Inara kaget mendengar perkataan Angga. Dia hanya mampu menatap Angga dengan tatapan sayu, berharap Angga bisa menebak pikirannya.Inara melepaskan genggaman tangan Angga padanya, dengan senyuman manis dia berkata, "Maaf, Mas. Aku sudah bahagia dengan kehidupanku yang sekarang," ujar Inara dengan sangat lembut dan tulus.Mendengar jawaban dari Inara membuat Angga menjadi lemas, dia benar sangat kecewa dan menyesali perbuatannya yang dulu."Aku tahu aku sudah salah sejak dahulu, dan aku menyesal melakukan itu semua kepadamu. Andai waktu bisa di putar kembali, aku nggak akan menyiakan wanita sepertimu," ujar Angga dengan suara lemasnya.Inara merasa kasihan dengan Angga, namun dia masih ingat apa yang di perut oleh Angga kepadanya. Tapi kini Angga sudah menemukan karma ya. "Mas, kamu pasti akan menemukan kebahagiaanmu. Kalau begitu aku pergi dulu."Inara keluar dari ruang inap Angga, Angga hanya mampu menatap kepergian Inara. Dia mengusap wajahnya, pikirannya sangat kacau dan tidak tahu
Tak hanya sampai di situ, keesokan harinya saat Angga sedang sarapan di luar rumah lagi, tiba-tiba dia merasakan gatal yang teramat sangat di kawasan yang sama. Bahkan rasanya lebih gatal dari yang kemarin."Kenapa ini bisa gatal lagi, sih!" kesal Angga dia terus menggaruk bagian bawahnya. Benar tidak kuat lagi menahan rasa pedas-pedas tak menentu tersebut."Gatalnya luar biasa, bukan kayak digigit semut ataupun nyamuk. Ck! Ah!" rutuknya kembali. Pikiran Angga kembali tertuju kepada Nira. Wajah Nira seolah terbayang-bayang pada pikirannya. Dia menepis sugesti buruknya, dan berusaha berpikir positif."Aku tidak mungkin tertular penyakit Nira! Mungkin karena kemarin tidak aku obati dan langsung tidur," ujar Angga masih berpikir positif.Dia makan sejenak, namun rasa gatal terus menggerutu. Dia menggaruk, bahkan tanpa Angga sadar, jika ada beberapa pembeli lain yang melihat aksi Angga itu."Lihat deh laki-laki yang di sana, masak dia makan sambil garuk-garuk anu!"Angga tak sengaja mend
Mata Angga terbuka lebar. Bahkan, di dalam mimpi buruknya sekalipun dia tidak pernah berpikir untuk bertemu lagi dengan Nira.Ya, wanita yang saat itu sudah ia dorong dan terluka, malah hadir di hadapannya dengan tatapan yang kesal. Bahkan, dia sama sekali tidak membiarkan Angga untuk meninggalkan tempat itu."B-bagaimana kamu bisa ada di sini, Nira? Apa yang..."Baru saja pria yang ketakutan bukan main itu hendak menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja Nira yang menyadari panik pada raut wajah Angga mulai tertawa hebat."Hahaha, Mas. Sebenarnya apa yang kamu takutkan? Apa kamu takut, kalau aku tidak bangun lagi dan pada akhirnya tak bisa mengejarmu? Tidak, ke manapun kamu pergi aku akan selalu mengejarmu, Mas. Ingat! Aku tidak akan pernah melepaskanmu."Nira berteriak saat itu. Beberapa orang pun terlihat memerhatikan mereka dari kejauhan. Sebagian besar dari mereka sama sekali tidak ingin terlibat dan hanya berlalu begitu saja. Sementara yang lainnya perlahan berbisik-bisik dan mula
Angga terdiam seribu bahasa. Dirinya yang saat itu masih berada di dalam got berharap setengah mati, bahwa dia tidak diketahui keberadaannya oleh Nira.Dia berharap dan terus berharap. Namun di lain sisi dia merasa sedih karena semua alat-alat yang telah ia dapatkan untuk beribadah harus raib dan lenyap."Apalagi yang harus aku lakukan sekarang? Apakah bahkan ingin bertaubat saja aku sudah tidak diizinkan?" Angga berpikir demikian.Ya, dia sudah memutuskan untuk berubah dan mulai memperbaiki dirinya menjadi pribadi yang lebih baik. Akan tetapi kenapa semuanya harus hancur, karena pertemuannya secara tak sengaja dengan Nira?Angga masih menyesali hal itu. "Seandainya aja waktu itu aku nggak pergi ke tempat parkir, pasti aku nggak bakal ketemu sama Nira dan jadi seperti ini. Sial!" keluhnya, masih di dalam got yang tercium bau menyengat.Sementara itu pada saat yang sama, Nira ternyata sudah tiba tepat di atas Angga. Mereka berdua hanya dipisahkan oleh sepotong papan yang menutupi sekuj
