“Bagaimana keberadaan Andro di rumah yang berada di tepi danau itu akhirnya bisa terlacak oleh orang-orang Zan?” Pertanyaan dalam hati Hana itu terekam jelas di wajah Hana.Neo yang berdiri tak jauh dari gadis itu hanya bisa menelan ludah. Detik itu juga, ia yakin bahwa keterlibatannya dengan aksi-aksi Hana sudah terendus oleh orang-orang Zan.Andro berjalan dengan tenang meskipun ia dikawal oleh dua orang berbadan kekar yang lebih besar dari dirinya. Ia hanya tersenyum seraya mengedikan bahunya sedikit.“Mungkin orang biasa seperti aku harus sesekali mengunjungi hotel semewah ini, bukan begitu, Hana?” Andro terlihat santai ketika berhenti tak jauh dari kursi roda Dans.Hana hanya diam seraya menatap lekat. Ia benar-benar merasa tak berdaya.Tapi, Zan tak membiarkan keterkejutan Hana berakhir. Ia kembali memberikan kode kepada orang-orangnya.Dan berikutnya, dua orang pengawal Zan kembali mengiringi seorang laki-laki muda.“Alex?!” seru Hana tertahan begitu mengetahui siapa yang digir
Hana menatap wajah-wajah orang-orang yang mendukungnya dengan panik. Tubuhnya gemetar diiringi dengan keluarnya keringat dingin.Zan yang masih memeluk gadis itu tertawa senang dengan keadaan itu. Ia merasa tekanan dan ancamannya mulai berhasil. Ia hanya berharap bahwa hacker yang mendukung aksi gadis itu tidak tiba-tiba muncul dan merusakan rencananya.“Aku nggak mungkin mengorbankan mereka hanya untuk keselamatanku, tapi ....” Hana bimbang dalam hati.“Hm, kurasa aku sudah cukup memberimu waktu, Hana. Jadi, mari kita lanjutkan menghitung mundur!” seru Zan dengan antusias. “Dua.”Detak jantung Hana makin berdetak nggak normal.“Max, siap!” Zan sengaja memberi aba-aba dengan jelas.“Hana, aku jarang bergerak di lapangan. Tapi, kalau hanya untuk menembak salah satu orang kami ini, aku akan memastikan kalau tembakanku nggak akan meleset.” Max menyeringai licik.Zan terkekeh puas. “Tiga!”“Dor!”“Aku mau!!”“Aaa!” Teriakan Hana bersamaan dengan letusan pistol dan teriak ketakutan Rosa.
Dengan cepat Hana menyentuhkan gelangnya ke punggung tangan Zan. Dan-“Agh!” Zan menjerit ketika kelengahannya itu dimanfaatkan Hana untuk menyerangnya.Serangan itu membuat ia terpaksa melepas tangan gadis itu dan berjongkok untuk menahan kesakitan itu. Ia mengibas-ngibaskan telapak tangannya yang terasa tersetrum aliran listrik itu.Hana menatap sinis. “Nggak ada kata nikah dalam kesepakatan kita! Zan! Jangan cari perkara!”Zan mengembuskan napas panjang ketika pelan-pelan rasa sakitnya memudar. “Kamu lupa, kita masih punya sandera yang masih ada di sini.” Lalu, ia memberikan isyarat kepada orangnya. “Lenyapkan dia!”Hana mengikuti arah pandangan Zan dan melihat Saga masih berdiri di posisinya. Salah seorang laki-laki berbadan kekar itu kembali menodongkan senjatanya ke kepala laki-laki dengan rambut sebahu itu.Ia kembali panik.“Dan ingat, meskipun orang-orang yang membelamu sudah keluar dari ruangan ini, tapi mereka masih berada dalam pantauanku. Nyawa mereka bisa lenyap hanya de
Zan mengangguk tanpa ragu.Seketika Hana menoleh ke arah Max. “Kenapa Kamu diam saja? Larang dia untuk lakukan hal-hal gila!”“Ha?” Max yang juga terkejut dengan rencana Zan terkejut untuk kedua kalinya. Ia nggak mengira gadis itu akan bersikap seperti itu.“Max, hentikan dia segera!” seru Hana dengan penuh penekanan.Max menoleh ke arah Zan dengan tatapan kosong. Tapi, ia melihat laki-laki itu terlihat santai dan justru menikmati kepanikan gadis itu. “Zan ...?”“Max, jadi Kamu sekarang mau berganti memihaknya? Bukankah gadis ini terlalu monster untukku?” Zan meracuni pikiran Max dengan santai.Sesaat Max terlihat bimbang. Lalu, ia menoleh ke arah Hana. “Aku memang nggak bisa memahami rencana-rencana tak tertebak Zan. Dia memang selalu seperti ini. Tapi, selama ini aku mempercayainya ... dan sepertinya kali ini juga begitu.”Kemudian, ia mengedikan bahu.“Agh ....” Hana menghela napas seraya menggerakan bahunya ke bawah. “Menyebalkan ....”Zan tertawa.Hana tertegun sesaat. Tapi, seju
