Saat menerima pesan terakhir itu Amanda menjadi lemas. HP itu terlepas dari genggamannya. Kemudian setelah berpikir lama dia pun memungut HP itu. Masih terpampang pesan yang belum dibalasnya. Lantas, dia pun membalasnya. [Saya setuju, tapi bisakah anda memberikan waktu setidaknya sampai mamaku sembuh] Wisnu membaca pesan itu saat sore harinya setelah mengadakan meeting daring dengan perusahaan di Singapura. Urusan ini benar-benar membuatnya tidak sabar. [Aku tidak bisa menunggu, Lusa kita menikah. Aku tahu, mamamu akan sembuh segera] Wisnu tahu hal itu karena sudah meminta asistennya memastikan kesehatan Moana. Diam-diam dia meminta dokter rumah sakit memberikan perawatan terbaik untuk mama dari gadis yang di cintainya itu. Amanda membaca pesan itu dan merasa pria ini sok bossy dan juga sok tahu. Dia jadi teringat dengan Wisnu, si pria kejam itu. Sekarang, dia merasa sudah tidak bisa mengelak lagi. Kasihan papanya--jika sekali lagi dia mengingkari apa yang sudah diucapkannya—pas
Tik! Tik! Tik! Suara jarum jam berdetik di sela heningnya malam yang dingin. Amanda terjaga dan melihat jam baru pukul 03.00 dini hari. Dia hendak memejamkan mata lagi tapi tidak bisa. Akhirnya dia mempermainkan HP-nya. Mengusap layar dan tak sengaja melihat Lesti masih online. Mungkin Lesti ada lembur. Lalu dia mencoba menghubunginya. Tuuut! Tuuut! Tuuut! “Halo? Belum tidur, Say?” terdengar suara Lesti saat penggilan tersambung. “Ini kejaga dan gak bisa tidur lagi!” jawab Amanda dengan suara bantalnya. “Ada apa? Tante sehat kan?” “Iya!” “Gimana ending cerita kamu dan pria yang dijodohkan Om Dirja itu?” “Ya nikahlah, gimana lagi?” “Ups, serius? Kapan?” “Besok?!” “O--ow…” Hening lagi, tidak ada percakapan beberapa saat. Lesti sampai speakless mendengar sahabatnya akan menikah besok. Tapi dia harus menyemangati Amanda dan tidak membuatnya sedih. “Ehem, kamu pengennya aku kasih selamat atau tidak nih?” “Serah deh, Les!” “Mau kado apa ini? Tar aku paketin saja ya?” “Pengen
Wisnu sudah bersiap dan masih mencoba menghubungi Purwa melalui video call. Saat terhubung dia sedang merapikan dasinya. “Halo Om?” Ujar Wisnu berbinar binar. “Coba kau bilang sekali lagi, hari ini kau benar benar mau menikah?” Purwa terdengar nampak marah. “Iya Om, keponakanmu ini akan segera menikah,” tukas Wisnu tersenyum tak peduli kemarahan Purwa. “Anak nakal, tak tahu diri, dari kecil aku membesarkanmu, sekarang mau menikah tanpa ada aku di sana? Kau pikir aku sudah jadi bangkai sampai kau mau menikah tanpa kehadiranku?!” Purwa tak henti hentinya memarahi Wisnu. “Astaga! Om sudah pikun ya? Kan Om bilang sendiri tidak akan pulang kalau aku belum menikah!” Wisnu tersenyum penuh kemenangan. Dia merasa sudah membalas sikap kekanakan Purwa dengan menikah tanpa memberitahunya dulu. “Kurang ajar!” runtuk Purwa masih kesal. Tapi beberapa saat kemudian dia mulai tampak sentimental. “Ya sudah, aku senang akhirnya kau serius menikah hari ini. Tadi Tio sudah memvidiokan semua persiap
Wisnu melihat Amanda berjalan ke arahnya dalam balutan kebaya putih yang indah. Gadis itu tampak cantik dan anggun. Hatinya bergetar mengingat betapa perasaannya ini sangat kuat pada Amanda, hingga tidak perlu menunggu lama untuk merasa bahwa dialah pelabuhan cinta terakhirnya. Wisnu sudah letih dan ingin menikmati hari-hari dalam hidupnya dengan malaikat cantiknya ini.Sampai Amanda berdiri di tempat di mana tangan Wisnu bisa menjangkaunya, dia langsung mengulurkan tangan untuk memeluk Amanda. Di dada pria yang sudah membuatnya menderita karena cintanya ini, Amanda kembali mengucurkan airmatanya. Bahunya sampai bergetar dan Wisnu hanya mengelusnya lembut untuk menenangkannya. Dia tahu, Amanda sudah mengalami hari-hari yang tidak mudah, dan akan memastikan di masa depan tidak ingin melihatnya menangis lagi.Dirja, Moana dan Marina tidak sadar menitikan airmata. Mereka terharu akan ketulusan hati putrinya itu yang sebenarnya hanya ingin membuat mereka bahagia. Dan Tuhan memberikan bala
