Deras hujan tak menghentikan langkah Seina untuk pergi dari restoran. Tubuhnya basah kuyup menerjang derasnya hujan di tengah jalanan Kota Bandung. Dua puluh menit perjalanan akhirnya Seina sampai di gedung apartemennya.Dengan tubuh yang bergetar, Seina berjalan lewat pintu darurat. Ia tidak mau harus membersihkan air yang menetes dari pakaiannya yang basah. Perlahan tapi pasti akhirnya Seina sampai di lantai enam apartemennya.Kakinya terasa kram menaiki anak tangga yang tak terhitung, Seina kemudian menekan password apartemennya lalu masuk ke dalam. Siena bergegas membersihkan tubuhnya, sepuluh menit kemudian Seina keluar dari kamar mandi lalu memakai pakaian yang hangat.Seina hanya menatap layar ponsel yang bergetar, melihat nama Arya di sana. Iya, Seina begitu kecewa kepada tunangannya yang membatalkan makan malam mereka hanya karena sahabatnya yang bernama Laras, sakit.“Ck! Sepenting itukah sahabatmu dari pada aku Rya, sepertinya kau harus menikahi dia bukan aku,” desis Seina.
Mata Seina tak berkedip melihat pria yang kini berada di hadapannya. Pria yang pernah menjadi sosok yang spesial di hati Seina."Seina ...." Seina diam terpaku mendengar pria tersebut memanggil namanya. "Hei ... Apa kau sudah lupa kepadaku?"Pria tersebut menggoyangkan tangannya di depan mata Seina, menyadarkan Seina dari lamunannya."Oh hai, Darel," sapa Seina.Iya ... pria tersebut bernama Darel, mantan kekasih Seina saat dia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas."Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana kabarmu?""Baik, kenapa kau ada di sini, bukankah kau pindah ke Surabaya?" tanya Seina."Ada pekerjaan di Bandung, jadi untuk sementara waktu aku akan tinggal di sini," jawabnya santai."Oh." Seina hanya berohria mendengar jawaban Darel.Seina menatap mata Darel yang melihatnya dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Seina pun melihat penampilannya yang terlihat berantakan, berbeda sekali dengan penampilan Darel yang terlihat rapih dan tampan."Kalau begitu aku masuk dulu, by
Seina tidak bisa menahan degup jantung saat Darel membawa barang belanjaannya hingga sampai ke depan apartemennya."Terima kasih, apa kau mau masuk dulu?" ajak Seina."Tidak terima kasih, bye Seina," tolah Darel.Seina dan Darel masuk ke dalam apartemen masing-masing. Seketika tubuh Seina luruh ke lantai, jika bisa di lihat oleh orang lain mungkin akan ada banyak kupu-kupu yang berkeliling di kepalanya.Karena Darel, suasana hati Seina membaik. Ia begitu antusias menulis cerita baru untuk koleksi novel onlinenya."Kepentok Cinta Mantan ... apa Cinta Lama Belum Usai?" ucap Seina menulis judul ceritanya, sembari mulai mengetik di laptopnya.Senyum mengembang di bibir Seina memikirkan apa yang baru saja ia alami dengan Darel, meski hanya jalan ke apartemen bersama, hal itu malah berkesan untuk Seina.***Sinar matahari menyoroti wajah Seina yang sedang tertidur pulas di meja kerjanya. Bunyi alarm di ponselnya terus berdering, tetapi sang empunya sepertinya masih betah di dunia mimpi.Sua
Desiran angin menerpa wajah Seina yang sedang duduk di balkon apartemen. Ia merasakan kegundahan dalam hatinya, entah karena cinta pertama atau cinta terakhirnya.Seina menatap layar ponselnya, kemudian membuka blokiran nomor ponsel Arya, berharap pria tersebut menghubunginya.Ponsel Seina bergetar menunjukkan nama Arya di sana. Seperti memiliki telepati, apa yang ada di hati Seina, langsung di jawab oleh Arya."Halo," sapa Seina."Halo sayang, kau sedang apa, apa harimu menyenangkan?" tanya Arya."Hm ... sangat menyenangkan, bagaimana pekerjaanmu?" jawabnya ketus."Baik, apa kita bisa bertemu?"Seina diam sejenak, suasana hatinya sudah membaik. Ia berharap Arya tidak membahas lagi tentang masalah kemarin. Sebenarnya Seina masih sangat mencintai Arya, hanya sana ia ingin Arya memprioritaskan dia dari pada sahabatnya."Datanglah ke apartemenku," ucap Seina.“Dua puluh menit lagi aku akan sampai ke sana. Tunggu aku, bye sayang ...."Seina merapikan penampilannya untuk menyambut Arya. Ia
