Share

Jangan Panik

Air muka Ara berubah kecut dan wanita itu tak mau membuang waktu. Ia segera mengemas pakaiannya ke dalam koper.

“Ra, kamu mau ke mana? Kok, malah buka lemari dan masukin baju ke koper.” tanya bapaknya yang saat itu sedang menggendong Dinda.

“Iya, Ra. Ada apa? Kok, ibu jadi ikutan resah gini.”

“Bukan cuma Ibu aja, tapi Dinda juga, nih,“ tunjuk ayah Ara kepada si kecil.

Layaknya seorang anak yang memiliki ikatan batin kuat terhadap sang ibu, gadis mungil itu kini tengah rewel, ingin masuk ke dalam pangkuan Ara. Dia menangis seakan ikut merasakan kegelisahan ibunya.

“Gedung tempat Ara buka usaha kebakaran, Pak. Sepertinya sudah waktunya bagi Ara kembali ke Jakarta.” Wajahnya mengekspresikan sesal yang amat dalam ketika harus menyampaikan berita buruk itu.

Bukan hanya sesal saja yang Ara rasa dalam dada, tetapi segelintir rasa syok yang kini membebani pikirannya juga telah menguasai setengah dari pikirannya.

Ibu dan bapaknya saling lempar pandang, sementara Ara masih sibuk mengemas pakaia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status