Annisa masih sangat penasaran wanita seperti apakah yang berhasil menarik hati seorang Wisnu. Ketika abi-nya baru datang dari undangan pernikahan Wisnu, dia ditunjukan beberapa foto yang sempat diabadikan Mirzha untuk dirinya sendiri. Dia begitu terkejut karena ternyata wanita itu adalah, Amanda. Perawat Purwa yang kata Bella berusaha centil dan menggoda pria yang dirawatnya. Hati Annisa merasa sangat tidak terima.“Dia itu perawat Pak Purwa, Umi!” Annisa membahas foto itu saat dia mengunjungi orang tuanya.“Lho, yang kata temanmu itu suka centil dan berusaha menggoda Pak Purwa?” Fatimah terkejut.“Benar, aku tidak suka sekali padanya. Kelihatan banget, kan kalau dia centil!”“Dia gadis yang baik, kelihatan dari mukanya dia anak baik!” Mirzha yang mendengar obrolan anak dan ibu itu menyahut saat melintas. Mirzha sudah bertemu langsung dan sempat mengobrol sebentar dengan Amanda. Dari sikapnya Mirzha sudah bisa menilai, Amanda anak yang baik. Terlebih sangat sopan dan menghormati oran
Wisnu melihat Amanda berjalan bersama Lesti langsung buru-buru turun dari mobil dan menghampirinya.“Sudah selesai kangen-kangenannya?” tukas Wisnu menyapa mereka.“Oh, Pak Wisnu! Apa kabar Pak!” sapa Lesti balik. Dia masih terasa segan saja karena Wisnu adalah big bosnya di kantor tempatnya bekerja dulu.“Baik Lesti, kerja di mana sekarang?”“Di stasiun tv swasta pak, MONTV”“Oh, kenapa tidak melamar di DTV saja?”Lesti tahu, DTV adalah stasiun televisi swasta milik perusahaan Dinata. Dia juga pernah kepikiran melamar di sana selepas lulus, tapi pasti persaingan sangat ketat karena merupakan stasiun tv populer di negri ini.“Ah, saingannya banyak, Pak. Saya cari yang pasti bisa terima saja!”“Mas Wisnu sudah selesai meetingnya?” tanya Amanda.“Sudah, ayo pulang!” Wisnu mengambil tas Amanda dan membawakannya. “Kau tidak ikut Lesti?” Wisnu menawarkan.“Tidak, Pak. Terima kasih. Saya harus ke suatu tempat dulu.”“Ya udah, sampai jumpa, Lesti!” Amanda berpamitan.Keduanya berjalan menjau
Melihat suaminya sampai harus rela berjongkok untuk wanita lain, Amanda sebal. Walau dia sudah tahu bahwa itu adalah trick dari wanita itu untuk mencari perhatian Wisnu, rasa cemburu tetaplah ada. Wisnu dengan segera berbalik dan menolong wanita itu. Amanda tidak suka jika melihat suaminya memperlakukan wanita lain seperti dia memperlakukan dirinya.‘Duh! Sialan banget ya cemburu ini. Kenapa gak bisa ditahan?’Betapa dia menahan geram hingga tak sengaja kakinya menginjak buah apel yang dijatuhkan Annisa hingga dia terpeleset dan keranjangnya menabrak seorang ibu-ibu yang juga berbelanja. Naasnya ibu tadi demi menghindari keranjang Amanda, jadi ikutan terjatuh dan menyenggol punggung Annisa yang baru dibantu berdiri oleh Wisnu. “MAAAS!” teriak Amanda saat terpeleset.Wisnu tentu langsung melihat Amanda yang hampir terjatuh dan hendak menolongnya. Tapi tangan Annisa segera menarik lengannya dan itu tentu menghalanginya bergerak. Sehingga otomatis dia reflek menyelamatkan Annisa dengan
Amanda memperhatikan sekitar yang tiba-tiba menjadi sepi. Sama seperti saat mereka pernah makan di sebuah restoran waktu itu, keadaannya juga tiba-tiba menjadi sepi ketika mereka makan.“Kok tiba-tiba sepi, ya, Mas?” Amanda bertanya dengan heran.“Ya, satenya sudah habis kali,” jawab Wisnu yang juga mencoba mengambil satu tusuk sate kambing untuk dimakannya.“Bukan Mas Wisnu kan yang menjadikannya sepi?” masih Amanda penasaran.“Aku? Menurutmu aku pembawa sial, begitu datang restoran jadi langsung sepi?” Wisnu bercanda.“Bisa jadi, yang dulu saat kita makan di restoran juga begitu, kan!” Amanda menimpali. “Sekarang saja, aku merasa kena sial juga!”“Kamu kena sial? Maksudnya apa?”“Sial, lah! Lututku lecet, aku tersungkur dan malu dilihatin banyak orang di mall itu, sementara Mas Wisnu malah menolong wanita yang hanya berpura-pura jatuh itu!”“Kok itu lagi, Sayang, yang di bahas?” Wisnu melenguh ternyata Amanda masih kesal dan terus membahas hal itu.“Enggak tahu, pengennya bahas teru
