"Ti--tidak Zavier. A-aku hanya mengatakan aku sedang hamil pada Tuan Karl, tetapi Tu--Tuan Karl sepertinya salah paham," jawab Amanda dengan gugup, hanya dapat mencuri pandang pada Zavier sebab dia mulai merasa terancam oleh sosok tersebut. Disela rasa gugupnya, Amanda terus berpikir bagaimana caranya agar dia bisa membalikkan keadaan jadi berpihak padanya. Rencananya untuk mendapatkan Zavier dengan cara mengaku hamil anak pria ini pada kedua orang tua Zavier, bisa dipastikan seratus persen gagal. Tiba-tiba mata Amanda tak sengaja mengarah pada Nara. Beberapa hari yang lalu, dia baru tahu jika perempuan menyebalkan itulah yang menikah dengan Zavier, bukan Sereya. Pantas Zavier sangat memperhatikan Nara. Amanda mengira Zavier berselingkuh dengan Nara, ternyata dia hanya salah menduga. Namun, tak masalah baginya karena Sereya berpacaran dengan Kenan. Dengan fakta tersebut harusnya Amanda bisa mengontrol keadaan. Zavier menyayangi Sereya sebagai teman, dan Nara menyayangi kakanya tent
"Jangan salah paham. Aku tidak menyuruh putraku menikahimu, tetapi menyuruhnya mengusirmu dan menjebloskanmu ke penjara." Alarich menatap dingin pada Amanda. Bisa-bisanya perempuan ini berharap akan menjadi menantunya setelah kelicikan yang dia perbuat? Sangat menjijikan. "Wanita sepertimu tidak pantas menjadi menantuku. Kau bahkan tidak layak menjadi manusia," sarkas Alarich, tanpa peduli apakah perkataannya berlebihan atau tidak, "dan kau anak bodoh, bagaimana bisa kau membiarkan perempuan sialan ini merusak kehidupanmu?! Apa kau tidak memikirkan Nara? Anak sekecil itu kau suruh berkelahi dengan konflik orang dewasa," marah Alarich selanjutnya pada Zavier. "Aku hanya ingin menebus kesalahanku di masa kecil, Dad," ucap Zavier pelan, melirik acuh tak acuh pada Daddynya. Awal mula dia mengenal Amanda adalah karena hal konyol yang membuat Zavier kecil sangat dendam pada Amanda. Akan tetapi, Zavier tidak mengatakan hal tersebut di sini sebab itu sangat memalukan dan bisa menghilangkan
"Alasannya adalah …-""Adalah …." Nara menatap serius ke arah sang mama mertua, dia begitu penasaran dan sangat bersemangat untuk mendengar apa alasan suaminya punya dendam pada Amanda. "Jadi sewaktu TK, saat itu Mas mu ingin mencuci tangan setelah bermain pasir ke toilet. Nah, meskipun mereka masih anak-anak, toilet antara anak laki-laki dan perempuan telah dipisah. Demi mendidik sejak dini. Saat ingin masuk ke toilet, tiba-tiba anak kecil--perempuan, keluar dari toilet khusus anak laki-laki tersebut. Dia Amanda. Singkat cerita, Mas Zavier-nya tidak peduli. Dia masuk ke toilet dan mencuci tangan, tiba-tiba datanglah petugas kebersihan. Dia mencek kloset dan menemukan toilet yang ada ee-nya. Karena Mas di sana, Mas mu yang tertuduh. Si petugas bilang 'tampan tampan tapi tidak bisa siram eek.' Si Mas sudah menjelaskan jika ada anak perempuan dari kelasnya yang masuk ke tempat ini. Si petugas tidak percaya. Ditambah, ketika si Amanda didatangi oleh petugas dan ditanya apakah itu eek-n
"Berdosa?" Aeera menampilkan raut muka cengang. Kenapa Nara sampai merasa berdosa? Apa Zavier melakukan hal-hal buruk pada Nara? "Iya, Mah." Nara menganggukkan kepala dengan antusias, "Mas Zavier usianya jauh diatas Nara, dan bisa-bisanya Nara menjaling hubungan dengan orang tua-- ah, bukan. Maksudnya tidak seharusnya kan Nara pacaran dengan orang dewasa. Apalagi Nara itu sering diejek oleh teman-teman Nara. Kata mereka aku cocok jadi simpanan om-om dan tipe idaman sugar Daddy. Gara-gara olokan teman-teman, otak Nara jadi menyimpulkan kalau perempuan yang berusia remaja punya hubungan asmara dengan pria yang jauh lebih tua usianya, hubungan mereka tersebut akan mengarah ke hal negatif. Kayak tidak pantas, buruk, vibes nya ke arah-arah hal mesum, dan sebuah dosa, Mah. Semisal anak remaja punya pacar yang sudah dewasa bahkan matang, orang-orang yang tahu hubungan tersebut pasti bakalan mikir kalau keduanya telah melakukan hal-hal terlarang. Padahal tidak. Jadi Nara sangat-sangat takut
Cup'Zavier sama sekali tak peduli dengan perkataan Nara, satu tangannya yang bebas menangkup pipi istrinya lalu mencium bibir Nara. Tentunya tak sekedar ciuman, Zavier tidak mungkin melewatkan rasa manis serta kenyal dari bibir ranum Nara. Sebelum halal saja dia sering menerobos, apalagi setelah halal. "Selesai," ucap Zavier enteng, menyunggingkan smirk tipis setelah dia mencium bibir istrinya. Nara hanya melongo, tak mampu berkata-kata karena kelakuan Zavier. Lalu tanpa pamit--sebab jantung Nara yang berdebar kencang, dia langsung pergi begitu saja. Nara berjalan terburu-buru supaya meninggalkan lebih cepat. "Pagi, Kak Nar …-" Seseorang menyapa Nara, salah satu juniornya yang pernah satu organisasi dengan Nara. Akan tetapi, perempuan tersebut langsung menunduk dan berhenti menyapa sebelum ucapannya selesai. "Pagi, Bel," jawab Nara meskipun perempuan itu tampak mencurigakan–tiba-tiba terlihat kikuk, berdiri tak nyaman serta merasa terancam di tempatnya. "Pak Agus datang nggak?"
