Rasa cinta ternyata sedahsyat itu. Cinta mampu merubah sikap dan sifat, bahkan hidup seseorang. Cinta memang hanya datang pada hati yang terbuka dan siap untuk dimasuki. Cinta tak memerlukan alasan untuk datang dan bertahta pada dua hati yang memujanya.
Demikian yang kini Pram rasakan. Dia tak pernah menduga bahwa rasa itu tumbuh di hatinya. Dan kian subur bagai jamur di musim hujan. Tanpa alasan, rasa itu kini bersemayam indah di dalam hati. Ruang hampa di dalamnya kini sudah terisi kembali oleh wajah seseorang yang jelita. Pintu hati yang sempat tertutup rapat, kini terbuka lebar dan terukir indah oleh sebuah nama, Aura Cinta Anastasia.
Sambil menikmati sebatang rokok di teras kontrakannya, Pram membuka memorinya ketika berada di Pulau Bali tiga hari lalu. Semua moment manis yang dia lalui bersama Cinta tergambar satu per satu. Dan tanpa sadar senyuman mengembang di bibirnya saat mengingat ciuman hangat yang dia lakukan bersama Cinta dengan latar belakang sunset di
Wanita itu melemparkan senyum penuh arti pada pria di seberang mejanya kini. Senyum kepuasan karena melihat wajah pria itu menegang disertai bunyi gemeretuk rahang di dalam mulut menandakan emosi yang demikian hebat tengah melanda.Amarah yang sudah menggumpal di dalam dada nyaris tak terbendung lagi, manakala bola mata David menatap layar ponsel yang disodorkan Stephany. Menyaksikan adegan mesra gadis yang dia cinta bersama seorang pria yang tak pernah dia sangka mampu mengalahkannya, membuat sekujur tubuhnya serasa mendidih dan darahnya berdesir cepat hingga mencapai puncak kepala.Siang ini, David bertemu dengan Stephany di sebuah kafe hotel mewah setelah setengah jam yang lalu wanita cantik itu menghubunginya. Tak butuh waktu lama David datang demi mendengar berita menggemparkan yang akan Stephany utarakan. Apalagi jika bukan mengenai gadis pujaannya yang ingin dia rebut kembali. Untuk itu David rela membatalkan semua jadwal pemotretan untuk hari ini.
Pram pun berharap David menyerangnya. Karena dia ingin sekali melawan dan memberi pelajaran pada pria berambut klimis itu dengan menghajarnya saat ini juga. Bukan saja untuk melindungi Cinta yang memang sudah menjadi tugasnya, tapi karena perasaan tak rela jika Cinta termakan rayuan hingga hatinya luluh dan akhirnya jatuh kembali ke dalam pelukan David, lalu mengabaikan hatinya yang sudah dicuri Cinta begitu saja.“Sudahlah David, kamu dan Cinta nggak bisa bersama. Percuma kamu ngemis-ngemis begini. Cinta udah nggak mau sama kamu lagi.” Kali ini Sabrina angkat bicara, berdiri di sisi Pram.Namun, bukannya mengerti apa yang Sabrina katakan. David justru mengalihkan tatapan nyalangnya pada Sabrina. Dan meminta Sabrina agar diam dengan mengangkat tegas telunjuknya ke depan wajah Sabrina.“Kalian berdua ini cuma pekerja. Jadi jangan ikut campur urusan majikan!” hardik David dengan nada mengejek seraya menunjuk kasar Sabrina dan Pram bergantia
Motor yang Pram kendarai melaju keluar dari basement setelah tiga hari mengendap di parkiran khusus yang diperuntukkan bagi penghuni tetap di apartement, sepulangnya Pram dari Bandung untuk mendampingi Cinta menjalani aktivitas syuting selanjutnya.Sejurus kemudian, motor itu sudah membaur ke jalanan ibukota yang tampak lengang karena aktivitas yang mulai mereda di waktu malam.Tiga hari setelah Cinta menyatakan perasaan padanya, Pram seakan enggan untuk pulang ke kontrakan. Tak berbeda dengan seluruh manusia yang sedang jatuh cinta, Pram serasa tak ingin lama-lama berjauhan dari orang tersayang. Sedetik pun dia tak melihat sosok Cinta serasa dunianya gelap seketika.Begitupun dengan yang dialami Cinta. Ketika Pram minta ijin padanya untuk pulang sebentar ke kontrakan untuk mengambil beberapa pakaian, Cinta berusaha menahannya dengan merajuk manja.Walaupun tiga malam ini Pram tidur di sofa seperti biasanya jika dia menginap di sana, namun Cinta sudah mer
