“Darimana kau tahu semuanya, Dewa?” tanya Rasti dengan suara tercekat.“Apa kau…?”Dan seketika Rasti teringat kalau kardus yang berada di bawah tempat tidurnya ketika dia diculik itu seperti habis terbuka. Namun Rasti tidak pernah mengira kalau itu adalah Dewa. Dia pikir itu adalah ulahnya yang terakhir kali membukanya untuk melihat foto Farheen, karena hingga saat ini sebenarnya Rasti masih menunggu kedatangan Farheen dan meminta maaf kepadanya. Namun, Rasti merasa itu adalah hal yang mustahil, tidak mungkin Farheen masih menyendiri sepertinya. Farheen saat ini pastinya sudah memiliki keluarga. Walaupun Rasti tidak tahu di mana keberadaan Farheen saat ini."Dewa, apa maksudmu?" tanya Rasti akhirnya.Karena dia begitu penasaran dengan apa yang disampaikan Dewa tersebut.Dewa menghela nafas berat dan menatap Rasti dengan pandangan yang sendu."Apa Ibu pikir Ibu bisa menyembunyikan semuanya selamanya? Aku sudah tahu semuanya, Bu. Kalau aku memiliki ayah yang bernama Farheen, aku bukan
“Astaga!” ujar Dewa terkejut.Dor!Satu lagi kejutan buat Dewa, orang tersebut melepaskan tembakan. Dan beruntungnya tidak mengenai apapun, karena Dewa sudah mempercepat laju kendaraannya dengan kecepatan maksimal."Sebenarnya apa yang kalian inginkan dari seorang Dewa ini? Kenapa kok bisa-bisanya ada yang mengejar seperti ini?" tanya Dewa di dalam hatinya, karena dia bingung tiba-tiba dia seperti dikejar-kejar oleh seorang musuh.Padahal Dewa merasa tidak pernah memiliki seorang musuh pun.Dewa menghela nafas berat ketika dia melihat motor tersebut tidak lagi mengikutinya, dan saat ini pun memang dia sudah hampir tiba di rumah mereka.Sebenarnya dalam hati Dewa masih bertanya-tanya, apa tujuan orang tersebut yang mencoba untuk mengejarnya dan melakukan penembakan seperti itu? Dewa benar-benar dibuat bingung dengan orang-orang yang tidak dikenalnya, padahal Dewa bukanlah siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa.Dewa mencoba mengingat-ingat, apakah dia pernah memiliki masalah dengan ora
“Maksudnya?” tanya Kalila."Anggap saja selama pernikahan kita aku mengelola Daraka darimu, atau aku meminjam Daraka darimu. Nanti setelah waktunya aku akan kembalikan kepada kau jika aku sudah berhasil membuat grup Deka," ujar Dewa sambil tersenyum.Dia harus mengatakan hal ini kepada Kalila, agar Kalila tidak selalu memandangnya dengan curiga dan tidak selalu menghinanya."Jadi, maksudmu kau hanya meminjam Daraka. Dan setelah kau membangun perusahaan baru kau akan mengembalikannya. Enak sekali hidup kau, membuat perusahaan tanpa modal hanya dengan pinjaman seperti itu," cibir Kalila kepada Dewa.Kalila merasa tidak terima jika Dewa melakukan hal itu kepadanya."Anggap saja seperti itu, karena aku juga jika pun mendirikan perusahaan-perusahaan baru, grup baru apapun namanya aku harus bekerja keras, ya kan? Aku tidak bertopang tangan buat menikmati keuntungan Daraka. Aku dan Ari bekerja keras membuat strategi bisnis yang bisa kami gunakan. Jadi, aku rasa itu adalah hal yang wajar jika
"Sekarang bapak kerja saja dulu deh, nanti aku jelaskan. Sekarang aku panggilkan dulu si Chika biar dia buatkan dulu kopi dan makanan yang terenak buat bapak," ujar Ari sambil tersenyum dan meninggalkan ruangan Dewa."Dasar sekretaris yang kadang tidak tahu waktu," ujar Dewa menggerutu yang membuat Ari tampak tergelak.Tidak berapa lama terdengar teriakan nyaring dari mulut Ari yang memanggil Chika, si office attendance yang harus menyiapkan kopi untuk Dewa dan juga cemilan yang bisa membuat Dewa semangat, karena Ari melihat Dewa yang kurang semangat.Dewa hanya menggelengkan kepalanya, dia bersama Ari benar-benar merasa seperti bersama dengan seorang sahabat yang baik. Karena hanya Ari-lah orang yang mempercayai kemampuannya, dan awal-awal dia memimpin Daraka hanya Ari-lah orang yang paling setia mendampinginya. Karena beberapa karyawan lainnya ketika mereka terusir dari Kalila group, banyak dari mereka malah memilih untuk resign. Dan saat ini ketika Daraka mulai kembali menunjukkan