Hari berganti.Pagi menjelang, tapi Hana masing enggan membuka matanya meskipun ia sudah bangun. Apa yang dibicarakan dengan Xenon semalam terngiang-ngiang di telinga. Pun, alasan yang diberikan oleh Zan.“Agh ...!” Hana menutupkan selimut sampai puncak kepalanya dan menjejak-jejakkan kaki seperti anak kecil yang sedang merajuk. Ia merasa kesal ketika seolah tak punya jalan lain untuk menolak pernikahan itu.Sesaat kemudian ia heran karena mendengar pintu kamar di buka. Seseorang berjalan ke arah ranjang dan duduk di tepinya.“Hana, masih tidur?” Suara lembut Zan terdengar.Dengan cepat Hana membuka selimut yang menutupi wajahnya. “Bukankah pintu itu dikunci?” Ia heran.“Tapi, aku punya kuncinya.” Zan mengedikan bahu.“Ah ... aku lupa kalau aku berada di rumah penjahat,” keluh Hana lelah.Zan tertawa. Lalu, “Bersiaplah, Hana! Ini hari kita.”“Nggak masuk akal! Kenapa hanya dalam sehari aku mendadak dari istrimu.” Hana terus mengeluh.Tak lama kemudian dua orang wanita masuk membawa ga
Zan menelisik wajah Hana. Ia menyeringai penuh arti dan segera menarik tangan gadis itu dengan lembut.Tarikan lembut itu membuat gadis itu terpaksa berdiri.Lalu, Zan memeluknya dari belakang dan mendekatkan mulutnya di telinga gadis itu. “Jangan sekali pun berpikir untuk berlari dari pernikahan ini! Orang-orang yang mendukungmu itu jaminannya,” bisik Zan lirih.Seketika mata Hana terbelalak. Ia menoleh ke arah dengan cepat ke arah suami barunya itu. “Bagaimana Kamu tahu?!”“Aku bisa membaca pikiranmu,” seloroh Zan santai.Hana hanya bisa menatapnya dengan heran.Lalu, Zan membawa gadis itu ke arah teman-temanya. “Maaf atas ketidaknyamanan ini. Resepsi akan diadakan di Victory beberapa waktu lagi. Aku harap kalian bisa menghadirinya.”Ia mengangguk hormat.Orang-orang Hana beranjak dan membalas anggukan hormat itu.Zan menyentuh puncak kepala Hana dengan lembut. “Aku akan meninggalkan Kamu bersama dengan teman-temanmu. Ada hal penting yang harus kulakukan.”Lalu, ia mengkode Max. Tan
Hana menahan keterkejutannya. Ia makin mencondongkan badannya ke depan untuk lebih memastikan temuan itu.Tapi, berapa kali pun ia memastikan itu, gadis itu makin yakin kalau pengawal yang sedang membawa mobil mewah itu adalah wanita yang dokter Ann sebut sebagai The Black Poisson.Hana kembali menyandarkan tubuhnya dengan tegang. Ia mulai bertanya-tanya dalam hati apakah pengawal Zan yang duduk di depannya mengetahui fakta itu atau ia juga salah satu dari kaki tangan Si Racun Hitam itu.Alarm tanda bahaya di hati gadis itu menyala.Gadis itu menyentuh layar di gelang pipihnya untuk mengaktifkan alat pelacak. Ia juga mengirim tanda bahaya pada Xenon.Mobil hitam mewah itu menambah kecepatannya hingga dalam waktu sekian menit kendaraan roda empat itu meninggalkan kota.Hana meminta sopir itu untuk membuka jendelanya begitu mobil itu memasuki kota yang berada di tepi pantai itu.Jantung gadis itu berdetak tak karuan seiring dengan angin laut yang menerpa wajahnya.Ia memperhatika bangun
Wanita berwajah dingin itu berdiri tepat di hadapan Hana. Ia menatap sinis. “Kali ini kupastikan nggak akan ada lagi yang menolongmu,” sumbarnya dengan penuh keyakinan.Hana mencoba tetap tenang.Tapi-“Hat!” Mendadak tendangan sabit wanita itu menyasar kepala Hana.Dengan cepat Hana mengelak.Wanita itu tak membiarkan serangannya tanpa hasil. Ia terus melancarkan serangan pada titik-titik kritis di tubuh gadis itu.Hana terus berusaha mengelak tanpa bisa membalas serangan bertubi-tubi itu. Ia tak mampu mengimbangi kecepatan serangan maut itu.Gadis itu harus mengakui bahwa perkelahian itu cukup membuatnya ketar-ketir karena ia sama sekali tak memiliki back up seperti perkelahian sebelumnya.Hana terus berusaha bertahan. Tapi, wanita yang memang bukan tandingannya itu menghabiskan energinya dengan cepat. Dan-“Aaa!” Hana menjerit ketika satu tendangan membobol pertahanannya. Tendangan itu membuatnya terlempar beberapa langkah.Gadis itu menahan sakit ketika tubuhnya mendarat di lantai