Arrrggh!
Lily meremas kepalanya yang mulai terasa sakit karena kurang tidur dan banyak pikiran. Sekarang ditambah lagi dengan ketakutan. Ia harus bertanya pada Arjuna.[Ada apa sebenarnya? Kak Juna mau menyelamatkan aku, atau sudah tak sabar mengusirku] pikiran buruk yang sempat ia tepis kembali mememuhi pikiran Lily.
Terkirim.
Tapi tak kunjung terbaca. Lily mengembus napas kesal."Apakah Arjuna sudah tertidur? Barang-barangku dibawa kemana malam-malam?"
Arjuna malam ini, membuatnya tak mampu sedetik pun memejamkan mata.
***
Lily terkesiap, saat alarm pertanda waktu salat subuh berdering berulang kali. Rupanya ia sempat tertidur, walaupun hanya hitungan jam. Lekas ia bangun, dan mengambil air wudhu. Jangan sampai ketahuan Rizal ia berwudhu. Jika ketahuan panjang akibatnya.Setelah melakukan salat subuh, Lily berniat ke kamar Abi dan Hussein untuk membangunkan mereka juga. Tiba-tiba ia ingat pada kejadian sebe
Menunggu sambil berpikir, tak terasa waktu pulang sekolah anak-anaknya tiba. Lily menyambut kedua putranya sambil tersenyum. Setelah menyodorkan helm ke masing-masing tangan anaknya, Lily menaiki sepeda motor mereka terlebih dahulu. Tanpa bicara ia langsung melajukan kendaraan mereka bertiga, menuju alamat yang kemaren ia datangi, sesuai perintah Arjuna."Loh, Ma? Kita kemana?" tanya Abi dari belakang."Nanti Mama cerita, ya, Nak! Enggak baik ngobrol di jalan," jawab Lily.Abidzar dan Hussein sama-sama diam. Mereka berdua malah terlihat menikmati perjalanan menuju ke tempat yang tidak pernah mereka lewati dan kunjungi sebelumnya. Hal itu membuat Lily bisa sedikit bernapas lega.Walaupun cuaca mulai panas, LiLy dan anak-anaknya tidak terlalu merasakan. Tak terasa mereka tiba di tempat yang dituju.Sepi.Tak nampak ada mobil Arjuna seperti perkiraannya. Lily menjadi curiga Arjuna membohonginya. Lily menurunkan helm dengan hati-hati, dan me
Suasana di rumah lama, Penajam Paser Utara beberapa saat setelah Lily meninggalkan rumah mereka sama seperti hari-hari sebelumnya.Bu Erna yang tinggal sendiri di rumah, seperti biasanya, hanya duduk santai menonton televisi. Hari ini, ia tidak ada keinginan untuk keluar rumah. Ia melirik jam dinding, sudah hampir jam sepuluh pagi.Bu Erna mengernyitkan dahi. Jam segini, Lily belum kembali dari mengantarkan anak-anaknya ke sekolah. Berarti dia sengaja bersantai-santai di sana. Atau merumpi bersama ibu-ibu yang lain. Atau juga sedang asik kelayapan sendiri?"Dasar pemalas!" umpat Bu Erna dalam hati. Bu Erna pun melanjutkan kegiatannya bersantai dan menonton televisi.Hingga jam pulang sekolah tiba, Lily dan anak-anak tak kunjung muncul. Bu Erna meraih sebuah buku tipis, dan berkipas-kipas karena merasa gerah. Cuaca memang sangat panas. Kipas angin seperti tak berguna siang itu.Detik berganti menit, menit berganti jam. Lily dan anak-anak tak k
Rizal menjalankan kendaraannya buru-buru. Tujuan utama Rizal adalah sekolah anaknya, karena tadi pagi ia melihat sendiri, Lily mengantar Abidzar dan Hussein, ke sekolah.Penampilan Lily biasa-biasa saja saat pergi, tidak ada sesuatu yang istimewa yang dia kenakan. Tapi Rizal tetap saja, mencurigainya berjanji dan bertemu dengan seseorang hingga lupa waktu.Saat tiba di sekolah anaknya, Rizal harus menelan rasa kecewa. Sudah tak ada siapa-siapa di situ. Pintu pagarnya juga bahkan sudah terkunci dari luar. Suasana sekolah sepi sekali, apalagi saat itu cuaca lumayan terik.Rizal meraih ponselnya sekali lagi, untuk menelpon Lily. Sama saja seperti sebelumnya. Tak ada jawaban walaupun tersambung. Kedua tangan Rizal memukul stir mobil dengan wajah yang kembali berubah gusar.Kesal di hatinya menggunung. Mungkin jika saat itu ia bertemu Lily, ia akan memakinya habis-habisan, walaupun di depan banyak orang. Menurut Rizal, sikap Lily akhir-akhir ini sudah me
Sementara di tempat yang baru, saat Rizal sibuk menelpon tadi Lily hanya mampu memandang layar ponselnya. Ia tak memiliki keberanian untuk mengangkat, sampai akhirnya ia memutuskan untuk sepenuhnya percaya bahwa perintah Arjuna adalah hal yang baik untuknya.Tangan Lily gemetar saat meraih kartu Sim yang baru dibelikan Arjuna. Sambil mengucap bismillah di dalam hati, Lily melepas dan mematahkan kartu lamanya menjadi dua bagian. Setelah itu, ia membuang kartu lama tersebut ke tempat sampah.Setitik cairan bening, mengalir dari mata manakala hatinya terasa perih. Semua perkenalannya dengan Rizal belasan tahun silam, semua ada di kartu itu.Terkenang ...Saat Rizal dengan gigih mencari cara mendapatkan nomor ponselnya.Saat Rizal menyatakan perasaannya, lewat SMS.Saat Rizal meminta ia menjadi istrinya, segala persiapan untuk memulai hidup baru, yang diharapkan bisa membangun sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah, Warohmah juga
