"Tapi aku lihat ada potensi darinya, Mas. Dia berbeda dengan calon yang datang melamar di perusahaan kita. Mereka fresh graduation yang harus kita papah. Berbeda dengan Gian, talenta dan kemampuannya sudah melebihi jam terbang orang-orang baru itu." Emma terus berusaha meyakinkan dengan nada dan mimik serius."Aku belum melihat potensi itu, Emma. Aku semakin bingung dengan sikap kamu akhir-akhir ini. Kamu tidak seperti Emma yang aku kenal."Wajah itu tampak pasrah. Pria bertubuh 175 cm itu terus menghindari perdebatan dengan mengalah hingga terpaksa menuruti keinginan istrinya."Nanti kamu pasti akan suka dengan hasil jerih payahku mencarikan karyawan seperti Gian. Kita lihat saja nanti, Mas-ku sayang."Bukan berniat untuk menjodohkan lalu menyuruh Darren jatuh cinta pada istri sirinya, Emma hanya ingin si suami rela menanamkan benih ke rahim wanita pilihannya secepatnya. Hanya itu. Terlihat gampang tetapi rumit dilakukan oleh pria sedingin Darren
"Malam ini ada diskon besar di supermarket Sederhana. Apa kamu mau aku temani untuk memborong bahan makanan itu?"Satu pesan dari aplikasi hijau membulatkan mata Gian. Membaca diskon besar membuat hatinya berdebar. Sebagai pemburu diskon sejati, Giandra tak pernah sekalipun mau melewati momen langka tersebut."Boleh, malam ini harus ke sana." Dibubuhi emot tokoh smile yang menunjukkan semua giginya."Aku jemput, jam berapa selesai dari kantor? Langsung jemput dari kantor saja, biar tidak terlalu malam sampai ke sana.""Jam lima kalau tidak ada halangan dan rintangan yang disengaja." Cepat sekali jari itu menari memberi jawaban."Siap, Cantik. Aku tunggu di lobi. See you." Kali ini, lawan chat memberi emot ada hati di mata tokoh smile tersebut.Sempat membuat dahi Gian terlipat dengan emot dan kata cantik di balasan Jacky. Namun, wanita itu segera menepiskan prasangka yang ada di benak. Dia dan Jacky murni hanya teman berbagi dan
"Yes, dapat!"Tangan terampil Giandra menyentuh ikan bakar yang tinggal satu-satunya di rak supermarket, lalu dibawanya ke dalam dekapan. Jika tidak, bisa saja ikan tersebut bisa pindah tangan ke wanita yang berbibir tebal yang juga berjuang memburu diskon di tempat itu."Mbak, pake sopan santun dong kalau belanja. Itu ikan, aku duluan yang memergoki, kenapa situ yang main rebut aja?""Maaf, ya, Mbak. Tapi aku duluan yang ambil berarti ini jadi milikku. Di sini bukannya siapa cepat dia yang dapat?" Gian masih ngotot dan mempertahankan haknya. Dia tak peduli dengan mata melotot yang ditampilkan wanita gendut yang ada di hadapannya."Tapi aku duluan yang melihat ikan ini dari kejauhan. Baru mau aku ambil, eh, situ mau nyambar aja. Memangnya situ tidak pernah diajarkan cara berbelanja yang baik dan benar. Tidak pernah belajar antri atau ....""Eh, Mbak. Kalau bicara itu difilter dulu. Mana ada aturan baku cara belanja yang baik dan benar. Di
"Hei, kadar kecantikan yang kamu miliki sekarang berkurang jika pasang wajah seperti itu terus."Pria berdarah Jerman Sunda itu terus menggoda sembari menarik hidung bangir yang melekat di wajahnya. Kedekatan fisik seperti itu sudah sering dipraktikkan lantaran Gian sudah menganggap Jacky sebagai sahabat sekaligus penyelamat hidupnya."Senyum dong." Kedua jari Jacky menarik sudut bibir hingga membentuk lengkungan. Terpaksa, Gian menyunggingkan senyuman sebab ia tak mau menjadi tontonan gratis penghuni unit yang tak sengaja melintas ke daerah lobi."Besok sore ada acara ulang tahun anaknya Tante Mirna jam tiga. Aku jemput jam satu, oke?"Secercah senyuman kini terbit dengan tulus di bibir ranum wanita tersebut. Mendapat jemputan agar dapat memangkas pengeluaran dan pekerjaan yang dapat menghasilkan cuan."Iya, besok jadwalnya hanya membawakan acara itu, kan?"Pria itu mengangguk dan mengusap kembali puncak kepalanya. Jac