“Pak Dewa beneran gak paham atau pura-pura?” tanya Ari.“Kalau aku tahu gak mungkin nanya!” jawab Dewa yang masih merasa penasaran.Ari kemudian menjelaskan kalau ternyata perusahaan Manzi itu berada di bawah perusahaan Nurmanegara Group, itu artinya perusahaan itu adalah salah satu anak perusahaan milik mertuanya Dewa.Dan Ari jadi berpikir positif kalau William Nurmanegara ingin membantu Dewa. Namun, Dewa memiliki pemikiran yang lain, sangat berbeda dengan pemikiran Ari."Sejak kapan William Nurmanegara perhatian kepada menantunya?" tanya Dewa terkekeh, karena Dewa tahu William tidak pernah menyukainya.William bahkan beberapa kali mengirimkan pesan ancaman kepada Dewa akan melakukan pembunuhan jika Dewa tidak meninggalkan Kalila dan Daraka. Namun, Dewa tidak pernah mengindahkan hal itu. Dewa pikir ketika mertuanya selama ini diam karena dia tahu jika anaknya memiliki suatu kelainan. Namun ternyata William sedang memikirkan cara yang lainnya untuk menjatuhkan Dewa."Mungkin dia pik
"Hari ini tidak ada jadwal orang yang ingin menemui Bapak," ujar Ari dengan mengernyitkan keningnya.Dia begitu penasaran siapakah orang yang akan bertemu dengan Dewa.Bahkan orang tersebut tahu-tahunya sudah berada di customer service. Seharusnya orang tersebut bukan di customer service melainkan berada di ruang tunggu yang disediakan di dekat pos security. Karena security lah yang seharusnya memastikan kepada customer service orang tersebut boleh masuk atau tidak. Barulah jika customer service mendapat izin dari Ari maka orang tersebut baru boleh menunggu di ruangan yang berada di lantai bawah."Kenapa sekarang malah orang tersebut berada di customer service?" tanya Ari sambil bergumam.Ari kemudian mengambil gagang telepon dan menghubungi customer service."Siapa nama orang yang ingin bertemu dengan Pak Dewa? Seharusnya hari ini tidak ada jadwal orang yang ingin bertemu beliau. Bukankah sudah aku sampaikan dari pagi tadi di meja customer service bahwa hari ini Pak Dewa tidak ada j
“Aku akan pastikan kalau Daraka masuk ke Nurmanegara Group!” bentak William dengan nafas tersengal-sengal saking marahnya.Dewa masih terdiam melihat ke perilaku mertuanya. Meskipun sudah tua, namun masih memiliki tenaga yang tinggi untuk menggebrak meja Dewa, takut kalau nanti meja tersebut pecah dan mengenai tangannya hingga terluka."Kalila yang mengeluarkan Daraka dari groupnya, bukan kami yang ingin keluar.""Dan Daraka tidak masuk grup kepada siapapun. Tapi, Deka grup adalah perusahaan yang akan aku bangun dengan nama Dewa Alkaizar grup. Dan Daraka adalah salah satu perusahaan yang sudah terdaftar di bawah Deka grup," jawab Dewa sambil tersenyum, sehingga membuat William tampak benar-benar terkejut.William tidak menyangka kalau ternyata Dewa sudah akan mendirikan sebuah perusahaan dan Dewa pun menjelaskan kalau perusahaan tersebut sedang dalam proses pengurusan izin beroperasional."Terima kasih, Bapak yang telah mengirimkan salah satu perwakilan dari anak perusahaan Bapak yang
"Dasar menantu kurang ajar!" teriak William marah.“Maaf, Pak. Kami terlalu sibuk saat ini,” jawab Dewa sambil tersenyum.“Kau akan menyesal, Dewa!” teriak Wollia yang akhirnya mengikuti langkah kaki Ari yang akan mengantarkan William menuju ke lantai satu agar pulang.Dewa hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sang mertua yang benar-benar membuatnya tidak habis pikir, ada-ada saja kelakuan dari William yang membuat dia kesal.Padahal Dewa tidak pernah membuat William kesal, namun William terus saja mengusik kehidupannya dan Kalila, hanya karena dia tidak ikhlas dan tidak rela jika Kalila memberikan Daraka kepada Dewa."Tenang saja, Papa Mertua. Daraka pasti akan aku kembalikan kepada Kalila secepatnya," gumam Dewa sembari menyeruput kopi panas yang berada di depannya.Hal itulah sebenarnya yang membuat Dewa ingin mengembalikan Daraka kepada Kalila, walaupun nanti dia bisa membuat Daraka mendapat keuntungan yang lebih dari target.Jika nanti kontrak pernikahan mereka habis De