Selepas acara mandi itu, Grigori dan Anna memakai pakaian mereka kembali. Lalu, Grigori mengikat kedua tangan Anna sebagai antisipasi jika gadis itu nekat melarikan diri. "Ke mana kau mau membawaku malam-malam begini?" Tanya Anna. "Ke neraka." Celetuk Grigori. "Seorang Dewi tak pergi ke neraka, kecuali Dewi Istrinya Dewa kematian." Kata Anna lagi. Anna sudah memutuskan sejak ia datang ke kastil tua markas pemuja iblis yang bernama Grigori itu, ia akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya. Lalu, ia akan kabur. Menyerang Grigori adalah usaha yang sia-sia belaka sebab lelaki itu tampaknya sudah menjadi setengah abadi dan tak ada yang tahu apa kelemahannya. Sebaliknya, Anna menunjukkan sikap tenang tanpa pemberontakan apapun agar Grigori tak mengurungnya dengan ketat. Kini, Grigori bahkan mengajaknya keluar. Grigori dan Anna menuju sebuah menara yang gelap gulita. Saat menaiki tangga menuju puncak menara, Grigori menunjukkan sebuah lukisan besar yang terpajang di dinding menara
"Ia adalah anakku, kakak dari Erwin sendiri, Pangeran Reyne." Mendengar itu, Anna bertambah menjadi emosi. Skandal apa lagi ini, pikir Anna."Bangsat. Jadi... Kau dan Permaisuri Tiana..." "Aku tak punya pilihan lain. Hanya ini cara menyelipkan darahku di dalam garis pewarisan tahta." "Apa dia tahu kau pelaku sihir hitam?" "Dia tahu, karena itulah ia ingin melahirkan pewaris untukku. Ia juga ingin menjadi abadi..." Mayat hidup Pangeran Reyne pun keluar dari peti mati itu. Grigori berbisik di telinga Pangeran Reyne : "Bunuh Erwin untukku, nak. Bawa kepala tampannya ke sini." Setelah itu, mayat hidup sang pangeran terbang ke langit dan sudah pasti ia menuju ke Istana Mistere untuk melakukan misinya membunuh Erwin. "Tak lama lagi ia akan kembali dengan membawa kepala Erwin. Kau boleh mencium kepala lelakimu untuk yang terakhir kalinya sebelum ia dikuburkan."Grigori tak pernah tahu bahwa Anna sudah memberikan sebuah pelindung untuk Erwin. Anna sengaja menyembunyikan hal itu rapat
Erwin itu kidal. Dan kini, ia kehilangan tangan dominannya itu. Tangannya beserta belati itu jatuh ke lantai. Ia segera memungut belati itu dan mencoba mempertahankan diri dari serangan kakaknya yang membabi buta. Ia hanya bisa bertahan, tak sempat menyerang balik karena kakaknya itu tiba-tiba menjadi sangat kuat."Erwin... Tolong aku..." Kata sang kakak dengan nada memelas yang tidak dibuat-buat. "Apa yang sebenarnya terjadi?" Pikir Erwin. Tak beberapa lama, beberapa prajurit datang setelah mendengar keributan dari kamar Erwin. Mereka mencoba membantu Erwin yang tangannya terpotong. "Hanya lucuti senjatanya dan tangkap ia dalam keadaan hidup." Perintah Erwin pada prajurit-prajuritnya. "Dan, Gale, panggil yang lain datang kemari." "Aku tidak percaya kita beradu pidang dengan seorang pangeran, di dalam kamar yang mulia raja sendiri." Kata seorang prajurit pada rekannya. "Hanya menghadapi satu orang saja, itu mudah." Namun, mereka begitu kaget pada kekuatan Pangeran Reyne. Ia me
Permaisuri Tiana berjalan ke arah balkon. Kemudian, ia berdiri di atas pembatas balkon. Ditatapnya pemandangan Kota Mistere, Ibu kota Kerajaan Harlow. “Brengsek. Memang beginilah hidup.” Katanya. Ia kemudian menarik napas dalam-dalam. Ia bersenandung sejenak dan menikmati angin sepoi-sepoi yang mengenai wajahnya. Sebuah senyuman kecil muncul di wajahnya sebagai usaha terakhir menemukan kebahagiaan di dalam nasib buruknya. Kemudian, ia melompat. Tubuhnya tidak hancur seperti daging cincang sebagaimana anaknya. Bahkan, ia masih hidup beberapa menit setelah tubuhnya membentur permukaan marmer istana yang keras itu. Ia mati saat dirawat. Malam itu, Permaisuri Tiana sudah meninggalkan dunia yang kejam ini dan menyusul dua anaknya.Di sisi lain, Erwin dan beberapa prajurtinya masih terlibat adegan kejar-kejaran dengan Pangeran Reyne. Rombongan Erwin sampai di halaman istana. Erwin memerintahkan beberapa prajuritnya untuk melawan kakaknya itu, sedangkan ia sendiri memutar otaknya begitu ke
Tangan kiri Anna beralih memeluk punggung laki-laki itu, berpura-pura mencakarnya selayaknya semua gadis yang sedang menikmati percintaan dengan kekasih mereka. Sementara tangan kanannya sendiri mencengkeram tusuk rambut itu semakin erat."Saat ia berada di puncak kenikmatan, ia akan lupa pada segala hal. Ia tidak akan sadar bahwa aku hendak menyerangnya." Dan Anna pun tahu tanda-tanda seorang lelaki yang hendak mengalami ejakulasi, terutama karena ia sudah puluhan kali dipaksa bercinta dengan Grigori sialan ini. Tepat saat Grigori berada di puncak kenikmatan, ia memeluk Anna lebih erat dan matanya terpejam. Saat itulah Anna dengan gerakan secepat kilat menusukkan tusuk rambut itu ke belakang leher Grigori. Grigori tak sadar bahwa lehernya sudah tertusuk sesuatu karena ia sedang berada di dalam puncak kenikmatan tertinggi yang pernah ia raih. Barulah setelah ejakulasinya selesai, ia sadar bahwa Anna telah menyerangnya. "Kau sudah selesai, sayang?" tanya Anna sembari tersenyum licik.
