Dengan diam Alfa yang sudah menghabiskan makanannya memperhatikan Melody yang sedang menunduk makan di depannya. Tak banyak percakapan tercipta di antara keduanya. Siang ini mereka memutuskan u
Melody masuk ke ruang kerja Fendy dengan wajah tertekuk."Nah ini Melody, kebetulan kamu kesini," sapa Fendy kepada putri semata wayangnya begitu tubuh mungil itu melewati pintu, masuk dan duduk di kursi sebelah Bimo. Bimo menyambutnya dengan senyuman yang tak terbalas oleh Melody karena fikiran gadis itu tengah sibuk pada acara Alfa yang pamit keluar kantor."Ada apa, Pak?" tanya Melody dengan bahasa formalnya. Di dalam kantor emang dirinya membiasakan bersikap profesional, meski kalau di rumah jangan di tanya seberapa manjanya dia pada papa kesayangannya."Pak Bimo lagi jelasin jalannya proyek yang akan kita tangani mulai minggu depan. Pak Edward sudah deal dengan semua rencana kita, nah karena ini sudah mulai awal kamu yang pegang, jadi untuk koordinasi dalam perjalanan proyeknya nanti sebaiknya kalian lanjut urus berdua. Kecuali ada permasalahan yang membutuhkan masukan saya, Melody bisa konfirmasi supaya bisa bantu diskusikan ulang dengan Pak Edward d
Alfa baru saja tiba di kantor perusahaan Fendy Atma ketika jam istirahat tiba. Setengah hari ini dia menghabiskan waktunya karena ada meeting di perusahaan Angkasa. Lebih tepatnya sejak beberapa hari lalu kurang lebih semingguan. Jika tidak terbebani rindunya kepada Melody mungkin dia hanya akan menghabiskan hari kerjanya di kantor papanya. Tapi sudah beberapa hari ini dia ijin ngantor di perusahaan Angkasa karena adanya persiapan dan pelaksanaan rapat umum pemegang saham di sana. Setelah mengenal dunia usaha yang nyata, Alfa tak tega meninggalkan orang tuanya sendirian menghadapi jajaran direksi dan para pemegang saham besar dengan beragam karakter yang ada. Ada yang baik, ada yang culas. Ada yang diam menurut dan ada yang vokal dan frontal. Seperti biasa, akan banyak pertanyaan dan banyak tuntutan di dalam rapat. Hingga akhirnya kemarin sore semua terselesaikan dengan baik, dan hari ini dia tinggal bantu merapikan laporan bersama papa dan orang-orang kepercayaan papa di kantornya.
Dua mobil beriringan masuk ke halaman luas sebuah vila yang cukup besar dan mewah di kawasan puncak. Vila dua lantai milik keluarga Alfa, bercat putih dengan arsitektur modern yang terlihat paling besar di antara bangunan lain di sekelilingnya. Tak salah vila ini jadi pilihan karena keluarga Alfa adalah pencetus awal acara liburan bersama akhir tahun ini. Begitu turun dari mobil dua keluarga itu segera saling menyambut. Nela dan Meira saling berpelukan, begitupun Melody yang mendapat pelukan hangat dari Nela. Rudi bersalaman dengan Meira dan Fendy, kemudian memeluk hangat Melody selayaknya putri kandungnya yang lama tak berjumpa. “Sehat selalu, Sayang?” sapa Rudi begitu melepas pelukan singkatnya kemudian mengusap lembut kepala Melody. “Sehat selalu, Om,” jawab Melody sambil tersenyum. “Kak Mel,” sapa Boy yang mendekat ke arah gadis itu setelah salim pada kedua orang tua Melody. “Hai Boy, tambah tinggi aja, lo,” sapa Melody sambil mengacak ram