Amanda baru teringat Lesti pulang kampung. Dia harus bertunangan di sana. Kontrakan sepi dan gelap. Dia menimang-nimang akankah menginap di kontrakan sendirian? Akhirnya dia mengembalikan lagi kunci ke Tante May, dan memutuskan untuk balik ke apartemen saja.Terlihat mobil Wisnu berhenti. Amanda hanya berdiri sedih menatapnya. Wisnu langsung keluar dan menghampiri Amanda dan langsung memeluknya.“Maaf, Sayang!” ucapnya penuh sesal menciumi kepala Amanda, lalu melihat kontrakan yang sepi dan gelap.“Lesti sedang pulang kampung,” ujar Amanda melihat keheranan Wisnu. Wisnu pun ingat Amanda pernah cerita Lesti akan bertunangan dengan Dion di kampung halamannya.“Kalau kau mau menginap di sini, aku akan menemanimu?” ujar Wisnu menatap Amanda.“Mas Wisnu tidak keberatan?”Wisnu menggeleng dan mencium bibir Amanda. “Tidak, untukmu aku bisa melakukan apapun,”‘Helleh! Orang tadi aku jatuh dibiarkan sekarang sok-sok an bilang mau melakukan apapun!’Wisnu seolah membaca pikiran Amanda dan berus
Ujang menghampiri majikannya yang bingung sendiri mau pakai baju apa. Hampir semua Isi lemarinya sudah keluar tapi dia belum juga mendapatkan keputusan. Purwa seperti anak muda yang akan pergi berkencan dan merasa harus tampil sempurna.“Pak? Bu Moana sudah menunggu, kita jadi pergi apa tidak?” tanya Ujang.“Aduh, aku pakai baju yang mana nih, Ujang?” Purwa masih memilih.“Boleh saya bantu, Pak?” Ujang menawarkan.“Baiklah, kau pilihkan yang membuat kharismaku keluar.”Ujang dengan cepat mengambil celana bahan hitam dan kemeja longgar, tapi Purwa protes. “Kau kira aku akan melamar kerja? Aku mau kencan!”“Kencan, Pak?” Ujang heran.“Ssst! Aku tidak tahu mau kemana, tapi kalau seorang wanita tiba-tiba mengajakmu ke suatu tempat, apa itu bukan kencan namanya?”Ujang pun memilihkan celana jeans dipadankan dengan kemeja orens menyala. Dia sebenarnya kurang yakin, tapi …“Baiklah, mungkin itu saja aku pakai” tukas Purwa merebut baju itu dari tangan Ujang.“Apa tidak terlalu menyala, ya, Pa
Lesti sudah balik ke Jakarta lagi beberapa hari yang lalu. Dia menerima sebuah paket makanan dari Dion. Katanya ada syukuran di perusahaan.‘Syukuran apa lagi?’ batinnya bertanya-tanya sambil mengirim pesan pada Dion.[Sekretaris Pak Wisnu bilang, itu syukuran untuk kehamilan istri Pak Wisnu] balas Dion untuk pertanyaannya.Tentu saja, Lesti terbelalak dan segera memfoto paket itu dan mengirimkan pesan pada Amanda.[Selamat ya, feelingku benar, kamu ternyata hamil, kan?]Di seberang sana, Amanda yang sedang membuat kudapan untuk makan siang bersama suami tercinta menerima pesan Lesti dan membacanya. Tentu dia tak kalah terkejut melihat pesan Lesti.‘Siapa yang hamil?’Amanda buru-buru menelpon Lesti.“Jangan bercanda, ya! aku tidak hamil,” ujar Amanda merasa Lesti hanya menggodanya.“Lho, ini dari kantor kok, Dion yang kirim ke aku. Katanya syukuran untuk kehamilan istri Pak Wisnu. Istri pak Wisnu kan kamu, emang dia punya istri yang lain?”Amanda bingung sekaligus penasaran. Wisnu ju
Wanita itu sungguh terkejut dan otomatis merasa malu karena sudah nyelonong masuk dan mendapati kedua suami istri itu berciuman mesra. Tapi, dia gengsi jika harus merasa bersalah di depan mantan pembantu itu.“Oh! Maaf, saya sudah mengetuk pintu tadi.” ucap Annisa.Wisnu melirik Amanda, berharap tidak ada salah paham lagi karena Annisa nyelonong saja ke ruangannya. Tapi Amanda hanya terlihat diam.“Ada perlu apa?” tanya Wisnu pada Annisa. Dari nada bicaranya, Wisnu tampak tidak suka dengan sikap Annisa.“Anda tadi meminta proposal proyek ini segera diselesaikan, jadi saya terburu-buru ke sini.” tukas Annisa menguraikan alasan kenapa dia harus ke ruangan Wisnu agar pria itu bisa memaklumi sikapnya. “Kau bisa menyerahkannya pada Abim, tidak perlu harus kepadaku.”Annisa terpaku mendengar ucapan Wisnu yang dingin, dia berpikir pasti karena ada Amanda di sana jadi dia bersikap begitu padanya. Jangan-jangan wanita itu yang meminta Wisnu agar menjauhi dirinya. Takut kalah saingan ya? bati