Amanda merasa geli dan malu karena tak sengaja harus menyentuh sesuatu itu. Pria ini apa tidak malu melakukan hal seperti itu.“Coba lihat dirimu, menendang suaminya sendiri di hari pernikahan!”“Aku kan lupa kalau sudah menikah!” Amanda beralasan. “Lagian Mas Wisnu sih pakai curi-curi cium pas aku tidur!”“Ya udah sana mandi, udah mau magrib lho!” tukas Wisnu.Amanda kesulitan bangkit karena masih menggenakan kebaya. Kakinya ribet oleh kain hingga terjatuh ke pelukan Wisnu.“Sabarlah sayang! Jangan terburu-buru. Aku tahu kau masih tampak lelah sekali” tukas Wisnu menahan tubuh Amanda.“Enggak, kok! Aku tersandung kebaya saja tadi.” Amanda seolah tidak terima disangka menginginkan hal itu. Kesannya dia sudah gatel saja. Ish, pria ini!“Haha, gak perlu jaim! Kita ini sudah menikah kok sayang. Sini aku bantu lepas kebayanya biar tidak ribet” tukas Wisnu menahan senyuman melihat wajah Amanda yang kemerahan.Wisnu membuka resleting di punggung Amanda turun sampai kepinggangnya hingga ter
Purwa dalam perjalanan pulang dengan rombongannya. Mereka sudah transit di Istanbul dan harus terhenti karena cuaca buruk. Memutuskan beristirahat di hotel saja sembari menunggu penerbangan kembali di buka. Sambil rebahan Purwa tak sabar ingin melihat-lihat video dan foto pernikahan keponakannya. Bibirnya menyunggingkan senyum melihat Amanda dan Wisnu memamerkan surat nikah mereka dan tersenyum bahagia.Beberapa foto tampak terlewat dari pandangan Purwa namun sekilas Purwa melihat seseorang yang tampak familiar. Dia mengulang beberapa slide dan menahannya. Awalnya dia hanya mencoba melihat lebih jelas, bahkan membesarkan salah satu sudut foto tepat pada seorang wanita. Dan jantungnya tiba-tiba berdebar kencang. Tangannya bergetar hingga menjatuhkan gelas di nakas saat ingin meminum air untuk menenangkan diri.Ujang mendengar keributan segera menghampiri Purwa.“Apa yang terjadi, Pak?”“Ujang!” teriak Purwa. “Sambungkan panggilan ke Wisnu!”Ujang menuruti permintaan tuannya, takut ada
Wisnu tertawa mendengar ucapan Purwa yang sangat yakin bahwa Amanda adalah putrinya. Pria itu masih saja berhalu bahwa istrinya masih hidup. “Anak kurang ajar! Kau malah tertawa seolah semua ini lucu?!” Purwa marah. Sejenak Wisnu terdiam karena Purwa tidak bisa dibecandai jika menyangkut istrinya. “Begini, Om. Amanda usianya bahkan belum genap 22 tahun. Om ingat kan bencana itu sudah terjadi 24 tahun yang lalu. Artinya, kalaupun Mama Moana itu memang istri Om, tapi Amanda sudah dipastikan bukan putri Om. Lagipula, Amanda punya papa” Wisnu masih mencoba membuat Purwa berpikir dengan logika. “Aku merasa harus tahu kejelasannya dulu dan kemungkinan itu tetaplah ada. Dia bisa mengubah namanya, bisa saja dia juga mengubah data Amanda” Wisnu tidak berdaya dengan keras kepala Purwa yang sangat yakin bahwa istrinya masih hidup. “Wisnu! kau masih mendengarku?” Purwa bertanya karena suara Wisnu tidak terdengar. “Iya, Om!” “Jangan sentuh Amanda dulu sebelum semua jelas. Aku serius itu!”
Marina melihat mobil Wisnu masuk halaman segera menyambut pengantin baru itu. Dia segera menghampiri Amanda sementara Wisnu membawa buah yang tadi mereka beli di jalan ke dalam rumah.“Bagaimana malam pertamamu?” goda Marina“Apaan sih tante!”“Sudah belum?” Marina masih menggoda.“Mas Wisnu masih sibuk” Amanda tak memperpanjang pembahasan dan segera masuk ke dalam. Marina kecewa, harusnya dia bisa menggoda ponakannya itu.“Kebetulan Mama sudah masak, kita sarapan dulu” Moana menyambut mereka.“Ma, kan aku sudah bilang Mama gak boleh capek-capek!” Amanda protes.“Jangan terlalu berlebihan menghawatirkan Mama, aku baik-baik saja,” tukas Moana tersenyum menunjukan dirinya sehat.Wisnu memperhatikan wanita itu sambil berpikir apakah dia mengenalinya sebagai tantenya? Tapi ingatannya memang buruk. Mudah-mudahan Purwa hanya salah kira saja.“Sayang, aku ke kamar dulu,” ucap Amanda pada Wisnu.“Iya, aku akan bicara pada Mama sebentar,” tukas Wisnu dan Moana yang masih di tempat hanya tersen