“Ng- nggak, kok, Bu! Masa iya saya senyum-senyum sendiri??!” Darline menggeleng dan langsung menyimpan senyumnya itu.
Dia memasang wajah serius. Bayangan wajah Hayden yang cemburu memang langsung lenyap ketika dia berhadapan dengan Bu Alma yang semakin hari semakin sinis padanya.
Awalnya, wanita itu bagaikan induk ayam yang begitu melindungi anaknya. Tapi entah kenapa, sekarang Bu Alma bagai berubah menjadi predator yang mengamati setiap liku tingkah laku Darline penuh kecurigaan.
“Itu kamu senyum-senyum sendiri! Nggak usah menyangkal kamu!” Galaknya Bu Alma sekarang sudah menyamai ibunya Willson.
Darline pun tetap menyangkal karena tidak mungkin baginya untuk mengakui apa dan siapa sosok yang membuatnya tersenyum-senyum seorang diri.
“Nggak kok, Bu. Ibu salah lihat mungkin.”
“Lah, kamu malah menuduh saya yang salah lihat?! Jangan mentang-mentang saya berkacamata, kamu menuduh saya setengah buta, ya!”
Darline terkesiap dan lang
Melihat tatapan mata Bu Alma yang seakan menyelidikinya, Darline pun menundukkan wajahnya dalam-dalam. Dia sembari memainkan ponsel di tangannya.Di saat itu barulah tercetus ide dadakan di benaknya.Darline berpura-pura membuka pesan di ponselnya dan membaca.“Oh, in- ini, Bu, Bapak ternyata ad- ada chat tadi bilang ada meeting dengan klien di Amuz Gourmet. Sa- saya yang nggak terbaca.”Dia mengarahkan ponsel ke Bu Alma, tapi tidak seluruhnya. Karena apa yang dia tunjukkan sebenarnya tidak ada buktinya.Darline langsung menurunkan lagi ponselnya.Bu Alma tidak langsung menjawab dan wajah wanita itu menatap Darline masih penuh kecurigaan.Darline pun cepat-cepat memasukkan ponsel ke dalam tasnya takut Bu Alma tiba-tiba meminta untuk melihat isi pesan dari Pak Hayden.Tidak mungkin dia membiarkan Bu Alma melihat isi chatnya dengan pak boss. Bisa ketahuan bagaimana hubungannya dan Hayden yang sebenarnya.Dan ketika dilihatnya Bu Alma masih berpikir keras untuk memberikan pertanyaan skak
Ting tong ting tong‘Siapa ya kira-kira?’ pikir Darline seraya meraih pegangan pintu dan membukanya tapi hanya sedikit saja.Hanya terbentuk celah sekitar satu sentimeter dari pintu, hanya untuk dirinya mengintip siapa yang menekan bell pintu.Begitu dia melihatnya, Darline seakan menghela napas lega lalu membuka pintu lebar-lebar.“Bukannya tadi barusan kirim pesan. Ngapain kirim pesan kalau memang mau datang ke sini?” cerocos Darline dengan wajah galak.Hayden masuk tanpa basa basi. Melihat sekeliling selama dua detik, lalu mengangkat salah satu tangannya.“Aku membawakan ini!” katanya menunjukkan sekantung kresek di tangan sedangkan wajahnya terpeta senyum memukau karena mengandung kejahilan.“Apa itu?” tanya Darline. Di saat bersamaan aroma dari kantong kresek begitu harum. Tanpa jawaban Hayden pun Darline sudah tahu apa itu yang ada di dalamnya.Sekejap saja, Darline bertambah lapar dan perutnya tiba-tiba berbunyi.Kruk ... kruk ... kruk ...Darline melihat perutnya, lalu mengang
Ketika Hayden tiba di penthouse-nya, dia langsung menginjakkan kaki ke balkon atas nya yang berupa rooftop. Di sana, Gael berada bersama dengan seorang wanita dengan 4 pria lain yang merupakan bawahan wanita itu. “Hmm, cepat juga pekerjaan kalian,” katanya pada wanita itu. Miss Deliah mengangguk dan tersenyum. “Apakah ini sudah seperti keinginan Anda, Pak Hayden?” tanyanya seraya tangannya menunjuk ke arah sekelilingnya. Hayden menelisik sekelilingnya dan mengangguk. “Hmm, aku rasa cukup.” Ada banyak dekorasi indah di sana. Dari bunga yang berwarna soft, taburan bunga, karpet, tanaman hias, hingga lampu kerlap kerlip semua sudah tertata rapi. Meski belum selesai sempurna, tapi Hayden bisa melihat kondisi di roof top nya sudah jadi. “Baiklah, Mr. Hayden. Kami hanya tinggal memasang kabel saja, lalu kami akan mengerjakan yang bawah,” kata Miss Deliah lagi. Setelah menelisik semua yang di roof top oke, sesuai keinginannya, Hayden pun mengajak Gael dan Miss Deliah ke bawah. Sesampa
Darline terheran-heran. Dia diminta memakai gaun terbaik hanya untuk pergi ke tempat yang berada beberapa lantai di atas tempat tinggalnya? Diliriknya Hayden yang tampak tenang dan santai. Pria itu menatap ke nomor lift yang menyala merah. Ketika tiba dan lift berbunyi, ‘Ting!’, akhirnya Hayden mempersilakan Darline keluar terlebih dahulu. Raut keheranan Darline terpeta begitu pekat di wajahnya. Itu semua membuat Hayden harus bersusah payah menahan senyumnya. “Aku disuruh memakai gaun seperti ini hanya untuk ke tempatmu, Mas?” Akhirnya Darline tak mampu menahan rasa penasarannya lagi. Dia bertanya, tapi Hayden hanya tersenyum simpul. Semakin membuatnya penasaran. “Mas!” seru Darline lagi. Entah kenapa tiba-tiba saja Darline merasakan firasat yang tidak enak. Bagaimana jika di kediaman Hayden sedang diselenggarakan pesta, lalu ada banyak orang tak dikenalnya di sana? Bagaimana jika Hayden tiba-tiba mengenalkannya sebagai pacar? Kekasih? Atau yang lebih parah ... jika pria itu m
