Share

Bab 4

Marissa memandang ke bawah tepatnya di jalan dari balik jendela kamarnya. Ia memperhatikan Farissa yang berjalan pulang ke rumahnya. Setelah Farissa sudah tidak dapat dijangkau dari pandangannya, Marissa pun menutup jendela lalu merebahkan dirinya di kasur.

Pikirannya mulai berkelana. Menebak nebak apa yang sebenarnya terjadi kepada Farissa. Berbagai teori muncul di kepalanya. Apakah 'paman' adalah ayah Farissa? Apakah 'paman' itu jahat? Apakah 'paman' adalah penculik yang menculik Farissa? Dan kenapa Farissa selalu keluar dan berjalan-jalan waktu malam tiba?

Marissa menghela nafas kasar. Kepalanya tiba-tiba menjadi pusing dan sakit saat memikirkannya. Ia pun memilih menutup tubuhnya dengan selimut lalu tertidur.

•••

Sepulang sekolah, Marissa langsung merebahkan diri di atas kasur. Ia sedikit pusing karena memikirkan tugas sekolahnya. Ia disuruh membuat kerajinan dari barang bekas.

Nanti kerajinan-kerajinan yang dibuat oleh para murid akan ditampilkan di pameran sekolah hari sabtu.

Tiba-tiba, Bibi Ambar memasuki kamar Marissa dengan membawa sebuah nampan. Terdapat es jus mangga dan beberapa camilan di atas nampan.

Seketika wajah Marissa berubah menjadi ceria. Dirinya tidak sabar membasahi kerongkongannya yang kering dengan es jus mangga.

"Terima kasih, Bibi."

"Sama-sama, Nona. Bibi permisi dulu, mau nyuci."

"Iya, Bi. Silahkan."

Marissa merubah posisinya menjadi duduk. Tangannya dengan sigap mengambil segelas jus mangga dan langsung meneguknya sampai tersisa setengah gelas. 

Setelah itu, Marissa berganti pakaian dan keluar kamar. Ia berniat ke gudang untuk mengambil benda-benda yang bisa digunakan untuk membuat kerajinan. 

Terdengar bunyi pintu berdecit saat Marissa membuka pintu gudang. Marissa langsung bersin-bersin karena debu memasuki hidungnya. Ia pun menggunakan masker yang telah ia persiapkan agar tidak terkena debu.

Marissa menekan saklar beberapa kali hingga lampu benar-benar menyala. Terlihat banyak sekali debu yang membungkus hampir semua benda-benda di dalam gudang.

Marissa menatap sekeliling untuk menentukan titik pencariannya. Akhirnya ia memilih membongkar benda-benda di rak dan lemari usang di sebelah kiri. Ia melangkah dengan hati-hati menuju rak dan lemari tersebut.

Tangan Marissa yang terbungkus sarung tangan mulai menggeledah isi lemari. Benda pertama yang Marissa temukan adalah sebuah pigura foto yang terlihat sangat usang dan penuh debu. Marissa mengernyit, berusaha membersihkan debu-debu yang menempel di pigura itu.

Dirinya tercengang ketika melihat foto di dalam pigura tersebut. Foto dua orang bayi. Marissa mengerutkan kening, mencoba menebak-nebak siapa bayi di dalam foto tersebut dan untuk apa benda tersebut tersimpan di gudang? Jika itu adalah foto Marissa, kenapa ada dua bayi di dalam foto tersebut?

Marissa memilih tidak memikirkannya. Ia memilih menaruh pigura itu ke tempatnya semula. Tangannya pun kembali menggeledah isi lemari. Benda kedua yang ia temukan adalah sebuah buku yang sangat tebal dan usang.

Marissa ragu menyebutnya buku karena benda tersebut lebih mirip… sebuah kitab. Marissa membolak-balik kitab tersebut untuk melihat lebih detail sampulnya yang berwarna hitam. Di sampul depan, terdapat sebuah tulisan arab yang bertuliskan طفل شيطاني yang berartikan 'anak iblis' atau 'anak syaitan'.

