Selain itu...
Jauh, jauh di lubuk hati terdalam, Rosie pun takut. Dia gamang jikalau Edward yang dia cintai pada akhirnya akan berubah menjadi Maxy Louis kedua. Edward Quin, pemuda itu berulang kali menyatakan rasa cinta padanya, betapa dalam perasaannya untuk Rosie. Semakin Edward berkata demikian, makin ragu Rosie jadinya.
Karena bagi Rosie pemuda yang sama pernah dengan yakin menyatakan sangat mencintai Alice, tidak akan mengkhianati gadis itu. Nyatanya, Edward Quin mengkhianati Alice, gadis baik hati yang telah sepuluh tahun setiabmenemani.
Maka apa yang akan terjadi pada Rosie? Apakah dia juga akan bernasib sama seperti Alice? Rosie selalu gelisah ketika pertanyaan itu melintas. Sebab dia mungkin tidak akan pernah bisa bangkit jika Edwrad juga berhenti mencintainya dan membuangnya seperti yang terjadi pada Alice.
Tapi sekarang dia yakin. Edward telah berhasil menghapus ketakutan Rosie sepuluh tahun lalu. Edward
"Rasanya..." Claire menggantung kalimatnya segaja untuk membuat dua wanita lain makin penasaran dan bersemangat.Tapi belum sempat dia lanjut, pintu kamar Rosie, tempat mereka melakukan 'rapat' penting terbuka dan Edward berdiri di ambang pintu. Edward menyilang kan tangannya di dada sembari berkata, "Rasanya kalian harus berhenti bergosip.""Siapa yang gosip? Kami sedang ber-dis-ku-si. Tahu?" Alice mengelak dan langsung dapat anggukan suportif dari dua kawannya."Hey! Alice Cooper John, bukannya kau minta aku beri cuti David agar kalian bisa punya quality time lebih banyak? Kenapa kau malah main ke rumah orang setiap hari?""Ini juga quality time, Edward! Menghabiskan waktu berharga bersama keluarga dan kerabat. Lagian Samuel 'kan tidak bisa jauh dari Eros. Mereka itu sabahat bagai kepompong!"Edward memutar bola matanya dengan rasa terganggu yang kentara. Tidak bisa menerima penjelasan Alice yang
"Alice, ayo," seru Edward menarik Alice keluar ruangan.Pemuda Quin mengabaikan pertanyaan Alice dan penolakan sang calon istri. Terus saja Edward menggiring Alice ke basemen gedung hotel tempat pernikahan mereka seharusnya digelar. Edward memaksa Alice masuk ke Audi Saloon hitam miliknya lalu dia pun masuk dan mulai berkendara meninggalkan tempat acara pernikahan."Edward! Kita mau ke mana?" pekik Alice mulai histeris karena waktu pemberkatan telah berlalu setengah jam lalu.Pemuda di sebelahnya terus saja fokus pada jalanan, tidak menggubris segala pertanyaan Alice.Alice memperhatikan keluar jendela. Mereka sudah ada di luar Jakarta karena kanan dan kiri mereka hanya ada pohon tinggi menjulang. Jalanan yang mereka lalui pun sangat sepi, tidak ada mobil lain selain milik mereka."Berhenti Edward!"Masih tidak ada respon. Edward nampaknya menganggap Alice ini transparan.
Sepasang mantan kekasih menangis di dalam mobil hitam di tengah jalanan sunyi. Mereka berpelukan. Bukan pelukan antar sepasang kekasih, namun pelukan antara dua sahabat karib yang tengah patah hati. Pelukan yang tujuannya saling menguatkan.Edward membawa Alice ke salah satu penginaman milik keluarga Axel yang sudah dia persiapkan. Edward memang sudah merencanakan semua ini ketika Rosie meninggalkannya. Dia akan membawa kabur Alice dari acara pernikahan karena bagi Edward hanya itu satu-satunya waktu yang memungkinkan untuknya bicara dengan Alice. Lalu Edward akan meyakinkan Alice untuk membatalkan pernikahan mereka seperti yang barusan dia lakukan.Mereka menginap di penginapan bermaksud menghindari keluarga juga wartawan. Edward tidak mau Alice terguncang menghadapi gempuran semua orang yang pasti ingin tahu apa yang terjadi pada pasangan calon pengantin yang menghilang tepat sebelum upacara pernikahan. Hati yang patah sudah cukup membuat
Edward membuat banyak tanda cinta kemerahan di spot yang dia yakini adalah kelemahan Rosie. Tangannya bergrilya di balik gaun tidur merah menerawang hadian dari Claire, satu-satunya hal yang membuat Edward ingin berterimakasih pada super star menyebalkan itu.Dia melepaskan leher putih Rosie yang sekarang penuh tanda kemerahan. Bangkit, sembari mengagumi kecantikan istrinya, Edward menarik gaun tipis itu melalui kepala Rosie dan hanya meninggalkan pakaian dalam super seksi melekat pada tubuh ramping wanita yang dia cintai. Jantungnya memacu makin cepat, adrenalin kian meningkat, gairah Edward belum pernah sehebat ini selama sepuluh tahun terakhir. Dia masih ingat pertama dan terakhir kali hasratnya menyelubungi seluruh inderanya adalah saat dirinya dan Rosie bercinta di kamar Rosie sepuluh tahun lalu.Dalam kurun waktu sepuluh tahun Edward tak pernah sekali juga melirik lawan jenis apa lagi sampai berhubungan badan. Gairah dan nafsunya cuma be