Angga kaget bukan main, ketika melihat kehadiran Nira di hadapannya. Bahkan dengan senyuman yang nampak senang, karena dirinya berhasil menemukan Angga lagi. "Apa yang kamu lakukan di sini Nira?!" tanya Angga dengan suara sedikit keras, namun raut wajahnya menunjukkan, jika dia kaget melihat kedatangan Nira.Nira tertawa sinis, dia mendekati Angga. Namun Angga terus berjalan ke belakang. "Nggak ada tujuan lagi, selain untuk mencari dirimu, Mas Angga," jawab Nira menyeringai. Angga menggelengkan kepalanya, dia menatap Nira dengan tajam. "Aku sudah mentalakmu Nira! Lebih baik sekarang kamu pergi dari sini, sebelum aku bertindak lebih keras lagi!" kesal Angga. Dia nggak boleh takut kepada Nira, karena Nira sudah membuat kehidupannya menjadi hancur.Nira tertawa sinis, tidak menggubris apa yang dikatakan Angga. Angga kesal, dia menarik tangan Nira agar tak berdiri di depan pintu utama. Mendorong tubuhnya agar menjauh dari dirinya."Pulang! Aku nggak menerima kehadiranmu di sini!"Wajah
Kehidupan baru Angga pun terasa begitu berarti. Pria yang sudah memutuskan Istiqomah dan melakukan kewajiban pada yang Maha Pencipta itu, kembali melaksanakan sholat sesuai jadwalnya.Subuh, Dzuhur, ashar, dan seterusnya. Angga melakukan sholat dan terus memohon sambil mengangkat tangannya ke atas."Ya Allah, tolong ampunin semua dosa-dosa hamba yang sudah hamba perbuat selama ini. Hiks, hiks... Aku ... Aku bener-bener nggak tahu lagi harus gimana, ya Allah. Hanya Engkaulah satu-satunya yang bisa menjernihkan pikiran ini, juga menghapus semua dosa yang telah aku lakukan. Tolong ya Allah, tolong bimbing hambaMu ini."Setiap saat, do'a yang selalu keluar dari mulut Angga selalu sama. Dia memohon agar diberikan kemudahan dalam berbuat baik. Karena dirinya saat itu sudah berjanji bahwa dia akan menjadi orang yang lebih baik lagi daripada sebelumnya. Makanya, dalam setiap langkahnya harus berada dalam bimbingan dan juga arahan Yang Maha Kuasa.Kesesatan semu yang saat itu pernah dia lalui,
Nira begitu bahagia saat dia berhasil menemukan pria ke-6. Sebenarnya dia tidak bermaksud untuk jahat, hanya saja Nira ingin hidup tetap didampingi oleh sosok suami. Penyakit klamidia yang dia miliki memang sulit sekali sembuh meski telah berobat ke sana-sini. Dia juga tidak tahu kenapa bisa tertular seperti itu. Yang dia tahu, dia mengidap penyakit tersebut saat menyelesaikan hubungan ibadah dengan suami pertamanya.Nira bahagia saat Angga hadir di hidupnya. Nahas! Rumah tangganya dengan pria itu tidak lama, karena ternyata diam-diam ibunya mengirim surat kepada seorang tetangga yang pada akhirnya disampaikan kepada Angga. Ibunya membocorkan rahasia besar tentang Nira karena perempuan bernama Nuri tersebut tidak mau ada korban selanjutnya.Nira berusaha mencari-cari Angga setelah pria itu pergi. Hingga dengan sangat kebetulan dia menemukan laki-laki yang kemarin mentalaknya hendak naik angkutan umum. Nira senang sekali. Meski pada akhirnya sosok itu kembali menghilang karena takut de
Angga tengah menyiapkan pesanan beberapa orang saat itu. Tiba-tiba saja, rasa merinding yang tak bisa dijelaskan oleh kata-kata mulai menghampiri dirinya."Kenapa, ya?" Tak lama kemudian, Angga yang baru saja menerima uang dari bakso yang dia jual, malah membulatkan kelopak matanya dengan sempurna."Astaga! D-dia..."Itu adalah tatapan menakutkan ketika ia melihat wanita yang sangat tidak ingin ia temui.Ya, Angga terlebih dahulu melihat Nira yang saat itu hendak masuk dan membeli baksonya.Padahal dia sudah setengah mati menjauh dan berusaha untuk menyembunyikan diri dari wanita itu, akan tetapi pada saat yang sama dia malah secara kebetulan bertemu dengannya lagi.Sial!Angga sungguh tidak menyangka, bahwa mimpi buruk yang kemarin hinggap, kini malah menjadi kenyataan."G-gimana? Mimpinya bener-bener jadi nyata. Gak! GAK! Aku sudah nggak mau ketemu Nira lagi."Angga tak perlu berpikir panjang lagi. Pria itu sontak saja langsung lari meninggalkan dagangannya begitu saja, bahkan tanp