Tidak menunggu waktu lama, Gavin segera meninggalkan kantor WR-Oil kemudian menuju kediaman Pablo. Begitu telah sampai, berapa terkejutnya dia saat mendapati Alexander memang berada di sana. Gavin tidak bisa membendung emosi lagi. Dua tanduk setan sudah terbit di atas kepalanya. Dia menudingkan kedua telunjuknya pas ke arah Alexander sambil membentak marah. “Bedebah sialan kau, Pecundang! Aku heran pada mu. Berani-beraninya kau menampakkan batang hidung mu lagi di sini.”Beruntung, kehadiran Gavin memang ditunggu-tunggu oleh Alexander. Bukankah dia mau balas dendam? Tanpa disuruh rupanya Gavin datang dengan sendirinya. Alexander membalas dengan sangat dingin, “Justru kau yang pecundang, Gavin. Kau gagal. Ya, kau gagal membantu ayah tirimu dalam melobi Tony Rockefeller. Jadi apa yang dapat kau banggakan sekarang? Kau adalah pecundang!”Gavin tertawa jahat sebelum berkata dengan angkuh. “Menantu menumpang seperti mu berani bicara demikian padaku? Apa kau tidak sadar diri? Hahaha.”Me
Meski kadang sering tidak waras, Winnie paham betul kalau seandainya putranya berkelahi dengan Alexander, sudah pasti Alexander yang unggul, menengok pada sejumlah peristiwa belakangan, seperti yang terjadi pada Martin Scott dan Neilson Callister. Jadi dia tidak mau putranya bakal jadi korban selanjutnya. “Hentikan, Gavin! Menjauh dari Alex!” jeritnya sambil berjalan tergopoh-gopoh. Tangan Gavin sudah berada dua puluh senti di hadapan wajah Alexander. Dia pikir, dia bakalan bisa menonjokkannya mungkin di pelipis. Tapi dia tidak tahu kalau refleks Alexander lebih cepat dari pada refleks ular dan bahkan kucing. Alexander bisa mengelak dari serangan yang bahkan sudah berada setengah senti dari tubuhnya. Dia sangat gesit dan luar biasa. Perlahan, Gavin menarik lagi kepalan tangannya sambil mundur dan berkata dingin, “Kau masih selamat, Pecundang! Kalau saja aku tidak berbakti pada orang tuaku, wajah mu pasti berdarah-darah. Untung saja. Kau harus bersyukur.” Setelah itu dia mengelua
Apa mungkin Pablo dan Winnie takut terhadap ultimatum dari Somers, di mana jika mereka berlaku buruk terhadap Alexander walau hanya sedikit saja, maka mereka bakal mendapatkan siksaan berat? Bisa jadi. Oleh karena itu, Winnie semampunya akan melayani Alexander dengan sepenuh hati agar tidak ada masalah lain di kemudian hari sehingga tidak ada hukuman apa pun yang mereka terima dari Somers. Oh, Gavin tidak tahan lagi. Dia menarik lengan ibunya dan menjauhkannya dari Alexander. “Hentikan, Ibu. Hentikan. Kenapa Ibu pakai minta maaf segala sama sampah ini? Apa salah Ibu dan Ayah selama ini? Sudahlah, tarik lagi perkataan Ibu barusan.”Gavin tidak ikhlas melihat ibunya menghinakan diri di hadapan menantu benalu ini. Kendati begitu, Winnie malah menepis genggaman tangan putranya. “Lepaskan, Gavin. Kau tidak mengerti apa pun.” Parahnya, Winnie justru menyuruh Gavin supaya juga turut meminta maaf. “Kau juga sering berbuat jahat terhadap Alex. Cepat minta maaf!”Terang saja Gavin menggelen
Inisiasi dari Winnie akhirnya bisa terwujud. Atas ide yang dia prakarsai, lima saudara kandung Pablo hadir pada acara makan malam besar ini. Tapi karena mendadak, Winnie tidak sempat masak, jadi karena itu dia cuma pesan makan secara online. Kendati begitu, lima Callister hadir tidak dengan tangan kosong. Masing-masing mereka membawa makanan yang cukup banyak agar pesta makan malam ini semakin meriah. Jangan sampai ada yang kecewa malam hari ini. Sungguh mengejutkan.Brendon Callister, sang anak sulung, hadir pertama kali. Dia sangat rapi dan wangi layaknya mau hadir di acara pesta resmi. Dia membawa steak mahal sebanyak dua belas porsi untuk semua yang hadir nanti. Winnie menyambut Brendon dengan senyuman penuh antusias. “Selamat datang, Pak Walikota.”“Aku bawa steak elit untuk kita semua. Untuk kepulangan Alex. Untuk merayakan kepulangan Alex Luther yang kita sayangi.”“Terimakasih, Pak Walikota. Terimakasih telah hadir. Dan tidak disangka, Pak Walikota datang lebih awal. Acara
