Jaka tiba-tiba tercetus ide menarik bagaimana dia merayu Kinan agar membatalkan perceraiannya. Jaka gegas menghubungi Bu Hasna, kepala panti tempat Kinan tinggal.Tuuuuttt.. Tuuuuttt.."Hallo assalamualaikum," terdengar suara salam terdengar dari ujung telepon."Waaialaikumsalam Bu Hasna. Ini Jaka, boleh saya meminta tolong kepada ibu?" tanya Bu Hasna dari ujung telepon.Jaka pun segera memberitahu tujuannta menelepon Bu Hasna. Tentu saja dengan dibumbui sedikit tangisan agar Bu Hasna merasa kasihan kepadanya dan mau membantu Jaka. Pada awalnya Bu Hasna menolak permintaan Jaka. Tapi Jaka tidak patah arang, dia kembali memohon hingga Bu Hasna pun luluh dan bersedia membantunyaJaka tersenyum mengingat percakapannya dengan Bu Hasna. Dia yakin pasti saat ini Bu Hasna sedang membujuk Kinan dan Jaka juga yakin bahwa Kinan akan bersedia membatalkan perceraiannya."Mas kenapa senyum-senyum?" tanya Saskia membuyarkan lamunan Jaka."Apa sih siapa juga yang senyum?" jawab Jaka."Aku liat loh ka
POV KINANAkhirnya hari ini tiba, saatnya adalah sidang putusan ceraiku dengan Mas Jaka, aku berdandan sebaik mungkin. Bukan karena ingin Mas Jaka tertarik lagi kepadaku tapi aku hanya ingin Mas Jaka tahu bahwa tanpa dirinya pun aku masih bisa melanjutkan hidup. Malah aku bisa hidup lebih baik daripada saat bersamanya."Kinan, Nenek akan mendampingimu di persidangan kali ini boleh kan?" tanya Nenek Arini di belakangku.Aku segera menoleh dan menatap wanita sepuh ini dengan tersenyum."Tentu saja boleh, Nek. Kinan malah dengan senang hati kalau Nenek bersedia ikut, apalagi hari ini sidang putusan cerai Kinan," ucapku sambil tersenyum"Kamu jadi memberitahukan kehamilanmu kepada Jaka?" tanya Nenek Arini."Kinan rasa tanpa memberitahunya, dia juga sudah tahu Nek. Tapi Kinan sudah mempersiapkan surat dari dokter yang menyatakan Kinan sedang hamil. Kinan lakukan ini agar tidak timbul fitnah nantinya," jelasku panjang lebar.Aku sudah memutuskan untuk memberitahu Mas Jaka kalau aku sedang h
POV JAKAHari ini adalah hari putusan sidang ceraiku dengan Kinan, hari yang sebetulnya tidak ingin aku lewati. Kalau bisa ingin kuhilangkan saja hari ini agar tidak ada lagi putusan cerai dengan Kinan. Aku menyesal sudah menyakitinya, semakin kesini aku merasa Saskia tidak ada apa-apanya dibandingkan Kinan yang sempurna.Kekurangan Kinan hanya karena dia belum bisa memberikan keturunan. Dan kekurangannya itu justru menjadi satu-satunya kelebihan Saskia.Aku berangkat sidang hari ini ditemani oleh keluargaku termasuk Saskia yang keukeuh ingin ikut ke dalam sidang putusan ceraiku. Padahal sebenarnya aku tidak ingin mengajaknya karena ingin menjaga perasaan Kinan yang pasti akan kecewa melihat Saskia.Kami sekeluarga sudah datang ke pengadilan agama dari kejauhan kulihat Kinan sudah datang, dia ditemani sahabatnya, Mahira, dan juga seorang wanita paruh baya yang berpakaian rapi. Kurasa itu yanh disebut Kinan sebagai neneknya. Kata ibu neneknya seperti orang peminta-minta, tapi kalau kul
"Kinan hamil Bu," akhirnya Jaka memaksakan diri untuk menjawab pertanyaan dari ibunya.Tidak mungkin, tidak mungkin menantu mandulku itu hamil, batin Bu Lina sembari menunjukkan dengan jelas wajah terkejutnya."Jangan bercanda Jaka, tidak mungkin Kinan hamil. Kamu sudah menikah sama dia empat tahun dan dia tidak pernah menunjukkan tanda-tanda kehamilan kan?" ujar Bu Lina yang tidak percaya dengan kehamilan Kinan."Halah paling itu juga anak dari lelaki simpanannya Mas," celetuk Imel ketika mendengar percakapan dari kakak dan ibunya.Jaka tentu saja tidak negitu saja percaya ucapan Imel karena tertulis disitu usia kehamilannya sudah 15 minggu. Sedangkan Kinan baru saja pergi dari rumahnya sekitar dua bulan lebih, berarti saat Kinan pergi dari rumahnya dia sudah didiagnosa hamil. Timbullah penyesalah dalam hati Jaka. Seandainya dia tidak bermain api tentu saja dia dan Kinan tidak akan ada masalah yang menyebabkan dia bercerai seperti ini. Mereka tentu masih hidup bahagia bersama. "Mas
