Share

BAB 7

Bintang menatap pria di hadapannya, pemilik wajah tampan dan pesona luar biasa itu adalah Niko, kakak Aera. Ia memiliki tinggi sekitar 183 cm dengan postur tubuh yang tegap dan proporsional. Matanya besar dan berbinar, memberikan kesan lembut namun tajam. Hidungnya mancung dan bibirnya tegas, menambah kesan menawan dalam penampilannya.

Meskipun sama-sama seorang pria, tapi Bintang mengakui bahwa kakak Aera ini memiliki penampilan yang sempurna. Namun, ini adalah pertemuan pertama di antara mereka, membuat suasana terasa canggung dan berdebar.

"Siapa kamu?" tanya Nika, menatap Bintang tajam.

"Dia calon suamiku," jawab Aera.

"Tidak, ini salah paham." Bintang menyangkal, berusaha melepaskan pelukan Aera dari tubuhnya.

"Sudahlah, Mas, tidak perlu ditutupi lagi. Jika perlu, aku akan mengenalkanmu pada dunia," kata Aera.

"Kalau kamu bukan kekasih Aera, kenapa bisa ada di kamarnya? Apa yang kalian berdua lakukan dengan rambut basah seperti itu?" Niko menatap mereka berdua semakin curiga.

"Benar, aku sudah sering membawanya ke rumah secara diam-diam." Aera terus menjawab, tak memberikan ruang pada Bintang untuk bicara.

"Aku sungguh minta maaf atas kekacauan ini. Tapi tidak ada yang terjadi di antara kami," ucap Bintang, berusaha menjelaskan dengan tenang meskipun hatinya berdebar kencang.

Niko menatap Bintang dengan tajam, mencoba memilah antara kata-kata dan ekspresi wajah Bintang yang berusaha meyakinkan.

"Apa kamu yakin tidak ada yang terjadi? Aku tidak akan membiarkan adikku terluka. Kau tidak sedang mempermainkannya kan?" tanya Niko dengan nada tegas, memberikan kesempatan pada Bintang untuk membuktikan bahwa dia tidak punya niat buruk.

Bintang menelan ludah, merasa tertekan oleh situasi yang rumit ini. Dia tidak bisa menjelaskan dalam kekacauan ini, bahwa hatinya sudah terjebak dalam perasaan yang rumit untuk Aera. Tetapi dia juga tidak mungkin mengatakan di hadapan Aera, bahwa mereka tidak memiliki hubungan apa-apa.

"Mas, sudahlah, jangan buat Mas Bintang merasa tidak nyaman. Mana pesananku?" Aera mencari sesuatu di tangan kakaknya.

"Aku, aku lupa membelinya," jawab Niko.

"Menyebalkan," gerutu Aera.

"Aku harus segera pergi," kata Bintang.

"Mas, aku akan mengantarmu." Aera meraih tangan Bintang dan membawanya pergi.

Mereka berjalan keluar dari kamar, meninggalkan Niko yang masih berdiri di tempat dengan bingung. Di luar rumah, Bintang menarik napas panjang, mencoba menenangkan hati dan pikirannya.

"Aera, apa yang kau lakukan? Kenapa kau bersikap seperti itu?" tanya Bintang, mencoba menahan rasa kesalnya.

"Aku hanya ingin melindungimu," jawab Aera dengan lembut. "Mas Niko memang sedikit keras kepala, tapi dia akan mengerti suatu saat nanti."

"Apa kau sadar apa yang baru saja kau katakan pada kakakmu? Sudah kubilang, berhenti mengambil keputusan secara sepihak dan bicara omong kosong soal suami istri, pernikahan dan lainnya." Bintang menatap Aera, berusaha membuatnya mengerti dengan tegas.

"Mas, kau banyak berubah sekarang. Kau membuatku semakin gila!" teriak Aera dengan kesal.

"Aku akan pulang, kita bicarakan ini nanti." Bintang melangkah pergi.

"Tidak! Kau sudah janji akan mengajakku berjalan-jalan." Aera menahan langkah Bintang dan kembali memeluknya dengan erat.

"Aera, sudah kubilang aku perlu pergi. Tolong, lepaskan!" ucap Bintang, mencoba memperjelas maksudnya.

Bintang menatap Aera dengan tatapan keputusasaan. Namun, Aera tetap keras kepala dan memaksa Bintang untuk tetap tinggal. Tubuh Bintang menegang, ketidaknyamanan semakin terasa dalam dirinya.

"Lepas," ucap Bintang dengan pelan, namun penuh penekanan.

"Tidak!"

"Aera!" seru Bintang, sambil mendorong tubuh Aera dengan kuat.

Plak!

Tanpa sadar tangan Aera meluncur dan sebuah tamparan terlepas dari jari-jarinya, mendarat dengan keras di pipi Bintang. Kedua mata mereka terbelalak, terkejut oleh tindakan yang terjadi begitu cepat.

"Maafkan aku," bisik Aera dengan suara yang hampir tidak terdengar.

