Ken kembali menegakkan badannya. Dan menyalam nenek.
"Ish. Ngak usah sok baik lah." Cetusku.
Dia menatapku. "Sayang. Kalau sama nenek martua harus sopan dong."
Ihh...
Aku mengalihkan pandanganku darinya dan menatap nenek.
Hah? Nenek malah jadi senyum-senyum.
"Enggak ya nek. Dia bukan siapa siapa." Aku melirik tajam Ken. "Apaan sih. Jijik." Protesku.
Dia melihat nenek. "Nek. Kapan saya bisa menikah dengan Valen?" Tanyanya tanpa dosa.
"Gila kau ya!" Bentakku.
Nenek tersenyum sambil menyikutku. "Kapan Valen siap. Nenek bakal izinin." Nenek mengedipkan salah satu mata menyetujui Ken.
Haa?
Aku hanya mengagap Sambil menggelengkan kepala.
Ken tersenyum kecil melerikku.
"Udah lah nek. Valen mau masuk. Capek." Kataku acuh.
"Iya iya." Nenek mempersilahkan aku masuk.
Baru dua langkah kakiku berjalan.
"Pacarnya Valen nginap aja ya malam ini. Karena ini udah larut malam."
Kakiku
PletakAku memukul kepalanya keras. "Heh! Kalau ngomong bisa ngak pake otak dikit!"Aku melepaskan diriku dari Ken.Aku menginjak kaki Ken. Dia memekik kesakitan."Itu balasan karena kau menciumku sembarangan!"Aku menjewernya sambil menarik tanganku yang memegangi daun telinganya ke bawah. "Dan ini balasan karena kau asal bertindak tak pernah pake pikiran.""Aa.. iya iya.. Aku salah. Lepasin dong sayang. Aa.."Aku semakin menjewernya. "Jangan pernah panggil aku sayang!""Aa iya iya... Sayan... Valen. Valen."Aku melepaskan dengan kasar. "Hem!" Aku mendengus. Aku pun pergi dan meninggalkan Ken.Ck.Issshhh. Kenapa sih Jessen gak cemburu?!Ish...Aku menghentak-hentakkan kakiku sambil pergi menuju kelas."Kesel bangeeeet!"***Aku semakin kesal sekarang. Cih. Kau tau... Sekarang rupanya mata pelajaran Jessen!Melihatnya saja aku sudah muak!Karena aku te
Aku dan Jessen pun melangkahkan kaki ke hi halaman depan rumahku setelah sampai mengantarkan aku.Bib bibTerdengar suara klakson kereta yang berhenti di depan pagarku. Aku dan Jessen menoleh ke sumber suara.Lelaki itu tampak heboh sendiri turun dari keretanya. Dia seperti orang yang kepanikan.Aku melihat menerawang lelaki yang menggunakan helm full face dengan jas hujan yang dia kenakan."Val..."Terdengar suara jeritan yang kurang jelas karena di dia menjerit menggunakan helm tanpa membukanya dan juga suaranya di timpa dengan suara derasnya hujan.Dia berjalan cepat ke arah kami dan berhenti di hadapanku. Dia memasukkanku ke dalam jas hujannya, membuatku ada di depan badannya sangat dekat."Kau bersamaku sekarang." Katanya.Aku sedikit mendongak dari dalam jas hujan ini. Wajahnya masih tak tampak. Ya iyalah, kau tau sendiri kan gimana jas hujan...Aku mendorong tubuhnya dan keluar dari jasnya kembali ke dekat
Aku mendengus kesal. "Ishh. Tau loh. Tadi kan juga udah kau sampaikan di mobil tadi." Aku melepaskan pelukanku. "Bikin kesal aja."Bruk..Suatu barang jatuh lagi. Ntah dari mana berasal. Di sini sangat gelap, sangat sulit untuk melihat.Arh kesel... Ni hantu ngak tau kondisi dan situasi! Udah tau moodku tiba-tiba drop karena hinaan Jessen. Dia malah nakut nakutin!Jiwa pemberaniku pun muncul. "Heh hantu! Bisa ngak sih ngak ganggu! Orang lagi kesel juga!"Bruk..Sebuah benda kembali jatuh.Damn...Aku kembali memeluk Jessen. Badan Jessen bergetar, aku mendongakkan kepalaku melihat Jessen. Dia menahan tawa.Gila... Di situasi serem begini malah tertawa!"Eh bego. Jendela mu terbuka. Angin masuk dan menjatuhkan barang yang di dekatnya." Jessen mengarahkan matanya ke benda yang terjatuh tadi. Aku pun melihat se arah yang di lihat Jessen.Aih... Aku pikir hantu Beneran.Aku pun berdiri dan sedikit berlari
Dia hanya menatapku datar.Aih...Aku mencoba menetralkan jantungku dengan sedikit terbatuk. "Ehem. Ngak usah di anterin. Valen pergi sediri aja nek."Ken berjalan ke arahku membelakangi nenek.DegDegDia sekarang di hadapanku. Aku menatapnya kaku.Dia menyentuh bibirnya dengan jari telunjuknya kemudian menyentuh bibirku dengan jari telunjuk yang menyentuh bibirnya tadi. Dia memandang ke sembarang arah sambil tersenyum.Apa maksudnya coba?Dia membalikkan badan dan kembali ke tempat nenek.Dia menyalim nenek. "Kami berangkat ya nek." Dia menoleh ke arahku tersenyum aneh. Kemudian keluar.Aku pun berjalan ke arah nenek dan menyalimnya. "Valen berangkat nek.""Iya."Beberapa langkah setelah aku berjalan keluar. Aku menoleh ke belakang memastikan nenek udah menutup pintu. Takutnya nenek ikut ikutan salah sangka juga.Nenek sudah menutup pintu. Syukurlah.Aku kembali berjalan.