Tidak terasa kehamilan Kinan sudah menginjak usia hampir 7 bulan. Minggu depan rencananya dia akan mengadakan syukuran 7 bulanan di rumah sang nenek.Setelah perceraiannya, dia sengaja memutus semua aksesnya dengan Jaka. Kinan tidak mau berurusan dengan mantan ibu mertua yang selalu menyudutkannya tersebut. Kinan merasa hidupnya lebih bahagia sekarang dan dia tengah berfokus pada kehamilannya saja."Kinan untuk persiapan acara syukuran semuanya udah beres ya, catering dan souvenir sudah beres, rundown acara juga sudah dibuat oleh pihak event organizer. Apalagi ya yang kurang?" tanya Mahira memastikan."Uang tunai untuk amplop anak panti sudah siap belum?" tanya balik Kinan."Emm sepertinya sudah, kemarin Bu Arini sudah mengatakan kalau soal itu beliau yang akan mengurusi," jawab Mahira sambil melihat catatannya kembali memastikan persiapan acara syukuran Kinan.Kinan berencana mengundang anak-anak dari panti asuhan Bu Hasna dalam acara syukuran 7 bulanannya nanti."Eh Kinan, tahu ngga
Mahira gegas turun ke lantai 1 tempat pertengkaran itu berada. Dan Mahira pun terkejut melihat yang sedang bertengkar adalah Imel, mantan adik ipar Kinan. Dia sedang beradu mulut dengan seorang wanita yang sepertinya seusianya."Kamu ya kecil-kecil udah berani jadi pelakor," suara peeempuan yang sedang marah terdengar samar dalam pendengaran Mahira yang menbuat Mahira mengernyitkan keningnya.Mahira mendekat ke arah keributan yang ruoanya sekarang sudah menjadi tontonan para pengunjung cafe tersebut."Enak aja, Mas Anton ini masih single, ya kan Mas?" sahut Imel tak mau kalah."Eh anu, enggg anuu," pria yang dipanggil Mas Anton oleh Imel tersebut terlihat gagap saat berbicara."Tuh kamu liat dia gugup kan, nih pelakor kalau kamu mau bukti dia suami sahku" sahut si wanita yang segera melemparkan foto kopi buku nikah ke arah Imel."Dan ini buku nikah yang aslinya, masih belum percaya juga kalau dia ini pria beristri," lanjut wanita tersebut seraya menunjukkan dua buah buku nikah ke arah
POV IMELNamaku Imelda Anastasya, anak bungsu dan anak kesayangan di keluargaku. Aku mempunyai seorang kakak laki-laki yang selalu royal kepadaku. Hanya saja ketika dia memperkenalkan seorang gadis yang akan dinikahi membuatku seketika merasa tersingkirkan.Ketakutanku sebagai anak bungsu dan anak kesayangan yang terbiasa dimanja dan dituruti semua keinginanku membuatku begitu membenci wanita yang akan dinikahi oleh kakakku tersebut."Kak, nanti aku nggak bisa manja-manjaan lagi sama kakak kalau kakak udah nikah," ujarku mengungkapkan ketakutanku pada Mas Jaka kala itu.Namun rupanya pernikahan mereka tetap terjadi, dan benar saja perlahan posisiku sebagai anak kesayangan perlahan digeser oleh istri kakakku itu. Namanya Kinanti, aku memanggilnya Mbak Kinan. Sebenarnya wajahnya cantik natural dan cukup pendiam dan tidak banyak mengangguku. Namun karena rasa letakutan yang berlebihan membuat kebencianku kepadanya semakin hari semakin bertambah.Apalagi Ibu juga begitu menyayangi Mbak Ki
Mahira gegas kembali ke atas untuk memberikan laporan kepada Kinan."Kinan tau nggak sih," cerocos Mahira seperti biasa."Nggak perlu kasih tau, aku uang ngeliat semuanya kok dari sini," jawab Kinan sembari menunjuk layar laptopnya."Huuhh, padahal mau bergosip," sungut Mahira sambil mencebikkan bibir.Kinan hanya tertawa melihat kelakuan dari sahabatnya tersebut. Kinan sudah bisa menebak pasti Mahira akan membahas soal Imel. Namun Kinan memilih untuk bersikap tidak peduli dan tidak mau tahu.Kinan melihat kembali ke arah laptopnya, dia melihat Imel sudah bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan ruangan tersebut dengan langkah gontai."Pasti berat buat Imel saat ini," gumam Kinan.Mahira akhirnya kembali melanjutkan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda karena insiden pertengkaran tadi. Dia sedang meneliti laporan bulanan dari cafe untuk diserahkan kepada Nenek Arini.Sebenarnya sejak kehamilan Kinan semakin besar, dua sudah dilarang sang nenek untuk ke cafe. Sang nenek menganjur