Aera menatap Bintang dengan air mata yang menetes ke pipinya. Rasa bersalah mulai menyelimuti dirinya. Dia tidak pernah bermaksud untuk menyakiti Bintang, tapi ketegangan dan kecemasan membuatnya kehilangan kendali atas dirinya sendiri.

Baginya, Bintang yang saat ini berada di hadapannya sudah bukan lagi Bintang yang dulu dia kenal. Dia meninggalkan Bintang, dan masuk ke dalam rumah dengan penuh kekecewaan.

Bintang berdiri di tempatnya dengan perasaan hampa. Ia tahu ada banyak hal yang perlu diselesaikan antara dirinya dan Aera, namun situasi ini hanya membuat semuanya semakin rumit. Dengan berat hati, ia melangkah pergi, meninggalkan rumah Aera dengan pikiran yang berkecamuk di benaknya.

"Ah, sial!" teriak Bintang sambil membanting pintu kamarnya.

"Banting saja, Mas, tidak apa-apa." Agatha menatapnya.

Dia menoleh dan terkejut melihat Agatha sedang berada di kamarnya. Melihat Bintang yang pulang dengan keadaan emosional yang kurang stabil, sepertinya membuat Agatha terkejut juga. Namun, dia berusaha untuk tetap tenang dan mengerti perasaan Bintang.

"Aku tidak tahu, Mas punya masalah apa. Tetapi, kalau Mas butuh teman cerita, bilang saja." Agatha turun dari tempat tidur.

Bintang kembali tersadar bahwa sekarang dia sudah menikah, dan Agatha adalah istrinya. Dia tidak lagi memiliki privasi, karena kamar ini sudah menjadi milik mereka berdua.

"Aku akan memberikan waktu sendiri untuk Mas," kata Agatha.

Bintang meraih tangan Agatha dan memeluknya. Hangat, tenang dan nyaman. Pelukan itu membuat Bintang melupakan masalahnya dalam sejenak.

"Kamu enggak lagi capek kan hari ini?" tanya Bintang.

"Enggak," jawab Agatha.

"Aku membutuhkanmu," kata Bintang.

Bintang menanggalkan semua pakaiannya dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dengan keadaan terlentang, dia hanya bisa memejamkan matanya dan menunggu Agatha bertindak untuknya. Agatha mengangguk mengerti, dia segera naik ke atas tempat tidur dan memberikan apa yang Bintang inginkan.

"Bagaimana?" tanya Agatha, menatap Bintang.

"Pijatanmu memang selalu membuatku tenang," ucap Bintang, membuka sedikit matanya dan tersenyum.

"Sudah kubilang kan, aku bisa jadi apa pun yang Mas inginkan." Agatha merasa bangga pada dirinya.

"Tolong, lebih cepat lagi sedikit," pinta Bintang.

"Jangan terburu-buru, Mas. Aku cukup bertenaga hari ini, nikmati saja sampai selesai."

Setelah merasa puas, Bintang membuka matanya dan mengubah posisi. Ia duduk membelakangi Agatha dengan posisi tegak. Agatha segera beralih memijat kepala dan pundaknya.

"Sedikit tambahan tidak apa kan?" tanya Bintang, tersenyum nakal.

"Ah, menyebalkan sekali. Aku tidak suka bagian ini," kata Agatha, mendorong bahu Bintang pelan.

"Tambahan pahalanya besar, loh!" kata Bintang.

"Yang tadi kan sudah cukup," kata Agatha.

"Semoga istriku masuk surga," ucap Bintang, mencoba menggoda Agatha yang merajuk.

"Aamiin,"

Sementara itu, di dalam rumah Aera, Aera duduk di ruang tamu dengan air mata yang masih mengalir. Dia merasa bersalah atas tindakannya yang tak terkendali tadi. Ia tahu bahwa ia telah melukai perasaan Bintang, dan hal itu membuat hatinya hancur.

Niko yang melihat adiknya menangis, mendekat dan duduk di sampingnya. "Aera, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu begitu emosional?"

Aera mengusap air matanya dan menghela napas. "Aku hanya tidak ingin kehilangan Bintang, Mas. Aku takut dia akan menjauh dariku."

Niko merangkul adiknya, mencoba memberikan dukungan. "Kamu harus lebih tenang, Aera. Bintang juga butuh waktu untuk berpikir. Kalau kamu terlalu memaksakan diri, itu hanya akan membuatnya semakin menjauh."

"Aku tahu, Mas. Tapi aku tidak bisa mengendalikan perasaanku. Aku sangat mencintainya," kata Aera dengan suara yang lirih.

"Kamu harus belajar untuk memberi ruang, baik untuk dirimu sendiri maupun untuk Bintang. Kalau kamu terus mendesak seperti ini, semuanya akan menjadi lebih rumit," nasihat Niko dengan lembut.

Setelah percakapan itu, Aera merasa sedikit lebih tenang, meski beban pikiran yang ia simpan masih tetap ada. Tetapi, bagaimana ia bisa jujur pada Bintang, bahwa dia mendengar pembicaraannya dengan Agatha?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wahyu Mei25
arghh seru banget next thor ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status