Dani memasuki kamarnya, hatinya dipenuhi amarah ketika mendengar aduan dari ibunya tadi. Ditambah nafsu yang tidak tersalurkan saat bersama Tari tadi membuat amarahnya semakin memuncak.
Dilihatnya Reni yang sudah tidur berbaring memunggunginya.
"Yank ... yank ...!" panggil Dani kasar. Reni bergeming, dia pura-pura tertidur. Dia tahu apa yang akan dikatakan suaminya itu.
Kini Dani mendekatkan tubuhnya pada Reni, dan mengguncang-guncang bahu istrinya agar terbangun."Yank ...."
"Eugh ...." Reni menggeliat, dia membalik tubuhnya dan menatap wajah suaminya yang penuh dengan amarah.
Reni terduduk dan berusaha bersikap biasa, "Kenapa, Mas?" Wanita itu mengernyitkan dahinya, seolah penasaran dengan apa yang akan dikatakan suaminya. Padahal dia sudah menduganya.
Perasaan Dani begitu bahagia pagi ini. Mengetahui bahwa Reni hamil adalah hal paling membahagiakan untuknya. Setelah 7 tahun menanti, akhirnya hari ini datang juga. Hari di mana ada kehidupan di rahim Reni.Sikapnya juga sudah kembali manis pada istrinya itu, seakan kemarahan semalam tidak pernah ada. Reni cukup melambung dengan kehangatan Dani.'Tapi, bagaimana dengan Tari? Apakah harus kulanjutkan hubungan ini atau tidak?' Dani merasa dilema dengan kehidupannya. Jika dia tahu Reni sedang hamil, tak mungkin dia meniduri Tari. "Argh ...! Entahlah. Jalanin saja."Dani men-starter motornya dan melajukan ke jalanan. Pikirannya semrawut antara Reni dan Tari. Tak mungkin dia meninggalkan Reni yang sedang mengandung anaknya. "Mungkin aku harus mengakhiri semuanya dengan Tari. Aku tak mau Reni
*PoV Tari*Seneng rasanya pagi ini bakal ketemu Mas Dani. Entah kenapa perasaan cinta ini tak bisa hilang begitu saja. Mas Dani adalah cinta pertamaku dulu. Mungkin Mas Dani tak mengingatku, dia ada di kelas 3 sedang aku masih kelas 1.Seperti gadis remaja lainnya yang mengidolakan kakak kelasnya, akupun begitu. Dia memang bukan yang paling populer di angkatannya, tapi dialah yang menjadi idolaku saat itu.Rasanya seperti takdir, saat tahu dia menjadi rekan kerjaku di tempat kerjaku yang baru ini. Mungkin ini yang namanya jodoh. Setelah lama tidak bertemu, akhirnya dipertemukan lagi.Apalagi statusku sekarang yang sudah menjanda, akan mudah untuk bersama-sama lagi dengan cinta pertamaku itu.Sayangnya, Mas Dani masih memiliki istri. Huft! Andai dia mau menceraikan istriny
[Apa perlu aku datang ke rumahmu, Mas dan bilang tentang kita?] "Tidak! Tari nggak boleh ke sini." Dani begitu gelisah setelah membaca pesan terakhir dari Tari.[Jangan macam-macam kamu, Tar! Sekarang maumu apa?] [Kita ketemu, Mas.][Baik besok kita bisa ketemu. Tapi nggak bisa lama.][Terima kasih sayangku. Emmuach ....]Dani tak membalas pesan terakhir dari Tari. Segera dia menghapus sms-nya dengan Tari tadi. Pria itu kini sangat bingung dengan perasaannya.Dani menghirup napas panjang dan menetralkan wajahnya. Agar Reni tak melihat raut kecemasan di wajahnya. Dia lantas kembali ke kamar dan berbaring tidur di sebelah Reni yang telah terlelap.***
"Aku hamil, Mas." Dengan penuh keberanian, Tari memberi tahu Dani tentang kehamilannya.Seketika Dani tampak shock. Dia tidak langsung menyahut, seolah kesadarannya telah ikut melanglang bersama pikirannya tentang kehamilan Tari. Dani mencubit lengannya, sedikit keras, "Aw ...!" Sakit ternyata. Berarti ini benar-benar nyata. "Bagaimana kamu bisa hamil, Tar?" Suara Dani sedikit bergetar. Hamil? Mengapa kata itu sekarang menjadi m*mok bagi Dani.Dani sepertinya lupa jika dia tidak pernah pakai pengaman saat berhubungan dengan Tari. "Gimana sih kamu, Mas. Apa kamu lupa tentang perc*ntaan panas kita waktu itu!" Setengah berteriak Tari membuat Dani celingukan. Tari sangat marah karena Dani seolah meragukan perkataannya."Sss