Notes: Ini adalah part non-gembok. Di publish karena ada kesalahan publish bab sebelumnya. Tapi sekarang sudah beres semua jadi ... part ini skip saja ya. Terima kasih. ***Notes: Ini adalah part non-gembok. Di publish karena ada kesalahan publish bab sebelumnya. Tapi sekarang sudah beres semua jadi ... part ini skip saja ya. Terima kasih. ***Notes: Ini adalah part non-gembok. Di publish karena ada kesalahan publish bab sebelumnya. Tapi sekarang sudah beres semua jadi ... part ini skip saja ya. Terima kasih. ***Notes: Ini adalah part non-gembok. Di publish karena ada kesalahan publish bab sebelumnya. Tapi sekarang sudah beres semua jadi ... part ini skip saja ya. Terima kasih. ***Notes: Ini adalah part non-gembok. Di publish karena ada kesalahan publish bab sebelumnya. Tapi sekarang sudah beres semua jadi ... part ini skip saja ya. Terima kasih. ***Notes: Ini adalah part non-gembok. Di publish karena ada kesalahan publish bab sebelumnya. Tapi sekarang
“Ngapain sih, Mas? Udah malam malah ke atas? Dingin nih!”“Sebentar saja,” ucap Hayden meyakinkannya sambil mengulurkan tangan agar bisa menggenggam tangan Darline.Wanita itu meletakkan tangannya dan mereka menuju roof top.Sampai di sana, Darline dibuat terkesiap lebih lebar dari sebelumnya.Hayden berhasil menyulap rooftop-nya dengan hiasan yang indah juga berkilauan. Taburan bunga bewarna pastel, hiasan bunga, juga tanaman hias, lampu-lampu kecil berkerlap kerlip. Semuanya membaur membuat roof top itu tampak cemerlang di kala malam.Lalu, ketika Darline melihat ke bawah kakinya, tampak taburan bunga di lantai yang mengarah ke sebuah tempat di mana rangkaian bunga dibentuk menjadi hati yang besar, setinggi dirinya, lalu ada lingkaran yang juga penuh taburan bunga.Hayden mengajaknya berada di dalam lingkaran itu dan sudah pasti membuat pikiran Darline semakin bertanya-tanya. Apa yang hendak dilakukan pria itu?“Bagaimana menurutmu?” tanyanya sembari memandangi sekelilingnya.Darlin
Darline menatap dua manik chesnut brown yang berlutut di depannya. Dia bisa merasakan kesungguhan hati Hayden dalam ucapannya. Hanya saja, lidahnya kelu. Otaknya pun blank karena ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan.Pernikahan pertama saja membutuhkan banyak pertimbangan. Apalagi statusnya saat ini yang pernah gagal membangun bahtera rumah tangga. Tidak mungkin dia bisa semudah dulu lagi dalam mengambil keputusan.Cinta saja tidak cukup dalam menjalankan rumah tangga.Jika pemikiran bahwa menikah haruslah dengan seseorang yang ‘you can’t live without’ -kau tidak bisa hidup tanpanya-, itu ada benarnya, tapi pemikiran itu tetap harus melewati lolos seleksi dari pandangan yang pertama.Menikahlah dengan pria yang kau ingin hidup bersamanya setiap hari, sampai akhir hayatmu. Ini jauh lebih penting.Ketika ada kekerasan dalam rumah tangga, baik itu fisik ataupun verbal, maka keinginan hidup bersama seumur hidup akan menguap dengan cepat.Jangankan hidup bersama sampai penghujung usia
“Itu ... apa ya, Mas? Mereka ...”Sambil bertanya, Darline terus berpikir. Seketika itu juga pikirannya mulai terbuka.Samar-samar dia seakan tahu siapa lima orang itu meskipun Hayden belum menjelaskannya.Dua pria di sana plus seorang bocah itu tampak tersenyum padanya.Tapi dua wanita di sana, menampakkan wajah shock yang tersembunyi di wajah datar mereka.Darline mereka-reka ingatannya dan dia mulai mengenali ibunya Hayden yang dipanggil Willson dengan Oma Jenni. Lalu wanita yang seusia Hayden adalah kakak perempuannya, yang dipanggil Willson ‘Bibi Heaven’.Mereka pernah hadir di salah satu acara yang diselenggarakan Opa Ben, tapi hanya satu kali saja.Seketika Darline merasa ingin menciut saja ketika merasakan tatapan dua wanita itu begitu terkejut menyorotinya.Tanpa sadar dia mengarahkan pandangan matanya ke bawah.Di saat seperti itu, benaknya menggiangkan panggilan Bu Mira pada Oma Jenni, yaitu Bibi Jenny.Seketika lagi, Darline merasa dia seperti bocah kecil di antara para se