Aku tidak paham dan sejujurnya tidak mau mengerti juga.
Aku tidak bisa mengabaikan dia ketika datang kesini dengan wajah babak belur.
Logikaku bilang kalau seharusnya aku tadi menutup pintu sekencang-kencangnya di depan wajahnya untuk menyuarakan kekesalanku. Tapi nyatanya, aku tidak bisa.
Membeku, aku hanya diam, menunggu dia akan mengatakan apa.
Malam-malam, tepat ketika aku mau tidur tiba-tiba handphoneku berbunyi. Jenan, iya laki-laki itu mengirimkan ku pesan kalau dia sudah ada di depan rumahku.
Demi Tuhan, aku ingin sekali mengabaikannya. Dia hanya mengirimkan pesan sesingkat itu sekali, harusnya itu jadi hal mudahkan? Tapi nyatanya tidak.
Dengan terburu-buru aku membuka pintu dan benar dia ada didepan rumahku dengan wajah penuh luka dan ekspresi datar. Seolah-olah dia bukan manusia yang bisa merasakan sakit.
"Obatin."
Dengan singkatnya dia menyuruhku seperti itu.
Kalau ada typo boleh komen ya>< hihi
Sesuai janjinya, Jenana datang ke rumahku jam empat sore... Ah, bahkan dia datang jam empat kurang lima menit. Katanya, daripada telat lebih baik datang lebih cepat. Ya, bagus sih. Aku tidak suka orang telat. Seperti Irish contohnya. Sebelum Jenan kesini, aku sudah mempersiapkan diri dari jam dua, mengobrak-abrik lemari untuk mencari baju yang paling terlihat bagus di tubuhku, tapi semuanya sama aja. Tidak ada satupun baju yang berhasil membuatku jadi lebih cantik, jadi aku memutuskan untuk memakai kemeja abu dan rok sebatas lutut berwarna hitam. Untuk rambut aku hanya memakai beberapa jepitan bentuk mutiara di sebelah kanan. Wajahku juga ku poles sedikit dengan make up, terutama di bagian bibir yang ku rias dengan warna pink dibagian luar bibir dan merah di bagian dalam bibir. Saat berkaca aku merasa puas, ya walaupun wajahku tidak berubah seperti Irene tapi setidaknya aku terlihat lebih segar dan tidak pucat. Anggaplah aku sedang memuji di
Oseana Blue. Nama yang cantikkan? Kata ayah itu nama pemberian bunda sebelum dia meninggal. Iya, bunda meninggal ketika melahirkanku.Awalnya saat tahu fakta itu diumur 7 tahun, aku sempat membenci diriku sendiri. Tapi ayah bilang, " justru ayah bersyukur karena perjuangan bunda tidak sia-sia. Dia berhasil melahirkan seorang anak perempuan yang cantik. Soal bunda meninggal itu bukan salah kamu Blue... Itu adalah takdir tuhan. Ayah senang kamu disini setidaknya kamu masih tetap tinggal dan menemani ayah." Dia bahkan berkata seperti itu sambil mengusap kepalaku.Sejak ayah mengatakan itu aku merasa lega dan berhenti menyalahkan diri sendiri.Walaupun ada beberapa anggota keluarga dari pihak bunda yang mengatakan aku penyebab bunda meninggal, aku selalu berusaha untuk tidak mengambil hati. Apalagi ayah selalu membelaku.Pernah sekali aku bertanya ke ayah, "Ayah, kenapa bunda memberiku nama Oseana Blue?""Karena bunda kamu mau setiap kali ayah berlaya
Diantara ratusan pelajar yang ada di dunia ini, pasti diantaranya ada yang membenci sekolah, kan? Tidak mungkin hanya aku saja kan?Sejujurnya sekolah ku ini sangat bagus. Sekolah yang cukup elit dan kebanyakan pelajarnya adalah anak orang kaya. Aku sangat bersyukur karena ayahku memiliki gaji yang cukup banyak sehingga bisa memenuhi kebutuhanku dan menyekolahkan ku disini.Tapi... Karena sekolah ini elit kadang malah sangat membebaniku. Dengan uang yang banyak anak-anak orang kaya itu pun banyak yang dituntut untuk menjadi yang terbaik. Mereka dimasukan les ketempat yang mahal. Sedangkan aku, jangankan les melihat buku saja sudah merasa mual. Untungnya ayahku bilang, "tidak masalah. Ayah tidak akan memaksa kamu untuk pintar disegala bidang. Cukup fokus dengan apa yang aku sukai."Dan akhirnya aku hanya fokus bermalas-malasan karena itu yang aku sukai.Tidak, tidak.. aku hanya bercanda. Ah, walaupun itu setengah dari kejujuranku tapi aku pun
