Semua orang terdiam, terutama Tuan Stephen yang tampak berkeringat dingin. Saat Tuan Kaizer akhirnya mengetahui kebenaran, suasana semakin tegang.“Tuan, sepertinya Anda keliru. Ini adalah Lucia dan mengapa saya harus menyembunyikan anak saya yang lain? Harta dari almarhum istri saya juga untuknya,” ucap Tuan Stephen, mencoba mengontrol situasi yang semakin memanas.Tuan Kaizer mendengarkan dengan tajam, lalu tertawa sinis. Dia menatap Tuan Stephen dengan tatapan yang menusuk tajam.“Briana Claire meninggal pada tanggal dua puluh tujuh Juli. Lucia memiliki tanda lahir berbentuk bulan sabit di belakang lehernya. Dan dengan melihatnya dari semua sisi, wanita ini bukanlah Lucia, melainkan anakmu dengan istri saat ini,” ucap Tuan Kaizer dengan dingin.Bela, yang berada di situ, terdiam dan bingung. Dia tak tahu apa yang harus dikatakannya, jadi dia memilih untuk diam dan membiarkan ayahnya menghadapi situasi ini. Rencana mereka tidak berjalan seperti yang mereka pikirkan.Tuan Stephen ter
Malam ini, Lucia sangat bosan berada di rumah. Namun, dia tidak tahu harus melakukan apa. Dia melihat jam masih menunjukkan pukul setengah delapan malam. Setelah makan malam tadi, dia bingung mau melakukan apa, hingga tiba-tiba dia teringat sesuatu dan turun ke bawah untuk menemui Dariel yang sedang berada di kamarnya.Lucia mulai mengetuk pintunya dengan pelan, “Dariel, apakah kau sudah tidur?”Suara dari dalam membuat Lucia membuka pintunya dengan perlahan.“Ada apa?” Suara dari dalam kamar Dariel terdengar oleh Lucia.“Apa kau ingin keluar?” Tanya Lucia dengan ragu.Dariel mengangkat alisnya, “Kau ingin keluar?”Lucia tersenyum dan segera mengangguk, “Aku sangat bosan di rumah dan aku belum ingin tidur. Aku mendengar ada pesta rakyat di kota. Apa kau ingin melihatnya denganku?” Tanya Lucia dengan penuh harap.Dariel tampak berpikir sejenak, lalu mematikan laptopnya.“Baiklah, mari kita pergi.”Dariel memutar kursi rodanya dan mengikuti Lucia keluar dari kamarnya. Dia sudah cukup la
Hubungan antara Lucia dan Dariel semakin berkembang setiap hari, bahkan mereka tidak seasing seperti saat pertama kali mereka menikah.Lucia mulai membuka diri kepada Dariel, meskipun tidak semua hal dia ceritakan. Namun, tentang kehidupan Dariel, pria itu tetap sangat tertutup. Hingga saat ini, Lucia masih belum mengetahui sepenuhnya tentang kehidupan asli Dariel. Namun, hal ini tidak menjadi masalah bagi Lucia karena dia memahami bahwa mungkin pria itu memerlukan waktu untuk terbuka dengannya.“Apakah tubuhmu sudah merasa lebih baik?” Tanya Lucia dengan penuh perhatian, karena dia menganggap Dariel sebagai keluarganya sendiri, terlepas dari hubungan mereka sebagai suami istri. Bagi Lucia, Dariel lebih seperti kakaknya sendiri daripada suaminya."Tubuhku mulai membaik.," jawab Dariel dengan suara tenang. Dia merasa beruntung memiliki seseorang seperti Lucia yang selalu ada untuknya, terutama di saat-saat sulit.Lucia mengangguk dan tersenyum,"Aku akan pergi hari ini," ucap Lucia.Da
Di salah satu pelabuhan besar di ibukota, suasana terlihat sangat sibuk. Banyak peti-peti besar yang berisi makanan dan barang-barang lainnya tumpang tindih di sana. Namun, di balik kesibukan tersebut, hanya beberapa orang yang tahu jika sebenarnya peti-peti tersebut berisi lebih dari sekadar makanan dan barang dagangan biasa.Seseorang yang tengah duduk di kursi roda terletak di atap sebuah gedung, dengan santai mengamati semua aktivitas yang terjadi di pelabuhan. Dia memandang dengan rasa tenang, mengetahui bahwa apa yang sedang terjadi adalah bagian dari pekerjaannya."Semua barang akan dikirim ke kota Maldives sudah sesuai kesepakatan, Tuan. Mereka sudah mentransfer setengah harga dan akan melunasi sisanya setelah barang sampai di pelabuhan mereka," ucap Vinn, memberikan laporan kepada orang yang duduk di atas gedung.Orang yang duduk di kursi roda itu adalah Dariel, otak di balik semua transaksi ini. Dia hanya mengangguk mengerti sebagai respon atas laporan Vinn. Dari tempatnya
