Share

59. Alih-alih Membawa Obat, Malah Menciptakan Luka Baru

"Apa, Mbak, sudah yakin?" Aku mengangkat wajah melihat Azman, dia menatapku penuh selidik.

"Kalau mbah, mana yang terbaik saja. Oh, ya, aku ke kamar dulu, badan mbah sepertinya sakit, lagian ini juga pembicaraan anak muda," ucap Simbah, kemudian melangkah sambil memegang pinggangnya. Aku menatap punggung beliau yang mulai bongkok, serasa ada yang berdenyut, menyaksikan wajah beliau yang bermuram durja.

"Maaf, anggap saja saya tak pernah berkata apa-apa, saya pamit dulu," kataku hendak berdiri. Rasanya pembahasan ini terlalu sensitif tanpa Simbah, apalagi Abi Nailah tak ada niat merespon, semakin menambah dobel rasa malu dan kelancanganku saja.

"Kenapa kamu sampai berpikiran begitu?" Tiba-tiba suara lelaki datar itu menghentikan pergerakanku, dia melihatku dengan alis bertaut.

"Abaikan saja, Mas. Saya salah bicara ta-"

"Memulai tanpa melanjutkan, seperti seseorang yang menawar, tapi tak jadi membeli. Kira-kira bagaimana perasaan penjual yang terlanjur setuju?" potong pemilik netra kelam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status