Aku pernah bilang tidak sih kalau aku benci semua mata pelajaran?Tapi diantara itu semua ada dua mata pelajaran yang paling aku benci. Pertama matematika dan yang kedua adalah olahraga.Yang pertama tentu saja karena aku benci dengan angka. Sebenarnya aku masih paham kalau hanya sekedar angka yang di tambah, kurang, bagi dan kali tapi kalau sudah ada hurufnya aku langsung pusing.Yang kedua aku benci olahraga karena itu sangat melelahkan. Sebagai kaum yang hobinya rebahan, olahraga itu termasuk bagian musuhku.Kabar buruknya jadwal pelajaran dikelasku menempatkan olahraga setelah matematika. Kebetulan yang sangat luar biasa, bukan? Aku curiga apa mungkin ini karma karena di masa lalu aku pernah jadi guru yang jahat.Dan disinilah aku sekarang. Berlindung di bawah pohon dekat lapangan bersama Irish dan Indri.Sebenarnya nama aslinya Indra, tapi dia memaksa teman sekelas untuk memanggilnya Indri karena menurutnya dia l
Sudah tiga hari sekolah ramai dengan berita Alice berpacaran. Sebenarnya beritanya tidak akan seramai ini kalau Alice berpacaran dengan Jenan tapi karena Alice berpacaran dengan laki-laki selain Jenan berita ini jadi semakin panas.Bagaimana tidak, seluruh penjuru sekolah tahu kedekatan mereka berdua. Untuk disebut sebagai sahabat rasanya juga tidak wajar, mereka terlalu dekat. walaupun tidak ada konfirmasi dari Alice ataupun Jenan tapi tetap saja beritanya semakin menjadi karena Alice dituduh berselingkuh dari Jenan. Apalagi semenjak itu Jenan dan Alice tidak pernah lagi ke kantin berdua.Untuk masalah kantin aku sudah mengecek sendiri. Tiga hari aku menunggu Jenan dikantin tapi kursi itu tetap kosong. Tidak ada Alice atau Jenan yang mengisi tempat itu.Dan sudah tiga hari juga ponselku ada di Jenan. Ini semua karena tragedi pingsanku itu, semuanya jadi serumit ini.Ditanganku sudah ada coklat. Aku berniat untuk meminta maaf dan berte
Aku mendadak jadi pusat perhatian. Sepanjang perjalanan menuju parkiran sekolah tidak ada yang tidak menatapku.Ini semua karena Jenan. Iya. Jenan tiba-tiba datang ke kelasku membuat kehebohan dengan mencariku untuk mengajak pulang bareng.Awalnya aku tidak percaya kalau Jenan mencariku. Tapi, setelah melihat wajah Sinta si biduan kelas itu aku baru percaya apalagi ketika melihat Jenan yang memberi kode kepadaku untuk cepat keluar.Jenan berjalan didepanku. Dia tidak berkata apa-apa daritadi. Dia bahkan tidak menyuruhku untuk berjalan disampingnya.Biasanya kalau didrama yang aku lihat kan begitu. Si laki-laki akan berhenti berjalan lalu menengok ke belakang dan bilang, "kenapa jalannya dibelakang? Kamu itu pacar aku jadi jalannya harus disampingku." Setelah itu mereka jalan bergandengan tangan dan perempuannya tersenyum malu-malu.Aku kembali menatap Jenan didepanku. Lalu mendesah pelan. Memang ya drama dan realita itu ber
Semalam Irish menelponku, dia benar-benar khawatir. Dia menanyakan keadaanku, dia bertanya apakah aku baik-baik saja? Apakah anggota tubuhku masih lengkap? Apakah aku masih hidup? Dia bertanya seolah-olah aku dibawa oleh monster, ya memang sih Jenan itu punya julukan monster tapi Jenan kan bukan monster sungguhan.Aku bilang pada Irish kalau aku baik-baik saja cuman mungkin aku akan jadi mayat dalam waktu dekat. Irish langsung memarahiku dan bilang, "ngomong dijaga!". Benar-benar tidak tahu diri.Aku juga tidak memberitahu tentang perjanjianku pada Irish. Aku takut Irish marah dan langsung menghinaku. Walaupun iya, tapi aku tidak mau mendengar itu darinya.Kami telponan cukup lama bahkan sampai larut malam.Dan pagi ini aku menjalankan rutinitasku seperti biasa. Mandi, pakai seragam, dan sarapan buatan bik Inah.Sampai akhirnya aku dibuat jantungan ketika membuka gerbang rumahku.Disana ada Jenan sedang duduk diatas motorny
Hampir 5 menit aku menepuk-nepuk punggung Irish yang terlihat mengkhawatirkan. Wajahnya merah, matanya berair, dan hidungnya ingusan.Kalau kalian berpikir dia menangis, kalian salah. Kalau kalian berpikir dia menangis karena merasa kasihan denganku.....Itu juga salah.Irish bukan menangis, dia tersedak.Jadi, tadi setelah dia menarikku dan membawaku kembali ke kelas. Irish berteriak-teriak kesetanan membuat anak-anak yang ada di kelas termasuk aku hanya bisa diam. Irish sedang dalam keadaan senggol bacok, jadi tidak ada yang mau mengambil resiko.Dia juga melampiaskan emosi dengan memakan cimol pedasnya. Karena terlalu bar-bar entah bagaimana dia tiba-tiba tersedak dan langsung batuk-batuk.Tentu saja aku langsung membantunya. Merelakan minumanku yang langsung diteguk sampai habis walaupun dalam hati aku agak mengatai tingkahnya."Sialan nih cimol. Pokonya gue benci sama cimol dan nggak akan m