Ternyata emosi yang menggila mampu mengalahkan rasa sakit dan perih yang menyerang sekujur tubuh. Bahkan kepala yang begitu berat karena nyeri yang hebat sama sekali tak terasa begitu angkara murka menguasai diri.Demikian yang Pram alami ketika amarahnya meledak dahsyat karena terpancing oleh perbuatan David bersama kedua temannya tadi. Semua jenis dan kadar rasa sakit yang bergumul di dalam tubuh itu benar-benar tak berarti ketika emosinya memberontak tak terkendali.Padahal luka menganga di atas pelipisnya mengucurkan darah yang cukup deras hingga membanjiri setengah wajahnya. Ditambah lagi bagian perut dan dada yang terasa begitu sesak seakan isi di dalamnya berantakan lantaran menerima serangan yang tak kenal belas kasihan.Namun sepanjang perjalanan pulang dan akhirnya tiba di depan rumah, barulah Pram merasakan sekujur tubuhnya seakan remuk redam dan segala jenis rasa sakit itu serasa menusuk-nusuk organ bagian dalam. Dia parkirkan motornya
“Pulanglah.” Pram mengulangi perintahnya. Walaupun diucapkan dengan lembut namun membuat hati Hani tertusuk.Hani mendesah sesaat, mengatur jantungnya agar berdetak normal. “Kalau dibolehkan, malam ini aku numpang tidur di sini, Mas. Aku nggak berani pulang,” ucapnya meminta ijin dengan suara lirih, menyingkirkan rasa malu yang sedari tadi hinggap di hati.Masih dengan wajah sedingin angin malam, Pram memaku tatapannya pada Hani dengan tajam. Lalu melempar pandangan ke luar rumah ketika bola mata Hani menyiratkan permohonan menatapnya.“Biar aku tidur di lantai ini, nggak apa-apa,” lanjut Hani berdesis.Pram menoleh lagi padanya, lalu bertanya, “Apa aku telepon orang tua kamu untuk jemput kamu?”Hani menggeleng lemah. “Ibu sama ayah lagi ada di Jogja, temanin kakakku lahiran di sana.”“Suamimu? Emang nggak nyariin?” Pram lugas menanyakan itu tanpa ragu. Aneh baginya jika
Pembicaraan yang melibatkan emosi berdurasi satu jam itu akhirnya ditutup dengan tangisan Hani yang menderu. Cukup membuat kepala Pram serasa retak karena pusing yang menyerang.Bagaimana tidak, rasa sakit dan linu di sekujur tubuh akibat pengeroyokan David dan kedua temannya masih mencengkram, Hani menambahkan lagi dengan kedatangannya ke rumah dan mengadu tentang nasib rumah tangganya. Kepala Pram serasa mau pecah.Berkali-kali Pram mengusirnya, baik secara halus maupun terang-terangan, tapi Hani tetap bergeming, tak beranjak sedikit pun dari tempatnya. Tapi Pram bukanlah pria kasar yang sanggup menendang seorang wanita keluar dari rumahnya. Yang dia lakukan hanya menggeram sambil meremas rambutnya gemas, lalu memutuskan untuk mengetuk pintu kontrakan Bu Ocha di sebelah dan menumpang tidur di sana.Untuk malam itu, Pram merasa beruntung karena kebiasaan Bu Ocha yang selalu tidur larut malam itu ada gunanya juga. Di pukul satu dini hari, wanita setengah baya it
Pramudya di antara gadis tercinta dan mantan terindah. Ketiganya berada dalam naungan atmosfere yang seketika terasa memanas. Terlebih yang dirasakan Hani. Serasa dirinya kini meleleh bagai botol plastik yang dilempar ke kobaran api ketika menyaksikan bagaimana Pram memperlakukan Cinta begitu manis dan penuh sayang. Seakan gadis itu benda berharga yang terbuat dari kristal dan rentan pecah. Sementara padanya, sangat jauh berbeda, bahkan Pram dengan tegas mengusirnya.Sebelum Cinta menempatkan dirinya di lantai berkarpet biru itu, Pram mengalasinya dengan bantal besar terlebih dulu. Setelah memastikan Cinta duduk dengan nyaman, Pram menempatkan diri di sebelahnya dan merapatkan bahunya pada bahu Cinta, lalu merapikan rok ruffle pendek yang Cinta kenakan agar tak tersingkap.Semua itu Pram lakukan di bawah tatapan Hani yang menyedihkan. Pasangan yang tengah dimabuk asmara itu duduk berdekatan dan saling berpandangan mesra. Sedangkan dirinya hanya berdiri di tempatnya ber
Sepeninggalan Hani, keduanya saling menatap mesra dengan hati berbunga-bunga memenuhi dada. Pram mengulum senyum menggoda Cinta yang menggigit bibir bawah karena gemas memandang wajah Pram yang dimatanya kini berkali-kali lipat lebih menawan.Ternyata cinta memang semenakjubkan itu. Walaupun ia datang dan bersemayam tanpa diduga, namun ia mampu menjungkirbalikkan dunia para insan yang memilikinya.Melihat bibir mungil itu, jantung Pram berdebar lebih cepat dari biasanya. Rasanya tulang-tulang dadanya akan rontok dan porak poranda. Dia berpikir, untuk menormalkan kerja jantungnya yang tidak wajar itu, tak ada cara lain kecuali mengecup bibir Cinta dan memeluk kekasihnya itu dengan erat.Tanpa permisi, Pram memajukan wajahnya, mengantar bibirnya ke hadapan Cinta, hingga mengecup lembut bibir gadisnya itu. Lama dan begitu dalam. Dia berharap debaran jantungnya kembali normal. Tapi ternyata tidak, justru kian kencang ketika Cinta mengulum bibirnya dan menyesapnya le