Saat Lucia tidak kembali ke rumah karena bekerja, dan pada saat yang sama Dariel juga tidak pulang ke rumah yang sama, mereka benar-benar menghilang bersama. Johny, yang diberi tugas oleh Lucia untuk menjaga Dariel, menjadi bingung dengan kepergian pria itu. Sebelumnya, Dariel pergi selama beberapa hari dengan supirnya untuk membeli sesuatu. Namun, selama dua hari ini, dia tidak pulang bahkan tidak bisa dihubungi."Kemana perginya pria itu? Jika Lucia mengetahui ini, aku akan kena masalah," gumam Johny dengan kekhawatiran. Hingga tiba-tiba, suara ketukan pintu dari luar membuat Johny segera membukakan pintu tersebut. Awalnya dia berharap itu adalah Dariel yang pulang, tetapi dia terkejut saat melihat seseorang yang tidak dikenal di depan pintu."Anda siapa?" tanya Johny dengan waspada pada pria yang memiliki perawakan tinggi, tampan, dan mungkin berusia hampir lima puluh tahunan.Pria itu tidak menjawab pertanyaan Johny, namun malah mengajukan pertanyaan lain dengan suara yang dingin,
Rumah tempat Lucia tinggal beberapa hari terakhir terasa sangat sunyi. Bahkan, saat Lucia memasuki rumahnya pada malam hari, dia melihat bahwa lampu-lampu masih belum dinyalakan meskipun hari sudah petang.Dengan segera, Lucia masuk ke dalam rumah dan mulai mencari keberadaan Dariel atau siapa pun yang seharusnya ada di rumah itu."Dimana semua orang? Apakah Johny juga ikut pergi?" Lucia berbicara sendiri, mencoba mencari jawaban atas keheningan yang menghantui rumahnya.Dia mulai menghidupkan lampu di sekitar rumah, dan suasana rumah benar-benar sepi dan kosong. Meskipun begitu, Lucia teringat akan kata-kata yang diucapkan oleh Ellard, bahwa dia harus memastikan suatu hal dan perlu memeriksa kamar Dariel. Dengan hati yang berdegup kencang, dia berjalan menuju kamar Dariel.Kamar itu terlihat sangat rapi, Lucia segera mencari sesuatu disana. Meskipun dia sangat tidak yakin jika Dariel terlibat dengan organisasi XFox namun Ellard juga tak mungkin asal menebak tanpa adanya bukti.Saat m
Pengalaman baru bagi Lucia saat ini, dia benar-benar merasakan bagaimana rasanya menjadi ibu rumah tangga. Pagi-pagi, dia pergi ke pasar untuk membeli bahan makanan yang sudah habis di rumah. Selama dua hari terakhir, dia benar-benar berfokus pada peran barunya ini, dan bahkan tak melakukan investigasi terhadap Dariel karena sepertinya tidak ada yang aneh dari pria itu.Ketika Lucia pulang dengan membawa barang-barang belanjaannya, tiba-tiba seorang pria muncul dan menghalanginya. Lucia merasa sedikit cemas karena pria itu tidak terlihat seperti orang yang dikenalnya."Maaf, apa anda punya urusan dengan saya?" tanya Lucia dengan sedikit ketidakpastian.Pria tersebut mengangguk dan bertanya, "Kau adalah Lucia Moore, kan?"Lucia mengangkat alisnya, bingung mengapa pria itu tiba-tiba mengenalinya. Namun, sebelum dia sempat menanyakan lebih lanjut, tiba-tiba seseorang datang dan menusuknya dengan sebuah jarum suntik. Lucia berusaha melawan pria tersebut, Lucia berlari secepat mungkin, b
Pandangan gelap sekarang berubah menjadi terang, Lucia yang baru saja sadar dari pingsannya mencoba untuk mengingat apa yang terjadi sebelum dia kehilangan kesadaran, tetapi semuanya hanya tampak kabur.Ketika Lucia mulai memulihkan kesadarannya, dia merasa bahwa dia tidak lagi berada di tempat yang sama. Dia merasakan getaran lembut di bawahnya dan menyadari bahwa dia berada di kursi roda dengan berpangku pada Dariel. Dia membuka matanya dan melihat ke arah Dariel."Dariel?" Lucia berkata dengan suara lemah, mencoba untuk mencerna apa yang terjadi.Dariel menoleh padanya, dan Lucia bisa melihat ekspresi di wajah Dariel antara kekhawatiran dan kemarahan. "Kau baik-baik saja, Lucia?""Ya, aku... aku merasa pusing," kata Lucia, masih berjuang untuk pulih sepenuhnya. "Apa yang terjadi?"Dariel menggelengkan kepala. "Kita akan membahasnya nanti. Yang penting, kau aman sekarang."Lucia merasa ada beberapa hal yang disembunyikan dari dirinya, tetapi dia merasa terlalu lemah untuk meneruskan