Aku berjalan menyusuri lapangan basket mencari keberadaan Cya."Val!"Aku menoleh dan melihat Cya yang tenagh duduk di kursi penonton dan melambaikan tangan ke arahku. Aku tersenyum dan segera berjalan ke arahnya memutari lapangan karena sedang ada yang bermain di sana.Aku duduk di sebelah kirinya.Dia memelukku. "Val... Aku dari tadi nungguin loh. Kamu lama banget.""Wkwk. Maaf ya."Dia melepaskan dekapannya. Menatapku dengan tersenyum. "Iya ngak apa."Dia kembali mengarahkan pandangan ke lapangan basket. Aku mengikuti arah pandangnya.Aku sedikit terkekeh. Heh, ternyata dia memperhatikan salah satu pria yang bermain basket.Ganteng banget memang.Normal kali kalau mata kita jadi jernih kalau lihat cogan. Namanya juga cewek.Sesaat kemudian mata di tutup oleh seseorang. Yang pasti aku yakin bukan Cya. Aku menolak tangannya. Aku melihat ke arah orang itu."Apaan sih lihat cowok lain. Udah puny
Aku berjalan pulang bersama Cya. Aku hanya menatap depan kosong, rasanya sangat malas, moodku sangat rendah sekarang.Dengusan nafas berat beberapa kali keluar dari hidungku. Benar-benar malas.CtekCya melentikkan jarinya di hadapanku, membuatku menoleh ke arahnya."Val. Kusam banget dari tadi pagi.""Hm.. males banget aku Cy. Ntah lah, ngak ngerti."Cya merangkulku. "Jessen?"Aku terkejut mendengar kalimat Cya. Jadi selama ini Cya juga merasa bahwa aku menyukai Jessen?"Tenang aja Val. Aku nggak bakal ember kok. Aku mengerti perasaanmu."Aku mengerucutkan bibirku. "Hm. Aku sangat tak bersemangat Cy."Cya memelukku. "Udahlah Val. Kalau dia memang jodohmu. Pasti kalian bakal ketemu lagi kok."Aku mengangguk dalam dekapan Cya.Cletak"Aduh." Pekik Cya pelan."Hei gila. Ngapain kau nyentil jidatku. Kurang ajar kau ya!"Cya tampak memaki seseorang di belakangku sambil memegangi jidatn
Ken provAku terus mendengus kesal sampai pulang dari kampus. "Sialan tu cewek!"Kenapa dia selalu ada di mana Valen ada. Kayaknya aku harus memberikan pelajaran tu cewek."Ken."Aku menoleh melihat seseorang yang memanggilku."Oh. Theo."Theo berjalan sedikit berlari ke arahku.Hm. Terbesit suatu pikiran yang menurutku dapat memberi pelajaran si bekicot.Theo merangkulku. "Main basket kuy. Dah lama ngak main kau.""Biasalah bro. Lagi banyak tugas.""Hm... Tugas memikat hati cewek ya? Haha.""Bangsat kau.""Haha. Ngak lah. Bercanda... Btw aku bingung samamu, masa ngak ada satu cewek pun yang nyantol di hatimu. Banyak loh cewek yang mengemis, pilih satu kali untuk coba-coba." Theo menyikutku.Plak
Ken ProvAku berjalan ke parkiran mobil dan mengeluarkan mobilku dari sana.BrumAku melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Di guyur oleh hujan yang deras."Ck. Menyebalkan sekali."Aku mengendarai mobilku ke lapangan basket tempat terakhir kali Theo dan bekicot bersama.Setelah beberapa lama aku mengendarai mobil. Akhirnya sampai juga.Aku memarkirkan mobilku dan keluar dari sini. Sebelumnya aku membentangkan payungku dan beranjak keluar.Apa mungkin dia masih di sini. Di sini kan ngak ada tempat berteduh.Aku berjalan menyusuri lapangan ini. Dia ngak ada."Manalah dia."Astaga. Aku memukul jidatku. Kenapa ngak aku telfon aja dari tadi. Ck, bego aku!Aku mengambil ponsel dari saku celanaku."Hm." Jawab