Bella terus saja berjalan masuk ke taman belakang dan segera mencari pohon belimbing yang ia inginkan, lidahnya sudah tidak tahan ingin segera menikmati rasa asam dari buah itu.Di sudut taman tak jauh dengan pohon ceremai nampak lah pohon yang gadis itu cari, tidak pendek juga tidak tinggi, dan pohon belimbing sedang berbuah lebat yang menempel pada dahannya."Nona Bella, sedang apa di sini?" tanya Bi Tini, yang kaget karena melihat Bella yang sedang tersenyum memandangi pohon belimbing dengan mata berbinar, seolah sedang bahagia karena mendapatkan hadiah. Kelakuan gadis itu sangat menggemaskan dan membuat wanita paruh baya itu ikut tersenyum senang."Bi, saya mau makan buahnya, langsung petik di pohon rasanya pasti enak," ucap Bella tanpa dosa, dengan menampakkan wajah berseri."Mau pakai sambal rujak tidak, Nona?" tanya Bi Tini, paham dan wanita paruh baya itu hanya menerka-nerka dalam hatinya jika majikannya sebentar lagi punya bayi."Boleh, tapi hanya garam dan cabai saja," balas
"Jika ingin bertemu Adella, gadis kecil itu ada di kamar tamu bersama Rachel dan Titin." Terang Sherin yang tangannya menunjuk ke arah salah satu kamar yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.Sherin tersenyum hangat pada gadis yang terlihat menjadi pendiam dan pucat itu."Bella boleh makan rujak belimbing lagi tapi tidak sekarang, harus di jeda, sebab saya tahu kamu punya magh kronis," lanjut Sherin lagi karena tidak enak hati, tapi kesehatan itu lebih utama."Saya sudah tidak mau rujak lagi, Ma," balas Bella dengan malu, karena atas keinginannya ingin makan buah asam itu semua orang menjadi terlibat dan repot."Syukurlah kalau begitu, saya tenang." Imbuh Sherin yang menatap lekat ke arah sang gadis.Bella sendiri meski dirinya sangat ingin bertanya kenapa Sherin pulang cepat, tapi semua pertanyaan itu hanya sampai di ujung lidah saja tidak sampai bersuara.Enggan dan segan, dan pada akhirnya diam dan segera pamit pada Sherin dan Bernard untuk bertemu putrinya Adella."Mama suka gad
Di rumah, Bernard khawatir karena gadisnya tidak ada, dan memutuskan untuk mencari ke kontrakan lama, dan segera menghubungi Rini, karena wanita itu satu-satunya yang dekat dengan Bella selama tinggal di Jakarta.Selama ini Rini juga selalu membantunya untuk membantu menaklukkan hati orang tua Bella di kampung.Pria itu segera mengeluarkan motor matick tak lupa juga membawa dua helm, dia yakin Bella pasti ke sana meski tidak tahu alasan perginya yang diam-diam tanpa memberitahu salah satu penghuni rumah. Setelah melihat Adella yang sedang bermain dengan adiknya, lalu pamit pada Sherin yang tampak shock karena gadis itu menghilang.Tentu saja wanita paruh baya itu menyalahkan putranya yang mungkin menyakiti hati Bella, sehingga gadis itu pergi secara diam-diam."Cari sampai ketemu, jika belum dapat, kamu jangan pulang!" ujar Sherin pada putranya sebelum pria itu pergi dengan motor maticknya yang jarang digunakan, dan hanya sebagai penghias di garasinya yang luas.Bernard tidak membala
"Hidung kamu bermasalah dan kita harus ke dokter!" ajak Ben saat Bella meminta dirinya menjauh dan gadis itu menutup hidungnya dan mual-mual."Aku tidak mau ke rumah sakit, Tuanlah yang harus mandi dan memakai sabun yang banyak. Bersihkan tubuh Tuan biar tidak bau!" "Tapi kan wajah kamu pucat, sayang. Pokoknya kita harus ke rumah sakit sekarang juga, titik tidak boleh membantah!"Keinginan Bernard tidak bisa dibantahkan oleh Bella sementara dirinya juga merasa mual dan pusing.Pria itu bersiap-siap meski gadis itu tetap diam di tempat dan mengurut pelipisnya yang terasa pusing.Bernard merasa ada yang aneh di tubuh Bella karena bukankah dia telah mandi, pakaian pun bersih dan memakai minyak wangi yang termahal, tapi kenapa gadis itu merasakan bau padahal itu sama sekali tidak dia rasakan."Aku tunggu sepuluh menit kamu harus sudah bersiap. Apapun yang terjadi aku tidak mau kamu membantah, kamu pun sangat lemah aku melihatnya itu.""Tuan Aku hanya ingin beristirahat saja, aku
