Sementara kedua orang di dalam heli saling bantah. Perkelahian antara Maia dengan lawannya masih terus berlanjut. Dan seperti dikatakan tadi, kengototan lawan dalam memegang senjata membuat kemampuan beladirinya berkurang. Namun walau berkurang sedikit, itu cukup bagi Maia untuk kemudian dengan teknik tata kelahi yang cerdik membuat ia berada di belakang punggung pria itu. Setelahnya ia jadi bisa turut menggenggam senjata, mengarahkan moncong senapan semi otomatis itu ke arah heli, dan menggerakkan jari sedemikian rupa yang membuat jari pria lawannya memicu pelatuk senjata.
Pria itu membelalak. Panik. Ia tahu apa yang sebentar lagi akan terjadi. Senjata di tangannya namun yang kini dikuasai wanita itu memiliki jarak efektik tembakan sejauh dua ratus meter. Artinya, dengan posisi mengapung di sana hanya sejauh seratus meter, heli itu segera akan menjadi rongsokan tak berarti begitu magasin 19x9 milimeter-nya dimuntahkan.
Dan kemudian rent
Lagi-lagi pertarungan jarak dekat terjadi. Berjurus-jurus dilancarkan kedua pihak yang kali ini sama-sama menggunakan teknik kelahi yang sama yaitu kick-boxing. Darah sudah mulai mengucur dari wajah kedua pihak dan masih belum jelas siapa yang akan jadi pemenang dalam pertarungan.Sementara itu di luar bangunan terjadi situasi riuh rendah atas musibah kecelakaan pesawat helikopter yang terhunjam jatuh. Dimulai dari para pekerja proyek yang mendadak kacau, ambulans dan kepolisian pun sudah dalam perjalanan ke lokasi. Suara sirene sudah terdengar dari kejauhan. Pemadaman api telah dilakukan kendati menyadari bahwa sudah tak mungkin menyelamatkan nyawa orang-orang yang ada di dalamnya. Pemadaman dilakukan demi agar api tidak menjalar lebih jauh.Di dalam gedung, perkelahian masih berlangsung. Maia kini terdesak. Ia sempat lolos dari serangan bertubi-tubi namun kemudian malah kini ia tercekik ketika lawannya cerdik memancing dengan sebuah manuve
Saat itu mereka berada di bagian dalam yang sedikit terbuka. Tak ada penghalang. Tak ada pilar, tembok, atau alat yang bisa dipakai untuk berlindung. Sudah tak ada tempat yang bisa membuat Maia menghindar. Sang wali malaikat pembawa maut hanya berjarak lima meter di depannya. Mengacung senjata dengan kemungkinan terkena sebesar 99,99 persen alias hanya idiot yang tidak bisa mengenai sasaran dalam jarak sedekat itu.“Ini salam dari Nikolai,” katanya, dingin. “Dan ia tetap mengejarmu dari dalam kuburnya.”Maia memejam mata. Tahu bahwa maut sebentar lagi datang menjemput. Seketika, ia pasrah. Siap menghadap Sang Ilahi jika memang itu adalah waktunya.Dan dentuman pistol pun terdengar. Nyaring. Membahana memenuhi ruang gedung yang kosong. Suara membahana yang disusul dengan suara sosok yang terjatuh.*Malam mulai menyelimuti Jakarta ketika mobil
Dalam kasus konflik antara Apih dengan Amih, Dinda suka ngerasa bahwa Amih lebih cenderung berada pada posisi yang lebih bersalah. Tapi dia juga perlu fair dengan ngelihat bahwa Apih juga kadang salah juga dan itu nyebelin banget. Dinda tau banget belum lama ini mereka konflik karena Apih yang pelit nggak mau korban duit buat Amih.Kejadiannya mungkin tiga bulan lalu. Waktu itu Apih dimintain sesuatu sama Amih.“Apih, bagi duit dong.”“Buat apaan?”“Masa’ tiap hari tahu, tempe, kerupuk, sayur bening doang. Udah lama nggak makan ikan yang enak nih.”“Amih mau beli ayam?”“Bukan ayam. Amih justeru pengennya ikan tongkol, ikan kembung, ikan cakalang. Lagi bosen makan ayam, kambing, sapi. Amih ingin yang lebih sehat. Nanti pulang beli ikan cakalang ya.”“Beli ikan emang buat apa sih?”“Supaya Amih kurus.”Api
“Cuaca buruk, Maia.”“I know,” cetusnya perlahan. “Di sini sering hujan dengan petir seperti ini?”“Hampir selalu. Begitu sering sampai kadang aku bisa hafal polanya,” kata Dimas sampai akhirnya ia selesai memarkir kendaraan. “Kau mau mampir dulu ke tempatku?”Maia tidak berprasangka apa-apa atas tawaran Dimas. Tapi sikap diamnya membuat Dimas perlu untuk buru-buru menjelaskan maksudnya.“Aku ingin kau bertemu Niken dahulu.”Maia tersenyum kaku. Duka masih belum sepenuhnya sirna dari wajah ovalnya.“Tentu.”Mereka turun dari kendaraan dan berlari-lari kecil di tengah hujan yang mulai turun. Begitu tiba di unit tempatnya tinggal, Dimas baru mencoba mengetuk pintu ketika tiba-tiba ia menyadari sesuatu. Maia pun melihatnya.Gagang pintu hancur.Dimas memburu masuk. Dengan panik ia berte
