“Kecuali Gavin! Gavin bisa melumpuhkan Alex!”Apa? Gavin yang bisa melumpuhkan Alexander? Dua puluh orang terkuat dari Black Horns saja tidak bisa. Bagaimana mungkin Gavin mampu melakukannya? Semua orang di dalam ruangan itu jauh lebih terkejut daripada yang tadi. Bahkan Gavin saja sangat syok mendengarnya. Karena itu dia berdiri lalu berjalan mendekati Lennox yang sedang duduk tak jauh dari sana. Dia kemudian berbisik. “Master, kau pasti bercanda.”Lennox melipat kedua tangan di dada. “Tidak. Aku tidak bercanda. Aku serius. Kau bisa melumpuhkan Alex Luther.”Alis Gavin terangkat seiring mulutnya menganga. Dia bertanya dengan penuh rasa heran. “Mustahil. Anak buah mu saja tidak bisa melumpuhkan Alex walaupun mereka sudah menyerang dengan sekuat tenaga.”Gavin menganggap bahwa Lennox pasti berbohong karena dia paham betul siapa dirinya. Dia tidak punya keistimewaan dalam perkara bela diri. Di samping itu, dia sangat paham seberapa kuatnya Alexander. Namun, Lennox menegaskan bahwa
Sepakan itu menghantam telapak tangan Alexander sebab Alexander sigap menangkis. “Akh!” Alexander sedikit mengerang. Jika biasanya Alexander tidak merasakan apa pun dan terkadang bahkan lawannya yang kesakitan, kini Alexander merasakan nyeri di telapak tangannya. Spontan, Gavin menyepak lagi dan tetap menyasar kepala. Refleks, Alexander menutupi wajah dan kepalanya pakai tangan. Gavin kesetanan. Dia beringas dan melepaskan banyak sekali sepakan, tiada henti, sehingga Alexander tersungkur di tanah. “Mampus!” seru Gavin. Ketika Alexander benar mulai merasakan sakit, saat itu Gavin sampai menginjak-injak tubuh Alexander. Namun, Alexander tidak mungkin diam saja. Dia lantas bangkit dan berupaya memberikan serangan balik. Dia melepaskan dua pukulan jab dan satu uppercut. Biasanya pukulan Alexander sangat kuat dan mengerikan sehingga lawannya pasti akan kewalahan. Mengejutkan, pukulan Alexander sangat lemah. Sungguh sangat lemah. Gavin bisa menangkis tiga pukulan itu dengan sang
Masih di markas Spectra. Gavin sebenarnya sangat kesal sama Lennox karena merasa dikhianati. Seharusnya dia bisa membunuh Alexander tadi, tapi karena Lennox mencegahnya, akhirnya dendam membara di dadanya pun belum bisa musnah. Dia berkata dengan putus asa. “Master, kenapa kau membiarkan Alex pergi? Kesepakatan kita adalah Alexander mati di tanganku.”Lennox menyeringai marah. Tidak ada satu pun orang yang bisa mengatur dirinya, apalagi bocah seperti Gavin. Dia berkata dengan sangat gusar. “Sialan! Hebat sekali kau bicara seperti itu di hadapanku?!”“Tapi, Master…”BAM! Lennox menonjok wajah Gavin hingga Gavin tersungkur di tanah. “Singkirkan bocah ini dari hadapanku!” titah Lennox pada anak buahnya. Segera, Gavin diseret paksa keluar. Urusan Lennox sebenarnya belum selesai sebab tujuan utamanya belum didapatkan. Dia hingga saat ini belum menerima informasi keberadaan Mike Ali. Namun, dia menemukan orang yang tahu keberadaan Mike Ali. Jadi dia tidak perlu risau. Masih ada banyak
Setelah menyelesaikan urusan di markas, sore hari itu, Neilson bergegas menuju kediaman Pablo guna menemui Alexander. Dan setibanya di sana, dia tidak peduli seperti apa kondisi Alexander sebab terpenting baginya adalah bisa melampiaskan kekecewaannya dengan cara memarahi Alexander sepuas hati. Neilson jengkel dan geram tak alang kepalang lantaran segala rencana yang diagendakan Alexander hancur tiada guna. Dia sudah sangat percaya bahkan dia lebih percaya pada Alexander ketimbang pada dirinya sendiri. Namun, dia merasa dikhianati dan lebih parahnya lagi hampir saja Spectra dibuat remuk oleh Black Horns.Beberapa saat yang lalu, Gabriella yang tadinya menjemput Alexander dibuat terkejut, kenapa bisa suaminya habis digebuki, dan orang yang menggebukinya Gavin pula. Pada waktu itu Alexander tidak mau buka suara sedikit pun tentang perkara dirinya habis kena hajar Gavin. Dia sengaja menyembunyikannya pada istrinya karena sepertinya saat ini bukanlah momen yang pas untuk bercerita. Alexa
