Share

Part 19 Bayaran Claire

Degup jantungku berdetak cukup kencang. Tanganku gemetar, mulutku terkunci rapat, kakiku bahkan seolah mati rasa untuk bergerak sampai menapak di lantai bawah. Aku hanya bisa diam dan menatap bola mata Airin yang tepat berada dihadapanku.

"Iya, saya jamin hidup kamu sampai kamu tua asalkan kamu tinggalkan anak saya!" Kedua kalinya kalimat itu dilontarkan oleh bibir tipisnya yang berwarna merah tua.

"Cle, atur nafasmu, atur nafasmu...." Batinku sebab kini nafasku sudah tersengal-sengal.

"Gimana? Diam artinya kamu setuju kan?" Ia berdiri dan hendak memberiku sebuah amplop coklat.

"Di dalamnya sudah saya buat nominal cek yang akan bisa biayai hidup kamu. Kamu cuma perlu untuk tinggalin Randi dan hilang seperti ditelan bumi. Paham?" Ia menjulurkan tangannya lagi ke arahku.

"Ma, maaf aku gak bisa terima ini...." Seolah ada tenaga tambahan untukku menolaknya entah darimana.

Aku menghalau tangannya yang berada di depan dadaku. Aku gak bisa nerima ini, aku mencintai Randi atas dasar perasaan bukan semata-mata mengincar hartanya. Aku tulus mencintainya dan tidak bisa digantikan dengan apapun termasuk uang. Bukan itu yang aku mau Ma. Aku cuma mau penerimaan kalian saja terhadapku, hanya itu....

Batinku jelas saja meronta-ronta, betapa rendahnya diri ini di mata keluarga Randi hingga mereka bisa membayarku cuma-cuma. 

Lantas saja aku kembali lagi ke kamarku dengan isak tangis yang sama sekali tidak terbendung. Aku meraung sejadinya, menyalahkan keadaan yang tidak pernah berpihak padaku. 

"Ya Tuhan, kenapa cobaan ini berat banget untukku? Sampe kapan aku bisa melewati cobaan maha dahsyat ini...." Aku meraung sejadinya seraya melihat beberapa fotoku bersama Randi yang tersimpan rapi dalam satu album diponselku.

"Ran, kenapa sih aku harus cinta sama kamu? Kenapa sih aku harus ada diposisi ini? Kenapa Ran? Mungkin kalo cuma hinaan saja yang aku dapat dari mulut orang tuamu aku masih nerima. Tapi sekarang mereka sudah sampai membayarku untuk meninggalkan kamu, meninggalkan cinta kita yang sudah kita bangun utuh, Ran......" Aku masih terisak mengusap foto kebersamaanku dengan Randi pada waktu itu.

Sejenak aku mendiamkan diri dengan pikiran kosong. Aku coba susun lagi satu per satu niatku untuk menghadapi masalah ini. Aku harus bisa, aku gak boleh bawa perasaan, karna yang aku mau adalah rumah tanggaku utuh dan dapat diterima oleh mertuaku. Meskipun jalannya amat terjal sekarang, tapi mencintai Randi adalah keputusan dan pilihanku. Aku harus menghadapinya dengan sepenuh hati.

"Sayang, di rumah ada apa?" Pria yang ku cinta cukup rajin mendialku. Meski pada akhirnya ia terus-terusan bilang sabar dan lebih usaha lagi, tapi setidaknya mendengar suaranya sudah cukup hadir disampingku.

"Mama cerita sama kamu apa?" Aku mengusap air mataku yang masih terus menetes dengan pengaturan nafas yang maksimal agar tidak begitu jelas terdengar aku sedang terisak nangis.

"Iya, dia cerita katanya kamu nyuekin dia waktu dia bicara. Dia udah ngomong panjang lebar kamunya malah naik ke kamar..."

"Mama cerita gak apa yang dia sampaikan ke aku?" Aku sudah mulai tidak bisa menahan amarah yang berkecamuk di dalam hatiku. Duniaku hancur, duniaku nyaris terenggut karna ulah mertuaku. 

"Enggak. Makanya aku nanya, di rumah ada apa?" 

"Mas, mama kamu kasih aku amplop yang isinya cek dengan catatan aku harus ninggalin kamu. Siapa yang gak sakit Mas?" Tangisku pecah.

"Ha?" Ia pun kaget mendengarnya.

"Sayang, mama gak mungkin gitu. Kamu salah dengar kali, atau kamunya halu...." 

Mendengar ucapannya, jelas saja buatku naik pitam. Mungkin jika ia didepan mataku sudah ku tampar kali pipinya. Ia bisa dengan mudah bilang aku halusinasi, padahal jelas-jelas aku tidak pernah ada keluhan di kejiwaan. Dia masih bisa dengan enaknya membela ibu kandungnya. Dia sudah tidak lagi bisa mempercayaiku disini. 

"Segitunya kamu gak percaya sama aku?" Aku meraung cukup keras, dadaku terasa sesak.

"Bu...bukan... Gak mungkinlah bisa mama bilang gitu." Ia masih bersih keras atas pernyataanku.

"Ya sudah kalo kamu gak percaya, kamu bisa tanya sendiri kan sama mama. Aku diminta untuk menghilang dari hidup kamu. Sementara, aku menyetujui jadi istri kamu tuh ya karna aku butuh kamu, aku mau disamping kamu sampai kamu tua. Ran, aku bukan wanita gila harta. Sama sekali, aku gak pernah kepikiran untuk merebut harta kamu. Jadi, aku gak bisa dibayar berapapun itu jumlahnya...." Aku menangis sejadinya mengungkapkan semua rasa sakit yang terpendam di dalam hati.

"Aku bakal coba konfirmasi ke mama dulu. Intinya kamu tenang dulu. Besok aku pulang...." Ia langsung menutup ponselnya.

Dan karna kejadian Airin bersih keras untuk membayarku agar meninggalkan anaknya ini, aku sama sekali tidak makan. Aku kehilangan nafsu makanku sampai keesokan harinya, aku terbangun dengan kondisi mata sembab dan memerah serta perut yang amat kosong.

"Claire, kamu pucat banget, matamu sembab. Ada apa?" Terang saja kondisiku ini memancing pertanyaan banyak orang yang aku lewatin.

Aku hanya meresponnya dengan senyuman tipis dan melanjutkan langkahku menuju lift yang masih terlihat sepi, karna memang sengaja aku datang amat pagi hari ini untuk menghindari Airin dan Roger bangun lebih awal. Aku sedang tidak baik-baik saja barang sebentar bertemu mereka, mungkin inilah kalimat yang bisa ku gambarkan tentang kondisiku.

Aku menekan tombol buka pada lift, dan memasukinya seorang diri. Lalu pintu lift tertutup otomatis.

"Eh tahan....." Namun terdapat telapak tangan seseorang dari luar yang menghalau pintu lift tertutup seraya berteriak cukup kencang.

"Claire, kamu kenapa gak balas chat aku, gak angkat telfon aku?? Tau gak kamu aku tuh khawatir banget...." Seorang pria dengan tubuh proporsional dan rambut klinisnya ini mengomeliku pagi-pagi.

"Claire, are you ok?" Ia bertanya sekali lagi karna tatapanku pun sudah tidak ada dayanya. Terdengar suara dengung yang kian keras terasa, tubuhku terjuntai lemas tanpa energi yang tersisa. 

"Plakkk........" 

"Claire, sadar Claire sadar....... Tolong tolong, panggil ambulance, panggil ambulance....." Aku melihatnya samar-samar dan sampai di titik tatapanku menghitam. Aku menghilang.....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status