"Kamu seharusnya jaga jarak dengan pria lain karena statusmu adalah istri orang sekarang."Di dalam lift, hanya ada mereka berdua. Darren buka suara setelah sekian detik hening memeluk ruang sempit tersebut. Masih sama, pria itu tidak menoleh, hanya memperhatikan wanitanya dari pantulan pintu stainless."Istri? Hanya istri kontrak, kok. Tidak begitu pengaruh dalam kehidupanku." Gian merasa sedikit risih atas pengakuan status istri yang diucapkan lidah Darren dengan gamblang. Selama ini, dia mengira dirinya bukanlah istri yang diinginkan. Namun, mengapa tiba-tiba pria itu berucap hal yang membuat gendang telinganya geli."Istri kontrak dengan pernikahan sah di mata agama. Kamu harus paham itu."Sahutan Gian berhasil membuat Darren berpaling dengan tatapan tajam, kupingnya panas seketika mendengar kalimat yang menggampangkan sebuah pernikahan. Namun sayang, tatapan Darren tak disambut, lantaran lawan bicara sudah membuang muka terlebih dah
"Pak, malam ini ...."Gian terpaksa memenggal kalimat yang sudah ada dalam benaknya kala lawan bicara itu berdiri. Refleks pula Gian mundur dua langkah karena terkejut dan belum siap dengan apa yang akan dilakukan Darren.Belum bersuara sama sekali, dahi Darren terlipat dan iris mata mendetail tubuh wanita yang ada di depannya dari atas kepala sampai ujung kaki. Entah apa yang sedang ia pikirkan, Gian tak berani menebak. Namun, wanita itu percaya diri dengan kemolekan lekuk tubuhnya akibat sering diet malam. Ditambah rambut halus yang sengaja digerai dipadukan dengan dress mini yang warnanya sangat mencolok mata. Ia yakin tak ada satu pun buaya darat akan menolak pesona belahan daging di dada yang tampak menantangnya."Malam ini aku tidur di luar dan kamu tidak perlu repot-repot memakai pakaian yang akan membuat kamu masuk angin. Aku sama sekali tidak tertarik dengan apa yang kamu kenakan sekarang. Kamu bukan tipe aku." Pria itu menggeleng dan te
Gian membuka mata dan refleks duduk dengan bermandikan keringat di seluruh tubuh. Napasnya terburu-buru, sesak mulai dirasakan. Jantung pun berdetak sangat keras, menghentak mendobrak dada."Kenapa aku mimpi ini lagi?"Punggung tangan itu mengusap pelipis yang dipenuhi bulir air. Sorot mata menyapu sekeliling, ingin memastikan kalau ia sedang berada di kamar. Bukan di sungai seperti yang ia lihat di alam mimpi tadi. Menyeramkan sekali. Mimpi seperti itu memang kerap menghampiri. Jalan ceritanya hampir mirip. Seorang pria yang tak terlihat wajahnya mengejar hingga ia sampai di depan sungai. Selanjutnya, ia akan terbangun dan tak tahu kelanjutannya. Apa ia tertangkap atau menceburkan diri ke dalam sungai? Gian tak berani menebaknya.Kini, ia sadar pagi sudah meninggi. Cahaya matahari mulai mengintip di sela-sela gorden. Penyuka pedas itu pergi ke balkon untuk menikmati suasana langit jingga di ufuk timur, tampak matahari masih malu-malu di sana. Pe
"Kamu selalu cantik, Gi."Gombalan itu mendapat cubitan di lengan Jacky. Entah mengapa, Giandra punya kebiasaan mencubit kepada siapapun jika dirinya merasa malu. Pun menganggap pujian Jacky barusan adalah hal yang biasa. Dia kerap mendengar pria itu mengucapkan kata 'cantik' kepada setiap wanita yang ditemui. Giandra tahu kalau Jacky memang selalu ramah dan baik kepada semua orang.Acara ulang tahun cukup meriah dibawakan Giandra dan Jacky sebagai MC-nya. Mereka adalah kolaborasi yang sangat serasi. Giandra yang ramah dan pintar sedangkan Jacky yang kocak dan supel. Banyak di antara klien sering menjodohkan mereka. Namun, kedua insan itu menanggapinya dengan tawaan dan guyonan."Iya, aku sudah melamar Gian. Kalian tunggu saja undangannya, ya.""Jangan lupa hadiah pernikahan kami berupa tiket pesawat dan hotel di pantai Maldives, ya." Giandra pun ikut menimpali dengan lirikan mata manja.Setelah kliennya pamit dan berlalu, Jacky maupun Gi