Hampir 30 menit Lily meluahkan rasa yang menghimpit benak dibawah guyuran air. Perasaannya perlahan membaik. Lily menyudahi mandinya dan kembali menghampiri kedua anaknya yang pasti sudah selesai makan."Udah selesai makannya, Nak?" tanya Lily sambil berusaha tersenyum. Kedua anaknya mengangguk bersamaan."Ya sudah. Cuci tangan, ganti baju, salat, terus istirahat dulu," ucap Lily sambil membongkar pakaian mereka yang masih bercampur aduk di dalam karung. Kedua anaknya kembali mengangguk patuh. Tak lupa Lily mengeluarkan sajadah dan mukenah dari karung lain. Usai berpakaian, Lily memilih untuk salat terlebih dahulu, disusul oleh kedua putranya.Usai salat, Lily bingung tidak tahu harus berbuat apa, karena tidak ada apapun, yang bisa ia kerjakan. Ingin mengeluarkan semua pakaian dari karung, tapi belum ada tempat menyusunnya. Ia berpikir sebentar, sambil menimang ponsel.Lily membuka facebook, dan meminta bergabung di grup 'Bubuhan B
Dalam kebimbangannya, Lily teringat pada Romy. Ia berniat langsung menghubungi satu-satunya saudara yang ia miliki, dan menceritakan prihal kepergiannya dari rumah. Tapi ternyata, nomornya ikut terhapus di kartu lama. Sekali lagi Lily bertindak arogan. Tidak memindahkan terlebih dahulu nomor penting yang tersimpan di kartu SIM ke memori telpon, sebelum mematahkannya.Lily menarik napas dalam. Dari luar kedua anaknya berlari memberitahukan bahwa ada orang yang mengantar lemari dan kasur. Lily langsung melangkah keluar dan mengarahkan yang mengangkat, langsung meletakkan di tempat yang ia inginkan.Lily mulai menyibukkan diri, dengan menyusun pakaian mereka bertiga di dalam lemari. Sementara waktu, ia melupakan tentang perceraian yang di perintah oleh Arjuna. Lily pusing bila harus mengurus semuanya dalam waktu bersamaan.***Sementara di kediaman baru Lily sibuk mengatur dan memikirkan kehidupannya ke depan bersama anak-anak, di rumah yang mereka tinggalkan
Keesokan harinya subuh-subuh Rizal sudah bangun dan mandi. Setelah mandi, Rizal membawa secangkir teh hangat buatan Nessa untuk dinikmati di ruang tamu. Rizal ingin melihat apakah hari ini Arjuna berangkat subuh lagi. Tapi sampai jarum pendek jam dinding bertengger diantara angka enam dan tujuh, Arjuna tak kunjung melintas di ruang tamu. Rizal pun bergegas ke kamar untuk mengenakan baju formal karena sebentar lagi waktunya berangkat kerja."Arjuna udah sarapan?" tanya Rizal pada Nessa yang juga sedang bersiap mengenakan baju kerjanya."Enggak ada," sahut Nessa singkat sambil membenarkan kerah baju.Rizal tak bertanya lagi. Setelah berpakaian mereka berdua langsung menuju ruang makan untuk sarapan. Rizal sengaja memperlambat sarapan, sambil menunggu Arjuna muncul. Tapi sampai Nessa menegur cara sarapannya yang lamban hingga waktu mereka untuk berangkat kerja sudah lewat, Arjuna tak kunjung muncul.Saat Nessa dan Rizal sudah sama-sama memasuki m
Rizal tidak mengatakan pada Nessa bahwa besok akan menyusul ke rumah kakak iparnya di kampung. Rizal khawatir, Nessa akan melarang, atau bisa juga sebaliknya. Rizal yakin pernikahannya dengan Nessa pasti tidak diketahui oleh Rommy. Ia tahu selama ini Lily sering berkata tidak ingin menyusahkan saudara satu-satunya itu apalagi melibatkannya dalam masalah."Mas ...." panggil Nessa tiba-tiba berbalik sambil memeluk tubuh suaminya kembali."Hemm," gumam Rizal yang hampir saja terlelap."Besok hari Minggu, mas temanin aku ke toko emas yah? Aku mau tukar tambah emasnya dengan yang baru. Antarin yah?" pinta Nessa kembali bermanja-manja."Lain kali aja, Ness. Besok ... aku ada keperluan lain," tolak Rizal langsung sambil meraih guling."Ini sudah lebih seminggu loh Mas! Kemaren kamu sudah janji mau langsung diganti. Aku sudah ngalah seminggu loh, gara-gara kamu sibuk nyariin Lily yang menghilang entah dimana itu!" rengut Nessa.Riz