Kedua netra Seina dan Laras saling bertatapan."Aku tidak akan membiarkan kamu mengkhianati sahabatku," ucap Laras."Auh ... Aku takut, katakan apa yang ingin kau katakan kepada Arya. Perlu kau ingat, meski dia sahabatmu, kau tidak berhak mencampuri urusan pribadinya.""Jelas aku harus mencampuri urusan pribadinya karena dia sahabatku!" oceh Laras semakin panas."Kalau kau mau mengurusi urusan pribadinya, kenapa tidak sekalian kau urus cicilan mobil, apartemen, listrik, air dan hutangnya yang lain. Kau hanya ikut campur masalah hubungannya denganku. Kenapa, apa kau cemburu kepadaku?"Laras kehabisan kata-kata, temannya yang ada di sana mencoba menenangkan Laras dan menyuruhnya untuk kembali ke meja mereka. Sedangkan Seina menatap tajam ke arah Laras yang kembali duduk di kursinya.Darel tersenyum melihat wajah Seina yang penuh dengan emosi."Jadi siapa yang kalah?" tanya Darel. “Melihat wajahmu aku yakin dia yang kalah. Kau memang tidak pernah berubah.”"Kau tidak lihat tadi aku berub
Seina menikmati malam bersama Arya, sudah hampir seminggu mereka tidak saling berkomunikasi. Sekalinya bertemu semua cerita yang selama ini di tahan, diluapkan begitu saja.Seperti biasa Arya akan bercerita tentang masalahnya di kantor, sedangkan Seina akan menceritakan tentang pembaca yang berkomentar buruk di ceritanya."Kau tidak perlu khawatir, meskipun mereka berkomentar buruk, tapi mereka membaca ceritamu. Mereka itu penggemarmu berkedok haters.”Arya mencoba menyemangati Seina. Seina mencebikkan bibirnya mendengar pendapat Arya yang menurutnya tidak berpihak kepadanya. Arya melihat jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam."Aku pulang dulu, kau juga harus istirahat jangan begadang hanya untuk mengejar target!" titah Arya.“Hm ...." Seina mendekatkan tubuhnya lalu memeluk Arya dengan erat. "Hati-hati di jalan sayang.”Arya mencium bibir Seina kemudian berjalan keluar. Seolah tak ingin berpisah, Seina terus memegang tangan Arya hingga ke pintu keluar. Pintu lif
Mata Arya melihat ke sekeliling restoran, tidak ada tempat duduk yang kosong. "Kita take away saja ya," ucap Arya. "Makan di sini saja, kita bergabung sama temanku," tukas Seina. "Teman kamu yang mana?" tanya Arya. "Itu yang tadi mamanggil namaku, aku ke sana dulu ya," jawab Seina berjalan ke arah meja Darel. Seina berjalan ke meja Darel. "Hai Darel ... bolehkah aku bergabung di sini? Soalnya tidak ada tempat yang kosong. Boleh ya kak?" lirih Seina menatap Diana. "Boleh, duduk di sini saja," jawab Diana. "Makasih banyak." Seina melambaikan tangan ke arah Arya, tanpa permisi Seina duduk di samping Diana. Tak lama Arya datang sambil membawa makanan mereka. "Hai, kita boleh bergabung di sini kan?" ucap Arya. "Boleh, tadi pacarnya Darel sudah mengizinkan kita makan di sini. Oh iya kak, kenalin nama aku Seina," oceh Seina memperkenalkan diri. Diana menjabat tangan Seina dan berkata, "Namaku Diana, salam kenal." Arya yang juga memperkenalkan diri kepada Darel dan Diana. Setelahny
Seina menunggu Darel sadar, setelah dua orang perawat membersihkan lukanya. Pihak sekolah sudah menghubungi orang tua Darel untuk segera datang ke rumah sakit. Kasus ini pun di tangani pihak berwajib karena ada bukti serta saksi pengeroyokan.Seina melihat ke arah pintu ketika mendengar seseorang masuk ke dalam ruangan Darel. Seina hanya diam, ketika seorang wanita paruh baya berjalan melewatinya."Darel, ya Tuhan nak kenapa bisa jadi seperti ini!" lirih wanita paruh baya.Seina beranjak dari kursinya saat sadar jika yang ada di hadapannya adalah ibu Darel. Mata Seina dan wanita paru baya itu pun saling bertatapan."Ehm ... saya teman Darel, di perintahkan oleh pihak sekolah untuk menjaganya," jelas Seina."Ah iya, terima kasih banyak. Maaf sudah merepotkanmu, oh ya nama kamu siapa?" tanyanya."Seina bu, kalau begitu saya pamit pulang dulu, permisi." Seina mengambil tasnya, kemudian keluar dari ruangan Darel.Lima hari setelah pengeroyokan, tidak ada kabar dari Darel. Bahkan Darel tida