"Kenapa harus ke dokter SpOG, Bukankah dokter yang lain juga ada?" tanya Bernard kepada Bima karena mereka khawatir pada kondisi Bella yang terlihat sangat lemah."Nona Bella harus diperiksa di USG dan lain-lain karena memastikan saja untuk kondisi kesehatannya nanti." jawab sang dokter dengan menahan sabar.Ia tahu sepupunya itu sangat ribet, dia menyukai Bella saat gadis itu belum dekat dengan Bernard, sekarang kenyataan pahit itu datang, dia berpikir yang lain, dan hatinya memang sangat sakit. Kala cintanya bertepuk sebelah tangan.Seketika Bernard terdiam hanya menatap Gadis itu yang tergolek lemah di atas ranjang pasien yang sangat sempit dan hanya dihalangi dengan pasien lain sehelai tirai yang berwarna biru.Bernard pun memberikan jalan untuk para perawat membawa Bella menuju ke ruangan dokter SpOG untuk segera diperiksa.Ben, berjalan bersisian dengan para perawat, wajah pria itu semakin menampakkan raut wajah yang dingin dan tegang. Tak berapa lama Sherin dan Rachel
Akhirnya Bernard dan Bella pulang ke rumah mereka, tentunya rumah Bernard yang dulu diperuntukkan untuk Kristin, tentu saja kini untuk Bella calon ibu dari anak-anaknya.Sherin dan Rachel memakai mobil yang lain keduanya mengikuti mobil Bernard yang melaju di depan mereka lebih dulu dengan kecepatan sedang. Tepatnya merayap mirip siput yang sedang balap lari.Senyum wanita yang sudah termakan usia itu selalu mengembang, karena dia bahagia sebentar lagi akan menjadi nenek seutuhnya. Begitu juga dengan Rachel, meski dirinya belum dikarunia anak tapi mendengar dan melihat kakaknya akan menjadi seorang ayah dia sangat senang sekali.Anak kandung atau ponakan ataupun anak angkat baginya itu tidak masalah, begitu pun dengan suaminya yang tidak terlalu menekan dirinya untuk mempunyai anak.James-suaminya sangat baik dan terbuka dalam hal apa pun juga, termasuk memperoleh anak.Karena anak itu karunia dari Tuhan, jadi saat belum diberi, mereka sangat menikmati setiap hari bulan madu."Bern
Noda Hitam Bab 54Hadiah Setelah berada di dalam kamar Bernard, Bela terbelalak, karena di sudut tempat dia biasa duduk termenung terdapat satu tumpuk hadiah Entah dari siapa."Itu hadiah dari mama saat pulang dari luar negeri dan dari Bali memang sengaja untuk kejutan," ungkap Bernard saat melihat Bella kaget dan wajahnya sangat menggemaskan."Sebanyak itu?" tanya Bella, sangat penasaran."Itu hanya separuhnya yang lain ada di dalam kamar tamu. Nanti Mama ke sini sama Rachel untuk menjelaskan Apa saja kegunaan barang itu," terang Bernard.Pria itu memperlakukan Bella semakin manis dan lembut."Tuan, bisakah kau turunkan aku?" Bella meminta untuk diturunkan dari gendongan Bernard, selain ia mual mencium bau tubuh pria itu dia juga takut jatuh."Baiklah," jawab Ben, tanpa penolakan, karena ia tahu calon ibu dari anaknya itu butuh istirahat. Pria itu dengan hati-hati menurunkan Bella di atas tempat tidur menata bantal lalu menyusunnya memastikan calon istrinya itu senyaman mu
Kini Bella dan Bernard sedang menuju ruang makan keduanya ditunggu oleh Sherin untuk makan siang, wanita sepuh itu sangat rindu makanan Indonesia.Wanita paruh baya yang berwajah Bule itu menggandeng Bernard dan Bella menuju ke ruang makan, terlihat makanan ciri khas Indonesia ada nasi dan urap juga ayam bakar tambah sambal terasi dan sayur asam ada juga ikan asin ciri khas lalaban petai yang baunya sangat mengenakan tapi nikmat di lidah."Wow! banyak sekali makanan ini apa Mama yang masak?" tanya Bella."Tentu tidak. Bibi yang masak ini semua."Mereka pun duduk di kursi makan masing-masing. Sherin duduk di kursi ujung sedangkan Rachel duduk di depan Bernard sementara Bella Masih Berdiri, perempuan itu bingung duduk di sebelah mana."Ya ampun duduk, Kak! di sebelah Kak Bernard dan Kenapa juga Kakak enggak segera duduk. Apakah ambeien?" goda Rachel sambil menahan tawa."Duduk sini." Bernard meraih tangan Bella sehingga wanita cantik itu duduk pas di dekatnya."Bella, ayo makan temani