Hari sudah semakin sore, Xaquil langsung mengakhiri sesi mengajarnya dengan mememberikan beberapa soal untuk Gabriel kerjakan. “ Apakah kamu mau langsung pulang? Maksud aku apakah kamu jadi mengajariku untuk memasang lego yang aku tidak bisa” ucap Gabriel berharap, sambil membantu mengemasi barang barang milik Xaquil. “ Tentu saja, aku tidak pernah melupakan janji” ucap Xaquil datar, setelah memasukan semua buku bukunya ke dalam tasnya dia langsung mengambil lego milik Gabriel. Kemudian Xaquil segera membongkarnya dan memasang sambil mengajari Gabriel sekaligus memberitahu kesalahannya dalam memasang di bagian Tengah makanya dia tidak bisa mendapatkan hasil yang pas. “ Apakah kamu sudah mulai paham apa yang aku katakan padamu?” ucap Xaquil kepada Gabriel. “ Hum, baiklah aku sekarang mengerti dan nanti aku akan mencobanya” ucap Gabriel sambil tersenyum lebar. Dia merasa senang karena Xaquil mau mengajarinya. “ Baiklah, aku akan pulang dan sampai bertemu besuk di sekolah, tapi sebel
Sean mendekati anak perempuan yang terjatuh karena tersandung oleh kakinya. Dia sedikit merasa bersalah, sekaligus dia takut jika orang tua dari anak itu menyalahkan dirinya. “ Apakah sakit, maafkan kaki Om ya” Ucap Sean dengan lembut. “ Ini terasa sakit Om..... Deg! Sean dan juga anak perempuan itu langsung terkejut saat melihat satu sama lainnya. Sean terlihat senang ketika melihat anak itu yang ternyata Xhaqella anak perempuannya. Kini Sean bisa melihat dari dekat, anaknya yang sangat cantik. Tapi tidak dengan Xhaqella yang tampak ketakutan, sepertinya anak itu masih terbayang bayang dengan ayahnya yang memarahi ibunya saat berada di sebuah mall waktu itu. Hiks...hiks.... Xhaqella langsung menangis dan itu membuat Xavier mempercepat larinya saat mendengar suara tangis adiknya. “ Qella kamu baik baik saja” Ucap Xavier dengan panik ketika melihat adiknya jatuh. “ Kamu sih tidak dengerin kakak, jangan lari lari” Lanjut Xavier dengan lembut sambil mengusap usap kepala adiknya d
Setelah mengucapkan selamat malam pada ibunya akhirnya Xaquil langsung ke kamarnya. Dan di sana sudah ada Xavier yang memang setelah habis makan dia ijin untuk ke kamar terlebih dahulu. “ Xavier kamu kenapa?” Tanya Xaquil saat melihat adiknya tidur telentang dengan mata menatap langit langit ruangan dengan pandangan kosong. Hening! Tidak ada jawaban yang terlontar dari mulut adiknya, dan itu membuat Xaquil penasaran. Tadi dia melihat Xhaqella juga tidak jauh beda dengan Xavier. “ Xavier apakah kamu baik baik saja” Ucap Xaquil sambil menoel pipi adiknya. Saat melihat adiknya masih diam,Xaquil langsung mencubit pipi adiknya yang berdaging. Squeeze.....Squeeze....Squeezee.... “ Kakak jangan di cubit cubit” gerutu Xavie sambil mengusap usap pipinya berkali kali, seolah olah ingin menghilangkan jejak tangan kakaknya. “ Habisnya kamu terlihat seperti orang yang kesambet” ucap Xaquil kini kedua tangannya menangkup pipi adiknya sambil terkikik. “ Memangnya sudah pernah lihat orang kesa