"Menikahi janda 'kan dapat pahala. Seperti Rasulullah. Aku ingin dapat pahala dengan menikah dengan janda." Entah dapat kepercayaan diri dari mana, Dani mengucapkan sebuah sunnah tanpa berkaca pada diri sendiri.Poligami itu sunah, menikahi janda juga sunah. Tapi, tak hanya memperturuti nafsu.Dalam agama islam pun tidak melarang poligami asal bisa berlaku adil. Tapi, dengan kondisi Dani sepertinya untuk menafkahi keduanya pun dia akan kesulitan. Ditambah pemahaman agamanya yang salah kaprah.Reni menarik kasar tangannya dari genggaman Dani, "Inti kalimatmu di mana, Mas?" Reni kesal, benar-benar kesal. Meski tak kaget jika Dani berselingkuh, tapi meminta ijim menikah lagi?"Ijinkan aku menikah lagi, Ren?" Dengan berkaca-kaca, Dani memamdang Reni.
"Penawaran?" Tari mulai menduga-duga akan penawaran apa yang Dani maksud."Gini ...." Dani memegang pundak Tari dengan kedua tangannya."Ehm ...!" Mendengar bunyi deheman, buru-buru Dani menarik tangannya dari pundak Tari.Dani menoleh ke arah sumber suara, sedang Tari memilih membuang muka. "Eh! Kamu, Jok. Tumben pagi banget nyampe pabrik." Ternyata Joko berdiri tidak jauh dari mereka."Kalau pacaran jangan di sini, Bos. Bikin panas aja." Setelah mengatakannya, Joko berlalu begitu saja dari hadapan mereka. "Nanti pulang kerja aja ngomongnya di tempat biasa." Dani segera berlalu meninggalkan Tari dan menyusul Joko."Tapi ...." Tari mengurungkan niatnya untuk memanggil Dani, mengingat sudah
"Anak itu bakal aku rawat, tapi sepertinya aku tidak bisa menikahimu." Bagai disambar petir, Tari hanya bisa melongo. Dia tidak percaya apa yang baru saja Dani katakan."Kamu janji bakal nikahin aku, Mas." Tari terisak. Kini dia merasa hanya sebagai barang yang bisa dibuang kapan saja."Jujur, Tar. Selama ini aku tak pernah berpikir sejauh itu." Dani hanya menunduk. Benar dia hanya main-main dengan Tari."Apa?" Suara Tari tercekat di tenggorokan. Rasanya ada sesuatu yang besar yang menghalangi suaranya."Mana janjimu yang bakal menikahiku, Mas?" Kali ini Tari berteriak. Suasana belakang pabrik sangat sepi. Hanya ada suara mereka, sehingga suara Tari terdengar begitu keras."Sst ...!" Buru-buru Dani mendekati Tari dan berusaha membungkam mulut Tari dengan tangannya."Jangan teriak, Tar. Malu kalau ada yang denger." Dani memelankan suaranya. Akan sangat m
"Zak, gimana? Kamu sanggup 'kan ngurus kelincinya?" Reni mendekati Zaki yang tengah sibuk membersihkan kandang kelinci-kelincinya itu. Jika malas membersihkan, dijamin baunya akan sangat pesing."Iya, Kak. Zaki seneng kok. Ini indukan yang Kak Reni beli baru hamil. Jadi mungkin akan segera beranak." Reni sangat senang melihat semangat Zaki yang menggebu. Dia beruntung mempunyai adik seperti Zaki.Melihat kelinci-kelinci itu membuat Reni melupakan masalah yang dialaminya. Dia sendiri tak mau ambil pusing dengan kehamilan selingkuhan Dani. Itu urusan mereka berdua.Saat ini dia hanya fokus pada dirinya sendiri dan anak yang dikandungnya. Dan juga usaha yang dia rintis bersama Zaki. "Oh, iya Kak. Kemarin Zaki ketemu Paman Rinto. Beliau mau menampung kelinci-kelinci ini seandainya sudah siap konsumsi. Ternyata Pama