"Tidak, dia berbohong." Kian berusaha menyangkal."Sepertinya wanita itu kembali untuk membalas dendam, Apakah kamu tidak berencana bergabung dengannya?" tanya Charlie pada Vivian."Aku akan melakukannya, Tapi, Sekarang belum giliranku," jawab Vivian.Liza berdiri tegak di hadapan Kian Salveston,Sudut bibirnya mengangkat senyum sinis, "Berbohong? Kian Salveston, kita sudah berpisah selama tiga tahun. Kemudian kita bertemu kembali saat kamu hampir menikah dengan Vivian Alexander. Kau memintaku ke hotel yang di mana tempat kamu dan istrimu itu bermalam. Di malam pengantin... istrimu tidak sadarkan diri karena telah mabuk. Kamu meninggalkan dia dan datang mencariku. Apakah kau masih berani menyangkal?" ungkap Liza dengan tegas. Kian terdiam, wajahnya tampak pucat pasi, sedangkan Kane yang berdiri di sampingnya menatapnya dengan mata terbelalak, hampir tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Kian, Apakah yang dia katakan adalah benar?" tanya Kane dengan suara bergetar. "Ini b
Kian berdiri di depan orang-orang yang hadir di pesta pernikahannya, wajahnya merah padam karena malu dan kesal. Ia tak bisa mempercayai bahwa perbuatannya telah terekam dan kini diputar di hadapan semua tamu undangan, termasuk para reporter yang datang untuk meliput acara tersebut. Suasana hening menyelimuti ruangan, diikuti oleh bisikan-bisikan yang semakin memperburuk keadaan. "Tidak, semua ini tidak benar!" teriak Kian sambil berusaha menjelaskan kepada mereka semua. Ia cemas, gemetar, dan penuh keputusasaan saat mencoba membela diri, namun seolah tak ada yang mau mendengarkan kata-katanya. Gigi berteriak, "Matikan monitornya!" Ia marah dan kecewa melihat apa yang sedang terjadi di hari bahagia putranya. Vivian malah menghampirinya dan berkata dengan suara tegas, "Kenapa harus matikan? Ini adalah perbuatan anakmu di malam pernikahan kami. Sebelumnya aku sudah memberitahu tuan Kane Salveston, Tapi, sebagai ayah, dia melindungi anaknya dan bersikeras menuduhku serta mempermaluka
Siapa yang mengutusmu?" tanya Gigi pada Mony.Mony tersenyum melihat Gigi yang cemas dan hampir menangis."Mony, Apa yang kamu katakan semuanya tidak benar, kan? Kamu tidak mungkin membohongiku. Aku tahu kamu mencintaiku. Seluruh asetku sudah ku serahkan padamu," ujar Kian."Asetmu? Apakah kamu mengira aset yang kamu miliki bisa membuatku bahagia? Uangku lebih banyak dari asetmu. Tidak ada yang harus diperbesarkan tentang perasaanmu padaku. Aku yakin kamu hanyalah mencari nama agar semakin terkenal setelah menikah denganku," ujar Mony.Kian merasa darahnya mendidih, amarahnya tak terbendung saat mendengar jawaban Mony. Ia mengepalkan tangannya dan menggigit bibir bawahnya untuk menahan emosinya. "Siapa yang membayarmu? Katakan!" Kian meninggikan suaranya dengan kesal, memaksa Mony untuk membuka mulut dan mengungkap identitas orang yang mempengaruhi wanita ini. "Seorang yang jauh lebih berpengaruh darimu. Dibandingkan dengan dia... kamu bukan siapa-siapa sama sekali," jawab Mony denga
Beberapa saat kemudian Charlie berdiri dengan sikapnya yang tenang. Sementara Kian terduduk lemas dan memandang Jenderal itu dengan mata berkaca-kaca."Kian, ada apa denganmu?" tanya Gigi yang menghampiri putranya."Lebih baik terima hukumanmu dari pada menghindar, Berita kejadian hari ini sudah diketahui banyak orang. Sebuah pernikahan mewah dihancurkan oleh tanganmu sendiri," ujar Charlie.Suasana pesta yang tadinya penuh dengan tawaan kini berubah menjadi tangisan dari ibu pengantin pria. Detektif yang berpakaian rapi itu berdiri tegak di depan pintu, menyampaikan tuduhan kepada Tuan Salveston. "Tuan Salveston, kami adalah Detektif. Kami menerima laporan bahwa anda terlibat kasus penculikan dan pemer.ko.sa4n. Selain itu, Anda juga telah menuduh nona Vivian Alexander dan melakukan pencemaran nama baiknya," ujar Detektif itu dengan nada tegas dan serius. Wajah Kian Salveston memerah, campuran rasa marah dan panik. Ia ingin membantah, namun bibirnya terasa kaku. Sementara itu, Gig
