Kaleng bir berserakan di mana-mana. Sudah menjadi hal biasa jika keseharian Rumi dan Dego penuh dengan hal-hal yang berantakkan di ruangan kerja. Tampak juga sisa-sisa ayam goreng dan pizza di atas meja sebagai teman bergadang mereka jika sudah berkutat dengan urusan pekerjaan.
Dego berkali-kali megembuskan napas berat dan mondar-mandir menatap Rumi yang tengah kacau isi kepalanya. Sampai kemudian dia melipat tangan dan bersandar pada pintu, menunggu teman karibnya itu bersuara mengambil keputusan.
Ya, sejak Subuh Rumi enggan beranjak dari meja kerja. Padahal yang dilakukan hanyalah berdiam diri dengan tatapan kosong. Ditambah sepanjang malam dia paling banyak menghabiskan kaleng bir, tidak seperti biasanya.
Dego seketika merenung, mengingat nasibnya yang tidak jauh berbeda dengan Rumi—sengaja dibuang oleh orang tua dan berakhir di panti asuhan.“Nasib kita kurang lebih sama, Go. Dan tujuan kita membangun situs MG ini adalah agar kita nggak menjadi orang terbuang untuk yang kedua kalinya.” Rumi menatap Dego.Dego mengangguk-angguk. “Lo benar. Takdir juga pernah mempermainkan gue dulu. Jadi pasti ada kemungkinan takdir berikutnya akan mempermainkan gue lagi.”“Jadi gimana?” Rumi mengangkat tangan ke arah Dego.Dego tertawa. “Meskipun mabuk, ternyata otak lo emang masih waras buat mikir rencana,” sanjungnya melangkah mendekat menyepakati keputusan Rumi dan melakukan
Sesaat mengamati, Frans dibuat sangat familiar dengan paras dalam gambar tersebut. Ingatannya langsung tertuju pada pemuda yang kerap langganan datang ke kliniknya.“Gerta, biasakah kamu membuatkan camilan buat Dokter Frans?” suruh Opung lembut.Gerta mengangguk menurut. “Iya, Opung.”“Ah, nggak perlu repot-repot, Wan. Aku ini bukan tamu spesial.” Frans menolak.“Dokter Frans, aku punya cookies cokelat panggang yang aku buat tadi pagi. Mau mencicipi?” tawar Gerta.Frans tersenyum dan akhirnya mengangguk, tak tega menolak tawaran lembut itu. “Boleh. Dengan sena
“Pak Frans,” panggil Rumi.“Eh, Rumi. Masuk aja. Tunggu sebentar, aku lagi menyuntik kucing,” ucap Frans di balik ruangan bergorden putih.Laki-laki yang sudah berkepala enam itu masih terlihat kokoh tulang punggungnya, sepertinya menyimpan banyak semangat hidup. Tak heran, jika dokter hewan yang juga mengobati manusia itu masih terlihat bugar di usia tuanya.Rumi memasukkan kedua tangan ke dalam dua saku celannya dan berjalan masuk ruangan yang selalu dipenuhi alunan musik Sung Si Kyung yang menenangkan. Lagu yang mengalun kali ini berjudul First. Dia kemudian melihat-lihat sekeliling ruangan yang dipenuhi dengan botol regan berisi obat-obatan dan tumpukkan buku di meja kerja. L
Sosok Gerta juga tak jauh berbeda dengan Rumi. Dia juga salah satu anak yang memperoleh nasib buruk itu, meski beruntung bertemu dengan Hernawan Sinto. Tuhan menempatkannya di takdir yang berbeda ketika dia terbuang di masa kecilnya. Hanya saja, dia tidak bisa tumbuh seperti anak lain pada umumnya sejak kecil, karena mengalami kesulitan bersosialisasi akibat trauma yang sampai saat ini masih menghuni.Ya, Gerta mengunci dirinya dalam waktu yang sangat lama. Baru saat ini, di usianya yang menginjak dua puluh dua tahun, dia sedikit demi sedikit mencoba untuk membuka diri. Layaknya ulat dalam kepompong yang harus melewati proses sampai bisa mengepakkan sayapnya.Denting hujan kemudian mengundang Gerta. Sebuah jendela berkayu terdorong oleh tangannya di lantai tiga dan terbuka. Lalu tangannya menengadah di bawah rintik hujan. Membuat waj
