Share

dari anak

Kenyang," jawabnya singkat. Meski tersenyum, aku menangkap sekali kekecewaan yang sama seperti yang kakaknya rasakan.

"Maafka Bunda ya ...."

"Jangan terlalu sering minta maaf, tidak apa apa, jangan dipikirkan," jawabnya sambil beralih ke kamar.

Aku terduduk sedih di kursi kebun belakang sambil menahan air mata yang tak sengaja tumpah, perlahan kurasakan sensasi hampa yang lebih menyakitkan daripada dtinggal Mas Hamdan. Ditolak perhatian oleh ana sendiri adalah kepahitan yag sulit kuterma, karena seumur hidup, mereka bersamaku, aku yang telah melahirkan merawat dan selalu berusaha membahagiakan mereka. Tapi kenapa, sejak permasalahan dengan Mas Hamdan bergulir, anak-anak cenderung menjadi pendiam dan dingin. Mereka seakan ingin menunjukkan protesnya lewat kebungkaman, sementara aku sendiri tak paham, tidak menangkap, apa yang sebenarnya mereka inginkan.

Apakah sebenarnya mereka tidak setuju dengan perceraianku dengan Mas Hamdan? Kalau ternyata tidak setuju kenapa tidak diutarakan saj
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status