Marissa membuka kitab tersebut. Sesekali Marissa terbatuk dan bersin karena debu. Di halaman pertama kitab tersebut, terpampang sebuah tulisan besar bertuliskan 'cara memanggil Azalah'. Di bawah tulisan tersebut ada sebuah tulisan berbahasa arab yang bertuliskan أزالة ، تحت البدر ، في برد الليل ، تعال إلى هنا في برودة الريح yang artinya 'Azalah, di bawah bulan purnama, di malam yang dingin, datang ke sini di tengah dinginnya angin'. Dibawah mantra tersebut, ada tata cara atau ritual yang harus dilakukan jika ingin memanggil Azalah.

"Nona." Terdengar suara Bibi Ambar memanggil.

Marissa refleks menoleh dan ia melihat Bibi Ambar berdiri di ambang pintu.

"Nona sedang apa?" Bibi Ambar bertanya.

"Em… aku sedang cari barang bekas untuk tugas kerajinan di sekolah," jawab Marissa.

"Oh, mau Bibi bantu?"

"Eh, tidak usah, Bi. Aku bisa mencarinya sendiri."

"Ya sudah, kalau butuh bantuan segera panggil Bibi."

"Pasti, Bi."

"Ya sudah, Bibi mau nyuci baju dulu, ya," ujar Bibi Ambar yang diangguki Marissa.

Marissa tertarik dengan kitab yang ia pegang. Ia kemudian menaruhnya di atas tumpukan kardus yang rencananya kitab itu akan ia bawa ke kamar.

•••

Setelah mendapat barang-barang yang ia butuhkan untuk membuat kerajinan, Marissa pun kembali ke kamarnya. Marissa mengurungkan niatnya untuk membuat kerajinan saat ini juga. Ia lebih tertarik kepada kitab yang ia temukan.

Marissa membuka halaman kedua kitab tersebut. Ada sebuah tulisan yang bercetak tebal di bagian atas halaman. Tulisan tersebut bertuliskan 'mantra untuk memperkaya diri'. Dibawah tulisan tersebut terdapat tulisan berbahasa Arab yang bertuliskan البدر ، في منتصف الليل المظلم ، على هامش نسيم الليل ، يا أزلة ، امنحنا الثروة. Arti mantra tersebut adalah 'Di bawah bulan purnama, di tengah malam yang gelap, Di pinggiran angin malam, Azalah, berilah kami kekayaan'. Dibawah mantra tersebut terdapat tata cara jika ingin melakukan ritual untuk memperkaya diri.

Lalu Marissa membuka halaman ketiga. Lagi lagi terdapat tulisan yang bercetak tebal di bagian atas halaman yang bertuliskan 'cara mendapat keturunan'. 

Kemudian, Marissa membuka halaman keempat. Di bagian atas halaman terdapat tulisan bercetak tebal yang bertuliskan 'cara mencelakakan musuh'.

Di halaman kelima, terdapat tulisan bercetak tebal yang bertuliskan 'cara melariskan dagangan'.

Marissa melirik jam dinding, sudah pukul empat sore. Marissa memutuskan menutup kitab tersebut dan menyimpannya di laci.

Marissa berniat untuk berjogging keliling perumahan. Sebenarnya tujuan utama ia bukan hanya sekedar berjogging, tapi ia ingin mencari tahu tentang rumah yang ditinggali Farissa.

Marissa membawa tas ransel kecil di punggungnya. Tas ransel tersebut berisi sebuah roti dan susu segar. Rencananya makanan dan minuman tersebut akan ia beri kepada Farissa.

Seperti biasa, earphone terpasang di telinga Marissa. Ia pun mulai berjogging.

Hal yang ia tunggu-tunggu tiba, yaitu melewati rumah besar berwarna putih dan bertingkat dua. 

Ia melihat Farissa duduk di kursi teras rumah. Marissa pun melambaikan tangan kepada Farissa. Farissa nampak terkejut dan gembira. Ia pun berlari menghampiri Marissa.

"Hai, ini aku bawakan roti sama susu buat kamu," ujar Marissa.

"Wah, terima kasih, ya. Aku tadi cuma makan nasi dan garam," sahut Farissa.

Untuk yang kesekian kalinya Marissa tercengang. Marissa menatap pilu Farissa yang sedang melahap roti.

Setelah menghabiskan rotinya, Farissa berucap, "Terima kasih, ya. Kamu adalah satu-satunya orang yang aku sayang. Aku sangat berterima kasih kepadamu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status