Share

Perasaan Jengkel

Fery bangun jam tiga pagi karena terganggu dengan sesuatu. Ketika tangannya mengucek mata, ia mendapati bapak mertuanya bernama Pak Wisnu sedang merapikan karung-karung di rumah.

“Bapak.”

“Eh, Fer. Kamu keganggu, ya.”

Pak Wisnu melirik Fery sekilas, tetapi tangannya tak berhenti membereskan karung-karung tipis itu dan mengikatnya dengan tali rafia.

“E-enggak, Pak.” Entah mengapa, ketika melihat penampakan sang mertua yang mirip preman itu Fery menciut sekali. Teringat soal permasalahan rumah tangganya, ia sedikit ngilu membayangkan bahwa mungkin Pak Wusnu akan sangat galak padanya.

“Kamu ngapain tidur di tengah rumah? Di kamar sana,” suruh Pak Wisnu. Saat itu aktivitas beres-beras karung sudah selesai.

“Di kamar gerah, Pak.”

Itu hanya alasan. Terpaksa Fery berbohong tentang ia yang tak diizinkan masuk ke kamar oleh Ara.

“Oh, gitu.” Pak Wusnu berdiri, menenteng gulungan karung. “Bapak pergi dulu, ya. Kamu bisa tidur lagi yang nyenyak,” sambungnya seraya pergi menuju pintu.

Fery dengan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status