Edward dan Rosie terpaksa menunggu di bandara sebab tidak ada tiket ke Jakarta yang tersisa mengingat waktu telah larut saat sepasang suami istri sampai. Tapi beruntung ada dua tiket untuk penerbangan pertama hari berikutnya.Rosie memaksakan menunggu pesawat yang baru berangkat empat jam lagi di ruang tunggu dari pada kembali lagi ke hotel. Kecemasannya makin meningkat saat ponsel Samuel yang selalu dikalungkan di lehernya tidak aktif.Edward mengusap punggung istrinya untuk menenangkan perempuan itu. Mata Rosie sudah nanar mengkuatirkan Samuel."Tenanglah, Rosie. Samuel pasti baik-baik saja." Edward mengecup surai hitam Rosie untuk menenangkannya meski dirinya juga sedikit panik."Aku takut Samuel kenapa-kenapa. Kami tidak pernah berpisah sejauh ini sebelumnya.""Aku janji anak kita akan baik-baik saja. Percayalah."Senyum menenangkan dari Edward mau tak mau memancing senyum kecil
Dulu, waktu Alice dan David menikah,tujuh tahun lalu, memang sepasang kekasih itu menghadapi banyak kesulitan. Orang tua Alice dan David sejak awal tidak menyetujui hubungan mereka. Tuan dan Nyonya John sangat murka ketika tau putrinya pacaran dengan orang yang lima tahun lebih muda. Setelah gagal menjadikan Edward menantu, mereka justru dapat bocah ingusan sebagai gantinya.Di sisi lain Tuan dan Nyonya dari David melihat Alice adalah gadis centil yang menjerat anak kesayangan dan kebanggaan mereka. Alice tak lebih dari perempuan penggoda yang akan merusak masa depan cemerlang David. Masa lalu Alice yang pernah gagal menikah sudah bisa membangun prasangka negatif tentang gadis itu, apa lagi Alice jauh lebih tua dari David.Dua keluarga menghentikan akses keuangan Alice dan David supaya mereka kesulitan dan menyerah satu sama lain. Tapi, keduanya tidak pernah menyerah, justru mereka menikah dua tahun setelah pacaran, Alice dua puluh lima tahun
Edward pamit untuk mencari Rosie sehabis menemui keluarga John. Tadinya Edward hampir babak belur dihajar Tuan John dan beberapa sepupu Alice, untung Alice datang di saat yang tepat dan menyelamatkannya. Gadis itu bilang bahwa keputusan pembatalan pernikahan bukan hanya keinginan Edward sepihak, tapi dirinya juga turut andil. Maka keluarga John tidak punya alasan lagi untuk menghajar atau menuntut Edward pasal insiden memalukan itu.Tuan dan Nyonya Quin sempat melarang Edward pergi. Mereka tetap bisa mencari Rosie tanpa Edward harus pergi sendiri mencarinya. Meski masih tidak habis pikir dengan tindakan sang anak, Tuan dan Nyonya Quin tetap saja tidak bisa kehilangan satu anak mereka lagi.Edward bergeming. Dia mengeraskan hati. mengabaikan permohonan kedua orang tuanya. Bagi Edward, menemukan Rosie adalah prioritas utama. Lebih penting dari pada studinya, lebih penting dari pada statusnya.Beberapa bulan setelah Edward pergi,
"Sebenarnya Ayah dan Ibu juga punya hal yang ingin kami bicarakan denganmu."Tuan Quin menatap manik hitam anaknya begitu juga Edward, lamat memandangi mata coklat sang ayah."Sebenarnya, Rosie adalah anak kandungku dan Eliza."Dengan itu Lewis menceritakan kisahnya dan Eliza mulai dari pertemuan pertama mereka dua puluh lima tahun yang lalu. Berlanjut pada hubungan yang terhalang restu orang tua Lewis karena status sosial. Sampai keputusan Eliza yang mengakhiri hubungan cinta mereka karena tahu Lewis akan dijodohkan dengan gadis lain pilihan keluarganya.Eliza kemudian pergi jauh supaya Lewis tidak bisa menemukannya dan memintanya kembali. Dia tahu bahwa Lewis adalah pemuda keras kepala yang tidak mudah menyerah begitu saja, sama seperti Edward. Yang tidak pasangan muda ketahui adalah ternyata Eliza tengah mengandung anak mereka. Eliza baru mengetahuinya ketika kandungannya berusia tiga bulan dan Lewis sudah