Sedan hitam Rolls-Royce Phantom melaju di sepanjang jembatan Szechenyi. Sebuah patung singa yang merupakan lambang penjaga jembatan rantai Szechenyi menjadi pemandangan Rumi di dalam mobil.Sejarahnya, sebelum jembatan Szechenyi di bangun, dulunya hampir tidak ada kontak antara wilayah Buda dan Pest. Karena wilayah Buda dulunya dihuni oleh kebanyakan kaum dari kalangan atas dan wilayah Pest terdiri dari kaum buruh. Lalu jembatan Szechenyi yang akhirnya menghubungkan kedua wilayah tersebut dan menjadi Budapest saat ini.Di balik kaca mobil, Rumi menyandarkan kepalanya dengan malas di kabin belakang seraya pemandangan sepanjang perjalanan.Jika kalian bertanya, tentang kenapa hidupku seperti ini, kehidupanlah yang telah menciptakanku menjadi orang yang seperti ini. Tidak ada penjahat ji
Tiga jam bergulat di meja judi, Mas Ganteng akhirnya dapat beranjak dari tempat duduk. Tiga algojo yang setia padanya sejak kemarin, membuka pintu keluar ruangan dengan tampang tengil. Masing-masing menggotong dua tas hitam besar dengan tertawa lebar.Iya, Mas Ganteng memenangkan pertarungannya. Ambisinya untuk balas dendam kepada Soebahir membuatnya dikelilingi Dewi Fortuna. Namun, ini baru langkah awal untuk menuju gerbang balas dendam.Seperti yang sudah Rumi rencanakan sebelumnya—berteman baik dengan Soebahir untuk ajang perjudian, lalu perlahan menjelma menjadi iblis yang memegang kartu tarung untuk Soebahir dan Zuldan.Usai melakukan pertarungan judi, Mas Ganteng kembali bertemu dengan Soabehir.Hidangan
Suara ketukan jari di atas meja terdengar seperti menunggu arumen selanjutnya. Membuat Rumi kembali berlagak dengan jari-jemarinya yang bermain-main di atas meja.“Saya memegang banyak kartu mati partai ibu kota. Tidak hanya Anda, tapi juga partai yang sedang menjadi musuh Anda saat ini. Bukankah saya terlihat seperti sebuah pilihan untuk Anda di sini?” Rumi menurunkan alisnya untuk kembali memancing Soebahir tertarik dengannya. “Saya bisa menjadi kelemahan Anda dan bisa juga menjadi kekuatan Anda. Tergantung bagaimana Anda memanfaatkan penjahat seperti saya,” sambungnya.Detik berlalu demi detik. Soebahir membisu tak bisa mengeluarkan kata-kata.Jelas saja. Soebahir sudah berhasil terancam. Kalaupun dia berencana untuk membunuh, itu tidak akan mengubah apa pun. Se
Usai mengakhiri panggilan, Dego berkacak pinggang memandangi empat buah komputer di meja kerjanya yang sudah enam tahun ini menjadi hidup matinya.Jelas. Sebab situs yang Dego buat bukanlah situs sembarangan. Di sana menyimpan hidup mati orang-orang di ibu kota. Dia dan Rumi sudah mempertaruhkan hidup dalam pekerjaan berbahaya itu demi hidup layak di ibu kota usai terbuang dari masa lalu.Situs MG bukanlah situs kejahatan untuk menghancurkan hidup seseorang mulanya. Situs tersebut hanyalah situs jasa perjudian biasa. Namun, semua bermula dari orang-orang yang kerap memanfaatkan jasa perjudian itu untuk memainkan uang hasil korupsi. Dari sanalah, situs MG mulai menciptakan senjata untuk melindungi diri dengan mengumpulkan data-data korupsi ibu kota sebagai kartu mati, jika sewaktu-waktu mendapat ancaman dari orang-orang yang berusaha