Vivian menatap tajam ke arah Mony, matanya bersinar penuh penasaran dan kebingungan. "Siapa maksudmu? Tadi kamu mengatakan ada yang memberi perintah. Siapa dia?" tanya Vivian dengan nada suara penuh emosi. Mony mendekat, berbisik lembut di telinga Vivian, "Pria yang di malam itu selama ini tidak pernah menjauh darimu. Kami datang untuk membalas semua perbuatan keluarga Salveston terhadapmu. Semua ini atas perintah dia." Vivian terkesiap, hatinya berdegup kencang. Hampir tidak percaya dengan apa yang telah dia dengar. Wajahnya menjadi pucat pasi, "Katakan padaku, di mana dia sekarang? Kenapa harus aku yang menjadi korbannya?" tanya Vivian dengan suara yang bergetar."Tidak bisa dikatakan korban, Kamu adalah gadis pilihannya," jawab Mony."Tidak masuk akal, Dia telah melakukan sesuatu yang merugikan aku. Bukan hanya itu saja...aku juga kehilangan harga diriku karena dia. Apakah aku harus berterima kasih pada kalian yang sudah membalas keluarga Kian?" tanya Vivian dengan nada kesal.Mo
"Tidak perlu dekat dengan mereka, Acara ini membosankan sekali," ujar Charlie yang beranjak dari sana sambil menarik lengan gadis itu."Sebentar! Aku belum selesai!" kata Vivian yang ikuti langkah Jenderal itu dengan terpaksa.Charlie mengabaikan permintaan gadis itu, dan tetap menariknya hingga meninggalkan acara tersebut."Jenderal ini sangat sombong sekali, kenapa malah menyuruh gadis itu tidak perlu dekat dengan kita," gerutu Micheal."Lebih mengkhawatirkan adalah...gadis itu pasti membencinya setelah tahu dia adalah pria malam itu," ucap Alexa."Dia bosmu bukan bosku, Aku adalah seorang Jaksa. Tapi, melakukan hal yang di luar kewajibanku," ujar Micheal."Menurutmu, hukuman apa yang akan didapatkan oleh keluarga Salveston?" tanya Alexa."Hukuman penjara bertahun-tahun," jawab Micheal."Tapi, dia memang bukan dalang utama pe.mer.ko.saan itu," ujar Alexa."Apa kamu ingin memberitahu mereka, bahwa dalang utamanya adalah si kepala batu itu?" tanya Micheal."Mereka tidak ada yang bisa
"Gu-gugurkan?" tanya Vivian."Kenapa, bukankah kamu keberatan hamil anaknya?" tanya Charlie."Ini nyawa kecil yang tidak berdosa," jawab Vivian."Kalau begitu, cari pria itu dan menikah dengannya, Bukankah Jaksa dan pengantin itu adalah teman pria yang bersamamu? kalau begitu, temui saja dia!" Ujar Charlie. Vivian langsung terdiam dan mengacak-acak rambutnya."Menikah? menikah dengan seorang pria asing yang aku tidak kenal sama sekali. dia adalah pria brengsek," ketus Vivian."Apakah kamu begitu membencinya?" tanya Charlie yang ingin tahu isi hati wanita itu."Iya, aku bukan saja membencinya. Tapi, aku juga ingin mengebirinya. Andaikan di negara ini ada hukum kebiri, aku ingin menuntutnya," jawab Vivian dengan nada penuh amarah. Tanpa ia sadari, pria yang menjadi sasaran kemarahannya adalah Charlie sendiri. Charlie menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sebelum berbicara lagi. "Dari pada menuntutnya, lebih baik kamu berdamai dengannya!" kata Charlie, mencoba memberikan s
"Dia tinggal di hotel mewah dan selama ini dia selalu memantaumu," jawab Micheal sambil menghela napas."Alamat hotel dan nomor kamarnya berapa?" tanya Vivian dengan nada yang tak terbendung, matanya menyala-nyala penuh amarah. " Malam ini aku dan dia ada pertemuan juga. Bagaimana kalau kita pergi bersama!" Ajak Micheal."Boleh juga! Aku tidak ingin berduaan dengan si mesum itu," jawab Vivian."Charlie, Kamu siap-siap saja menghadapi wanita ini, dia sedang emosi seperti wanita hamil," batin Micheal.Malam itu, langit di atas Hotel LA begitu gelap, seolah ikut merasakan kegundahan yang sedang terjadi di dalam salah satu kamarnya. Charlie dan Alexa duduk berdampingan di sofa yang empuk, menatap pemandangan kota melalui jendela besar di kamarnya. "Gadis itu akan datang menemuimu malam ini, Micheal mengatakan Vivian sangat marah dan tidak sabar ingin menghajarmu," kata Alexa dengan nada khawatir. "Aku juga tidak sabar ingin dia tahu siapa aku," jawab Charlie dengan tenang sambil menyes