Share

Mantan Istri CEO Tertindas itu Ternyata Pewaris Kaya!
Mantan Istri CEO Tertindas itu Ternyata Pewaris Kaya!
Author: Aku Ingin Makan Daging

Bab 1 - Perceraian

Ting!

Suara pesan masuk terdengar di telepon.

[Cepat ke rumah sakit untuk donor darah.]

Lydia tertegun ketika melihat pesan tersebut, dadanya terasa seperti ditusuk oleh sebilah pisau.

Pengirim pesan tercatat sebagai ‘Suami’.

Ting!

Masuk sebuah pesan baru lagi. Ada penerimaan uang transfer sebesar lima ratus juta.

Lydia membaca sejarah pesan-pesan yang dia terima sebelum pesan tersebut.

[Ingat harus ke rumah sakit.]

Informasi penerimaan uang sebesar lima ratus juta.

[Jangan lupa ke rumah sakit untuk donor darah.]

Informasi penerimaan uang sebesar lima ratus juta.

[Segera ke rumah sakit.]

Informasi penerimaan uang sebesar lima ratus juta.

****

Tiga tahun menikah dengan Dylan Tansen, satu-satunya hal yang membuat pria itu menghubungi Lydia adalah untuk mendonorkan darah di rumah sakit. Tidak … dia menjual darahnya secara khusus kepada ... Olivia Cahyana, wanita yang sangat diperhatikan suaminya itu.

Sedangkan cara pria itu memperlakukan dirinya, selalu seperti orang asing.

Bulan ini, sudah tiga kali Lydia pergi ke rumah sakit untuk mendonorkan darah, yang mana hal tersebut sebenarnya sudah melampaui batas kemampuan tubuhnya.

Saat ini, Lydia duduk di atas sofa. Pandangannya agak membuyar karena rasa ingin menangis. Kemarin, demi menunggu Dylan pulang kerja, Lydia menunggu selama satu jam di tengah hujan.

Hari ini, tubuh Lydia merasa sangat tidak nyaman, kepalanya terasa berputar, dan dia bahkan tidak punya kekuatan untuk berdiri.

Dylan ... mungkin juga tidak tahu bahwa istrinya sedang sakit.

"Uhuk-uhuk ...."

Lydia menggenggam ponselnya dan tidak tahu harus bagaimana merespon pesan dari Dylan.

Tiba-tiba, pesan dari nomor tidak dikenal masuk dan langsung menghantam harga dirinya.

"Nama kamu sebagai Nyonya Tansen hanya sebatas gelar belaka, tidak malu memakai nama itu selama tiga tahun? Apakah Dylan pernah memandangmu sedikit pun? Faktanya, dia masih bersamaku semalam. Kalau aku jadi kamu... aku pasti sudah mencari tali dan mengakhiri hidupku. Kamu hanyalah pelakor yang tidak tahu malu!"

Pelakor?

Lydia merasa jantungnya berdenyut kencang dan perasaannya tertekan. Dia adalah Nyonya Tansen yang sah. Dia telah meninggalkan keluarganya, teman-temannya, dan mempertahankan pernikahan ini selama tiga tahun. Tapi mengapa sekarang dia dihina dengan kata-kata yang sangat merendahkan?

Kemudian, sebuah foto terkirim ke ponsel Lydia. Foto wajah Dylan yang sedang tertidur nyenyak dan tenang. Wajah tampan pria itu tampak seperti mahakarya seni yang diukir oleh tangan seorang ahli, mampu membuat orang terpesona seperti ngengat terbang menuju api.

Namun, foto tersebut juga menjadi bukti dari kata-kata yang baru saja terkirim.

Wanita yang bersandar di bahu Dylan adalah Olivia Cahyana. Meski keduanya tertidur dalam foto itu, senyuman tipis di wajah wanita itu masih jelas terlihat, menandakan bahwa dia masih terjaga.

Seperti pasangan kekasih yang mesra!

Saat itu, ponsel Lydia tiba-tiba berdering. Dia menerima panggilan dari rumah keluarga Tansen.

Lydia segera menjawab telepon tersebut, di ujung sana ada ibu Dylan, Erika. Erika langsung membuka mulutnya tanpa basa-basi, "Lydia, kamu lupa ini hari apa? Para pembantu sedang libur hari ini, cepat masak!"

Lydia tertawa dingin dan segera menutup telepon tanpa berkata sepatah kata pun!

Padahal, selama ini Lydia selalu memperlakukan Dylan dengan baik dan berusaha mempertahankan pernikahan yang renggang.

Di tempat kerjanya, Lydia sering diabaikan dan diolok-olok oleh rekan-rekan lainnya. Namun, dia tetap menjalankan tugasnya sebagai sekretaris dengan penuh dedikasi.

Di rumah keluarga Tansen, ibu dan saudara perempuan Dylan tidak pernah mengakui Lydia karena latar belakangnya yang tidak jelas. Sebagai hasilnya, Lydia diperlakukan seperti orang rendahan dan dipaksa melakukan tugas-tugas rumah tangga, seperti memasak, mencuci pakaian, bahkan membersihkan seluruh rumah.

Dengan semua tekanan ini, Lydia tak pernah mengadu kepada Dylan tentang penderitaannya. Dia telah terbiasa dengan semua itu.

Tidak peduli betapa banyak hinaan dan kebencian yang ditujukan padanya, Lydia tetap tegar demi Dylan.

Namun, selama tiga tahun pernikahan mereka, Dylan tidak pernah menganggap Lydia sebagai istrinya. Pria itu hanya memberikan perintah di tempat kerja dan memintanya untuk donor darah di rumah sakit.

Semua ini benar-benar melelahkan, dan Lydia tidak bisa menahannya lagi. Ini juga bukan pertama kalinya Olivia menghina Lydia dengan kata-kata merendahkan seperti itu.

Meski sebelumnya Lydia bisa mengabaikannya, foto yang dikirim oleh Olivia telah merusak harga dirinya. Perasaan malu, dingin, dan kesepian melanda Lydia.

Setelah tiga tahun menikah, apakah semua ini hanyalah lelucon belaka?

Wajah Lydia berubah tegas dan tekadnya bulat untuk mengambil keputusan. Baiklah, lelucon ini harus berakhir hari ini.

Lydia segera mencari kontak Dylan dan tanpa ragu berkata.

[Kita harus bercerai.]

Meskipun terbawa emosinya , Lydia tahu bahwa keputusannya adalah yang terbaik.

Dylan segera menelpon Lydia, dan meskipun dia sudah menunggu reaksi marah dari pria itu, yang terdengar hanyalah suara dingin, "Apa masalahmu, Lydia? Berapa banyak uang yang kamu inginkan? Sampaikan saja. Saat ini Olivia dalam kondisi kritis, dokter bilang ...."

Lydia menahannya dan langsung memotong Dylan dengan suara dingin dan parau, "Dylan, temui aku di Kantor Catatan Sipil dalam satu jam. Kalau tidak, biarkan saja dia mati."

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Lydia menutup teleponnya dan tiba-tiba menerima pesan.

[Anda telah menerima transfer sebesar satu miliar.]

"Haha ...."

Lydia tertawa sambil meneteskan air mata yang tak terbendung. Semuanya ini begitu konyol ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status