Beberapa jam sebelumnya :Adalah sebuah keberuntungan bagi Erwin karena ia mengenakan kalung batu bulan milik Anna saat Pangeran Reyne menusukkan pedang ke kepalanya."Aku sudah hidup indah selama 20 tahun. Hidup yang bahkan tak pernah terbesit indahnya di dalam hati manusia. Mungkin sudah saatnya peti matiku lewat." kata Anna dulu saat Grigori hendak mengirim pakaian dan semua aksesoris yang ia kenakan pada Erwin. Tanpa Grigori tahu, Anna juga melepaskan separuh energinya ke dalam batu bulan itu dengan harapan bahwa energi di dalam batu bulan itu dapat melindungi Erwin jika ia tak ada."Semoga Erwin mengenakannya." kata Anna ketika batu bulan itu dimasukkan ke dalam peti.Pedang runcing milik Pangeran Reyne menembus kepala Erwin dengan mudah. Pedang itu keluar di antara kedua alis pirang Erwin. Namun, Erwin tidak mati walau bagaimanapun. Tepat saat darah Erwin yang mengalir keluar dengan begitu deras dari dahi dan bibirnya menyentuh batu bulan itu, tiba-tiba saja batu itu bersinar be
Nona Arista mencium Erwin cukup ama. Dan ia amat menikmatinya. Ia tak membiarkan kesempatan bagus ini begitu saja. Ia mencium laki-laki itu lama sekali, seolah ia tak mau melepaskannya. Erwin melepaskan ciuman itu terlebih dahulu."Kembalilah, Erwin. Kembalilah dengan selamat." kata Nona Arista.Erwin bersama beberapa prajuritnya pun mengikuti roh Pangeran Reyne. Malam itu, kuda mereka berjalan pelan, sembari bersiaga jika terjadi suatu hal yang tidak mereka inginkan.Setelah begitu lama dalam perjalanan, mereka sampai di sebuah hutan. Dan tanpa Erwin kira-kira, gadis yang ia cari, Anna jatuh dari langit. Itu adalah saat Anna yang kabur dari kastil Grigori melihat rombongan Erwin. Anna pun memutuskan untuk melompat dari dahan pohon tempat peristirahatannya. Anna sedikit lupa bahwa ia tak akan sekuat dulu sebab separuh energinya telah menyatu bersama tubuh Erwin. Alhasil, melompat dari pohon itu membuat tulang kakinya patah."Nona? Kau kah itu?" kata Erwin yang mulai menyadari bahwa pe
Bahkan setelah percintaan yang memuaskan itu, Anna menangis bahagia karena ia akhirnya bisa merasakan "buah cinta" berupa kedutan di selangkangannya. Tidak ada jam dinding, jadi ia tak bisa menghitung berapa lama ia di puncak kenikmatan itu."Kau sangat menyukainya, ya?" tanya Erwin yang masih berada di atas tubuh Anna.Anna hanya mengangguk. "Tapi, kenapa kau sampai menangis, nona?""Karena rasanya memang senikmat itu.""Jadi selama ini kau tidak pernah merasakan kenikmatan itu? Kita sudah sangat sering melakukannya. Apa selama ini kau berpura-pura menikmatinya?""Aku... sudahlah, Erwin..."Setelah selesai, sepasang kekasih itu memakai pakaian mereka kembali dan berbincang sejenak sebelum tidur. "Hei, Erwin...""Ya?" "Aku ingin lagi...""Nona ! Kita kan baru saja melakukannya tadi.""Mungkin sekali lagi.""Aku lelah, nona. Besok saja ya."Anna memasang ekspresi wajah cemberut.****Tak ada yang harus dikhawatirkan lagi, sebab Erwin telah bertambah begitu kuat. Jauh, jauh, jauh leb