Meskipun masih terlihat menyedihkan karena bekas siksaan dari Somers masih tampak, Pablo tidak peduli itu sebab ini adalah saatnya untuk bisa kembali memojokkan Alexander. Ini adalah momen di mana dia bisa membalaskan dendamnya. Dia berkata pada Neilson, “Adikku, ada apa dengan Alex si menantu sialan ini? Masalah apa lagi yang dia buat?”Neilson mendenguskan napas dengan gusar. “Menantu mu? Kak, tidak usah lagi menganggap dia sebagai menantu. Kalau aku jadi kau, sudah lama aku mengusir dia dari sini.”Tidak bisa. Pablo tidak bakal bisa mengusir Alexander dari rumah milik Somers. Dia tidak punya kuasa untuk itu. Tapi jika disuruh memarahi Alexander, dia nomor satu. Pablo duduk sambil menggagahkan diri. “Aku masih ingat dulu Alex pernah menawarkan padamu ide besar, tapi gila! Aku ingat dulu dia memang sempat berusaha menjadikan Spectra masuk di mafia Black Horns. Dari dulu aku memang tidak percaya sama menantu sok jadi pahlawan ini. Aku sadar karena dia pasti berbohong. Oh adikku, men
Alkohol punya pengaruh buruk terhadap otak Alexander. Dia tidak bisa berpikir dengan baik dan tenang jika sedikit saja meminum alkohol. Apabila otak sudah tidak beres, maka semua anggota tubuh akan kena imbasnya. “Kau jangan berpura-pura bodoh, Alex!” sentak Pablo menyeringai marah. “Ayo bicara! Akui saja di hadapan istri mu kalau kau memang pembohong, penipu, dan tukang buat fitnah. Jangan bersandiwara seperti orang gila!”Alexander menunduk. Dia mendengar dan mengerti tetapi tidak tahu harus mengatakan apa. Alkohol memang sesuatu yang sangat menyakitkan baginya. Meskipun terus dicecar dan dicaci, Alexander tetap tidak mampu bicara sedikit pun. Otak dan lidahnya membeku. Gabriella tertegun ketika melihat suaminya cuma bisa melongo dengan tatapan kosong. “Alex, katakan pada mereka kalau kau tidak bersalah! Bilang pada mereka bahwa apa yang mereka sampaikan hanyalah omong kosong semata! Cepatlah!”Namun, Alexander masih bergeming dalam keheningan. Pablo senang saat melihat kondisi
Pagi harinya.Kondisi Alexander masih memprihatinkan, namun otaknya mulai cukup membaik. Dia mulai bisa bicara dan mengatakan pada istrinya bahwa dia akan pergi selama beberapa hari. Ketika istrinya menanyakan ke mana akan pergi, Alexander menjawab kalau dia mau pergi berobat ke suatu tempat.Gabriella tak melarangnya meskipun dia sangat khawatir. Dia pun mengizinkan suaminya pergi dari rumah.Alexander berjalan kaki keluar dari gerbang rumah tersebut. Sekitar seratus meter dari sana, Farrell sudah menunggu dari tadi.Alexander masuk ke dalam Rolls Royce Phantom hitam itu. “Farrell, apa semua sudah siap?”“Semua sudah siap, Jenderal. Tujuh Perwira Naga, termasuk diriku, sudah siap.”Mobil itu pun melaju menuju markas besar militer.***Selama dalam perjalanan, Alexander tak bicara lagi sepatah kata pun. Dia menggelapkan pandangan sembari merefleksi atas apa yang terjadi pada dirinya, menekuri peristiwa pahit dan memilukan kemarin.Sungguh benar bahwa setiap individu punya kekurangan t
“Jenderal, kami mendapat kabar bahwa istri Anda, Gabriella, sedang menderita di rumah setelah kepergian Anda selama ini. Dia tersiksa. Sebaiknya Anda langsung pergi menemuinya sekarang juga,” ungkap seorang ajudan.Suara dan getaran dari baling-baling Helikopter itu perlahan meredup. Pintu terbuka, kemudian turunlah seorang pemuda berusia tiga puluh tahun yang mengenakan seragam militer. Hanya saja semua orang di sana tidak bisa mengenalinya karena dia menggunakan topeng emas bermotif naga untuk menutupi wajahnya.Hari ini merupakan hari yang sangat spesial bagi semua masyarakat di negara Winland, terutama di Kota Redchester. Di markas besar militer, semua orang penting menyambut kedatangan satu pahlawan baru bagi negara yang telah berjuang dengan penuh keperkasaan. Pahlawan itu bernama Alexander Yang Agung!Presiden dan Panglima menjura, memberikan penghormatan untuk Alexander, lalu diikuti oleh semua jajaran pemerintah dan para perwira tinggi militer.“Selamat datang, Pahlawan Besa