“Alex, waktu itu kau pernah membahas tentang Dokter James Crick. Bisakah kau menceritakan lagi padaku?” pinta Brendon dengan wajah berharap. “Bukankah waktu itu Paman dan lainnya beranggapan aku sedang bergurau dan membual? Jika Paman tidak percaya beliau masih hidup, itu hak Paman. Soal aku belajar dari beliau, bisa Paman pikirkan sendiri, hal itu cukup sulit diterima.” Alexander masih heran kenapa Brendon tidak seperti biasanya. Tempo lalu Brendon dan saudara Pablo lainnya menertawai Alexander yang mengatakan bahwa Dokter James Crick dan beberapa korban lainnya masih hidup. Parahnya, mereka menilai Alexander sudah gila karena mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal. Tapi, kenapa tiba-tiba sekarang Brendon malah membahas hal itu lagi sekarang? Brendon menatap mata Alexander dan berkata, “Aku pikir, kau punya kemampuan yang sama seperti Dokter James Crick. Alex, ada sesuatu yang kau sembunyikan dari kami. Tapi kau tidak jujur pada kami.”Padahal, bukankah waktu itu Alexander suda
Brendon menaruh perhatian besar terhadap kehidupan rumah tangga Alexander dan Gabriella. Dia bakalan menjadi pembela dan penolong terdepan jika terjadi sesuatu pada rumah tangga mereka. Tak hentinya pula Brendon mengungkapkan rasa bahagianya pada Alexander karena sudah bisa kembali berada di rumah serta kembali pula mengingatkan agar jangan sampai berpisah lagi dari Gabriella. “Sebagai Paman yang baik hati, sudah sewajarnya aku bertindak seperti ini pada kalian. Mulai sekarang, aku akan mengutamakan kesejahteraan kalian berdua terlebih dahulu daripada menjalankan tugasku sebagai kepala daerah.”Memang agak berlebihan apa yang Brendon katakan tapi dia berkata dengan serius dan tidak ada maksud bercanda. Hal itu membuat Alexander semakin kaget tak kentara. Lantas, bagaimana Alexander menyikapinya? Brendon berdecak sekali sebelum berkata, “Ngomong-ngomong, bagaimana sekarang kondisi Kakek Somers? Apa sudah lebih baik sekarang?”Alexander menyandarkan punggung dan menjawab, “Karena pr
Winnie adalah orang yang paling sibuk. Dia hilir mudik ke sana kemari, sibuk menyiapkan segalanya. Jangan sampai ada yang kecewa. Dia yang menata piring, gelas, dan bahkan menuangkan air. Dia yang mengatur sedemikian rupa agar semua orang puas. Ketika Gabriella hendak membantu, Winnie mencegahnya dan membiarkan dirinya saja yang sibuk bekerja. Sembari Winnie mempersiapkan segalanya dengan cemerlang, lima kakak beradik Callister tentu saja tidak mungkin diam saat sedang bersama Alexander. Tadi Brendon sudah cukup lama berbincang. Kini giliran Harlow pula.Pria yang cukup tua itu merapikan posisi duduknya, sambil mengawasi wajah Alexander, dia pun berkata, “Alex, aku senang mendengar kabar bahwa kau sedang berusaha menyembuhkan penyakit Kakek Somers. Selain itu, atas desakan dari Kakek Somers pula, akhirnya kau bisa kembali ke rumah ini. Kami semua senang menyambut kedatangan mu kembali.”Alexander mengangguk pelan. “Aku juga senang kita semua bisa berkumpul bersama. Terimakasih tela
Shinta melontarkan pujian pada Alexander karena telah membantu proses kesembuhan Gabriella. “Kau seperti pernah berguru langsung dengan Dokter James Crick. Alex, kau bahkan lebih tangguh daripada dokter kebanyakan di rumah sakit. Aku mengakui tidak mudah menyembuhkan penyakit yang diderita oleh Gabriella. Tapi tidak disangka kau bisa melakukannya. Ketika aku mendengar kabar bahwa kau membantu kesembuhan Kakek Somers, aku sangat senang mendengarnya. Aku mengenal semua dokter yang selama ini mengurusi beliau. Mereka semua dokter hebat dan berpengalaman. Aku tidak heran kalau Kakek Somers sulit sembuh, sebab penyakit yang beliau derita memang parah. Akan tetapi, jujur, aku tidak ragu pada mu. Pengalaman menyembuhkan penyakit Gabriella adalah dasar bagi kami semua untuk percaya pada mu. Kami sangat percaya bahwa kau pasti berhasil dalam menyembuhkan penyakit Kakek Somers.”Sebagai dokter yang berpengalaman, Dokter Shinta mengakui bahwa tidak mudah mengangkat penyakit komplikasi seperti y