Nikolai rupanya selamat dari kecelakaan yang ia timbulkan waktu itu. Dan kini ia menyandera sahabat kecilnya, Niken yang begitu pucat ketakutan sehingga tidak sempat lagi mengeluarkan sepatahkatapun.Tidak sulit menebak apa yang ada dalam pikiran Maia saat itu.“Untung kau berpikir bahwa aku sudah mati. Koranpun memberitakan demikian kan? Namun karena itulah aku dan para anak buahku bisa dengan leluasa mencarimu.” Nikolai tersenyum. “Saat kalian ke mall tempo hari dan hari ini saat kamu menuju gedung setengah jadi, aku sudah mengetahui keberadaanmu.”Senyum Nikolai nampak janggal. Saat kulit wajahnya tertarik bibir bawah, pemandangan yang nampak ialah bahwa dirinya seolah menyeringai. Mata sebelah kanannya nampak jelas lebih kecil dari pasangannya akibat pembengkakan di pelupuk mata. Sorot matanya membuat Dimas dan Maia sedikit bergidik. Sorot mata seseorang yang siap melaksanakan dendamnya.
Sebuah petir maha dahsyat menyambar di luar rumah susun. Suara geledek yang ditimbulkan begitu dahsyat hingga menggetarkan kaca jendela. Lengking kaget Niken terdengar memenuhi ruangan.Inilah efek yang Maia nantikan.Chip dalam benaknya yang telah merekam output, kini menghasilkan ribuan impuls ke gelombang syaraf yang kemudian memberikan instruksi pada otot kaki kiri Maia untuk bergerak.Tanpa perlu melihat lagi, kaki kiri itu menendang keras sebuah kursi yang berada sedikit di kiri belakang tubuhnya. Bak melakukan tendangan pinalti dalam dunia sepakbola, dengan sekali sentak dan sapuan keras, benda berbobot sekitar tujuh kilogram itu melayang deras ke arah depan. Saat melakukan tendangan, Maia sengaja menjatuhkan diri demi mendapat efek lontar yang lebih besar. Tekanan udara yang dihasilkan membuat kursi terdengar mendesau selama sepersekian detik saja sebelum kemudian dengan telak menghantam wajah Nikolai. Percuma s
Kendati perih masih menguasai hampir seluruh tubuh, Maia tahu ia harus melakukan serangan balik. Tidak bisa ia bersikap defensif terus-menerus. Ia harus fight! Dengan sekuat tenaga Maia mencoba bangkit ketika kembali melihat Nikolai memburu untuk melakukan jurus mematikan berikut. Bertelekan ambang dinding Maia kemudian melenting ke udara. Melakukan lompatan salto persis duapuluhan centimeter di atas kepala Nikolai sehingga pria itu hanya dapat memukul angin. Saat Nikolai berbalik, Maia sudah berada di sana dengan tendangan putarnya. Barang-barang pecah belah dalam seketika jatuh berkeping-keping menimbulkan suara luar biasa berisik ketika Nikolai terhunjam dan menabrak bufet akibat tendangan tadi. Nikolai merutuk. Bagai monster ganas, ketika ia bangkit kembali, tubuhnya nampak tetap tegar dan kuat. Tapi ia tidak lagi melihat Maia didalam ruangan yang pergi melarikan diri. Dari derap sepatu yang ia dengar, Nikolai tahu pe
Dunia dan langit tiba-tiba saja menjadi nampak terbalik ketika Maia merasa tubuhnya terbanting. Genangan air hujan menyiprat ketika punggung tubuhnya berbenturan dengan lantai di atap dinding. Bagai macan lapar, Nikolai kembali memburu. Sapuan tendangan ke perut Maia yang baru saja akan bangkit membuat tubuhnya kembali terpental.Nikolai memang benar-benar bukan tandingan yang sepadan. Benar-benar hebat. Maia hanya sepenuhnya bersikap defensif. Bertahan sambil berharap ada celah yang mungkin bisa dimanfaatkan. Masalahnya, sampai kapan ia bisa terus defensif ketika satu per satu bagian tubuhnya sudah amat sulit digerakkan karena nyeri yang ia derita?Maia untuk kesekian kalinya harus ‘terbang’ ketika Nikolai lagi-lagi melakukan bantingan yang membuatnya tersungkur di bawah tiang bendera. Pipa besi yang dijadikan sebagai tiang bendera di atap gedung itu nampaknya lama tidak terpakai. Ini nampak dari bagian pangkal yang nampak berka