"Kamu akan dalam masalah besar, Nara.""Cuih." Nara bersikap angkuh, menatap semakin benci pada Tamara. "Aku benar-benar muak denganmu dan Kakakmu. Kalian sama-sama sialan!" "Nara!" pekik Tamara tak terima, melayangkan tamparan ke pipi Nara. Akan tetapi sebelum tangannya menyentuh pipi Nara, Lex lebih dulu mencegahnya. "Lex, kamu masih membela perempuan murahan ini?" Tamara menatap tak percaya pada Lex. "Kau dan kakakmu yang murahan, Sialan!" Lex berkata sarkas, "awalnya aku memang tidak percaya pada ucapan Nara yang mengatakan jika dia istrinya Tuan Za. Tapi-- aku sendiri yang menyaksikan ketika Tuan Za menjemput Nara ke tempat club pemancingan kami. Dan soal foto ini--" Lex mengambil foto tersebut, memperlihatkannya pada teman-temannya. Bahkan orang-orang di tempat tongkrongan. "Anj--- ini saja yang belum move on dari Nara," lanjut Lex sembari menatap nyalang ke arah Abim. "Lo irikan pada Nara? Selain bisa melupakan masalah antara kalian, Lo juga itu karena Nara bisa mendapatkan
"Aku sudah capek di dunia ini, aku akan kembali ke asalku!" Zavier menghela napas pelan, meraih pinggang Nara lalu menariknya. Hal tersebut membuat Nara berakhir menabrak dada bidang suaminya, di mana Zavier langsung mendaratkan bibirnya di atas bibir Nara. Setelah itu, dengan penuh nafsu, Zavier melumat bibir perempuan yang tadinya terus saja mencerosos. Tanpa membiarkan Nara mengambil kesempatan untuk protes atau melepas, Zavier terus mengecap rasa manis yang candu dari bibir istrinya tersebut. Hingga setelah merasa puas, barulah Zavier melepasnya. "Semakin kau mencerocos, semakin kau menggoda," ucap Zavier. Dia kembali menggendong istrinya lalu membawanya ke atas ranjang. Sejenak Zavier menatap Nara yang telah duduk di atas ranjang. Perempuan menggemaskan tersebut menggembungkan pipi, menundukkan kepala sembari memegangi bibir. Nara takut dicium kembali oleh Zavier. "Beristirahat lah, Mi Nara," ucap Zavier lembut, mendekat ke arah istrinya. Zavier membaringkan Nara secara hati
"Beraninya kau mencoba melukai istriku! Wanita rendahan!" Zavier berkata dingin, melayangkan tatapan tajam namun penuh amarah yang besar. Terlihat dari sorotnya yang menyala akibat kemurkahan yang tersembunyi. Tamara menatap Zavier takut, wajahnya pucat pias dengan jantung yang terasa hampir meledak dalam sana. "Tu--tuan Za …-" "Shut up!" bentak Zavier. "Kau sangat berani mengusikku dan istriku, Heh." Dari bentakan, Zavier berkata dengan nada rendah yang sangat mengerikan. Tenang tetapi terasa seperti danau penuh monster! "Za-- Ah, Tuan Zavier." Kenan berjalan cepat, menghadap langsung ke arah Zavier. Disusul oleh bodyguard yang langsung mengambil tempat dengan berbaris rapi di belakang Zavier. "Seret perempuan ini dan musnahkan," perintah Zavier pelan tetapi penuh isyarat dan peringatan. Setelah itu, dia meraih pergelangan Nara kemudian membawa istrinya tersebut dari sana. Kenan membungkuk kaku, langsung melaksanakan tugas dari Zavier. Sebelum dia memerintahkan bodyguard untuk m