Melody bertahan pada posisi berdirinya, menatap tak percaya sosok yang malam ini berada di kamarnya. Tubuh tegap yang hanya berbalut kaos warna gelap tanpa lengan dengan bawahan celana pendek yang pada akhirnya menampilkan pemandangan langka seorang Alfa yang berkulit putih bersih. Pemandangan langka yang baru sekali ini dia lihat dari cowok itu. Melody merasa malu menyaksikannya, tapi keterkejutannya justru membuat dia tak mengalihkan pandangan dari cowok yang duduk diam di pinggir ranjangnya. Jika boleh jujur, Alfa pun merasakan hal yang sama. Baju minim Melody yang nampak halus dan elegan melekat pas di tubuh mungil ramping dan putih itu saat ini sangat mengganggu fikirannya. Secuek apapun dirinya, dia tetaplah lelaki normal yang memiliki hasrat. Selama ini dia fine melihat penampilan Melody di rumah yang seringkali mengenakan t-shirt santai dan celana hotpants yang seringkali memamerkan kulit mulusnya. Dia sudah terbiasa melihat pemandangan seperti itu karena di luar san
Melody tengah membantu Pak Mat menyiram bunga ketika orang-orang kembali dari acara jogging pagi itu. Boy segera berlari menghampiri calon kakak iparnya yang pagi ini nampak cantik dan seksi dengan rok mini santai di atas lutut. “Kak Mel udah baikan?” tanya Boy dengan nada khawatir. “Udah mendingan, kok,” jawab Melody sambil tersenyum. Namun sepertinya Boy tak percaya begitu saja. Dia menoleh ke arah mamanya dan mama Melody yang baru tiba. “Eh Sayang, badan kamu sudah enakan?” tanya Nela yang mendekat dengan raut wajah penuh kekhawatiran. "Mel udah baik-baik aja, Tante," jawab Melody sambil tersenyum meyakinkan. “Tante Mei, Kak Mel kalau sakit apakah suka bohong?” tanya Boy yang sengaja bertanya pada Meira karena merasa perempuan itu adalah yang paling mengenal putrinya di banding orang lain. Tiga lelaki dewasa lainnya yang baru datang hanya duduk-duduk di teras vila menyimak percakapan pagi itu. Meira tersenyum dan mengangguk ke arah
Melody memilih berbaring sambil menarik selimut tebalnya sampai batas dada sebagai isyarat bahwa dia tak ingin terjadi apa-apa malam ini. Cukup Alfa tidur di sampingnya tanpa berbuat sesuatupun seperti yang terjadi kemarin malam. Di ranjang luas itu, Alfa berbaring miring menghadap Melody. Lampu tidur sudah di nyalakan, sinar temaramnya menjanjikan suasana romantis yang syahdu. Melody mencoba menahan nafas supaya tak menangkap aroma parfum maskulin yang entah kenapa berhasil membuatnya semakin gila dan berfantasi ria. Dia tak ingin pertahanan dirinya roboh, dengan sekuat tenaga menahan diri sendiri jangan sampai melihat ke arah Alfa karena takut tergoda pada dada bidang yang kenyataannya memang sungguh nyaman sebagai tempat untuk menghilangkan rasa dinginnya malam. Apalagi dada tanpa pelapis kain seperti yang dia rasakan kemarin malam. “Ahhh … tidakkkkk … kenapa anganku menjadi segini mesumnya???” keluh Melody dalam hatinya. Alfa hanya senyum-senyum melihat sikap dia
Cuaca sedikit mendung mewarnai malam pergantian tahun baru. Gerimis sudah membasahi bumi sejak siang tadi, namun untungnya semakin malam cuaca semakin cerah meskipun tak nampak bintang ataupun rembulan di langit. Setidaknya, bukan hujan deras dan badai yang mewarnai malam ini hingga bisa membatalkan acara banyak orang yang sudah jauh-jauh hari merencanakan kebersamaan. Mungkin dengan keluarga mereka, teman-teman atau orang terkasih mereka. Malam pergantian tahun adalah saat paling istimewa untuk di habiskan bersama. Kita review kehidupan selama setahun kemarin yang sudah di jalani, yang baik di tingkatkan dan yang kurang baik untuk segera di rubah menjadi baik atau di tinggalkan. Untuk tahun yang baru datang, kita siapkan sebaik mungkin rencana-rencana terbaik untuk mencapai segala mimpi dan harapan kita, dengan doa dan usaha yang berjalan bersama niscaya semua pasti akan tergenggam kedua tangan kita. Melody beserta semua penghuni vila menghabiskan waktu dengan persi