El tersenyum di balik pintu kamar anaknya, tadinya dia ingin melihat kedua anaknya apakah sudah tidur. tapi sebelum masuk ia mendengar percakapan kedua anaknya tentang mereka yang bertemu dengan ayahnya. Ya, tadi kedua anaknya sudah menceritakan apa yang dia alami tadi sore, dan El pun sudah memberikan nasihat pada anaknya untuk tidak membenci ayahnya sedemikian dalam. Dan kini ia mendapati anak keduanya mengadukan hal itu pada kakaknya. Melihat interaksi kedua anaknya itu, El hanya bisa tersenyum senang. Apalagi saat melihat Xaquil yang sedang memijat kaki Xavier mengunakan kedua tangan kecilnya. Dan itu tampak sangat lucu. terkadang El hanya bisa menahan tawanya melihat tingkah laku mereka. Xaquil selalu menempatkan diri sebagai seorang pria dewasa yang akan melindungi ataupun menyelesaikan masalah mereka. Dan kedua adiknya juga selalu melihat Xaquil adalah orang dewasa yang tahu banyak hal dan bisa diandalkan." Ya Tuhan kenapa mereka sangat lucu sekali, ingin rasanya menciumnya
Pagi itu El dan keluarga kecilnya sedang berada di toko baru milik mereka, hari ini adalah hari pembukaan untuk ‘ Happy Yummy Bakery’ milik mereka. Untuk pembukaan toko kali ini dia tidak dilakukan secara besar besaran cukup keluarga inti dan juga teman teman Daren yang pastinya bukan yang berteman juga dengan Sean. Setelah kejadian anaknya yang bertemu dengan Sean bebrapa hari yang lalu, El mulai meminta Daren untuk memperketat penjagaan ketiga anaknya. Mereka tidak lagi di ijinkan untuk pergi ketaman yang tidak jauh dari toko ini, tempat Xhaqella dan Xavier bertemu dengan Sean, Bukan Egois,tapi El melakukan itu untuk melindungi mental ketiga anak anaknya, sepertinya mereka belum terlalu siap untuk bertemu dengan ayahnya. Karena Sean juga masih sangat Emosi, jadi ia tidak ingin menumbuhkan rasa benci di hati anak anaknya begitu dalam " Ibu selamat ya, akhirnya bisa mempunyai toko kue yang lebih besar dan juga sangat nyaman" ucap Xaquil sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling
El berusaha untuk menghindari Lukas, dia mengunakan alasan yang pas supaya Lukas tidak curiga. Bukan karena sombong ataupun ada masalah dengannya, tapi El hanya tidak mau ditanya tanya banyak hal olehnya, apalagi Lukas masih sangat dekat dengan Sean. Beberapa minggu yang lalu El sempat melihat Lukas sedang makan bersama Sean dan juga Joe. Saat sedang menghindari Lukas, El tidak sengaja menabrak seseorang karena dia berjalan dengan mundur. “ Maaf tidak sengaja” ucap El sambil membungkuk kan badannya dan berlalu, tapi sesaat kemudian dia merasakan ada yang menyentuh tangannya. “ El” sebuah suara yang tidak asing terdengar ditelinganya. Deg! Ternyata yang El tadi tabrak adalah Sean, yang sengaja datang setelah kemarin diberikan brosur oleh Joe, kedatangan Sean sebetulnya ingin meminta maaf pada El, karena dia tidak tahu di mana El tinggal. Dan beberapa waktu lalu datang kerumah Daren tapi di usir oleh penjaga di rumah Daren. El hanya mengangguk untuk menghormati Sean kemudian setelah
" Xaquil kamu dipanggil ke ruang guru” ucap ketua kelas sambil mendekati Xaquil yang sedang membaca buku. Anak anak murid yang lain langsung menoleh ke Xaquil dengan khawatir begitu pula dengan Xhaqella dan juga Xavier. Sementara murid yang satu sedang tertunduk di bangkunya dalam diam, sesekali dia menyeka air matanya. “ Kak biarkan aku menemani kakak ya” ucap Xavier sambil memeluk kakaknya. “ Jangan cengeng, semua akan baik baik saja, Kakak adalah pria dewasa yang akan dengan mudahnya menyelesaikan masalah ini” ucap Xaquil sambil menepuk kepala adiknya dengan sayang, setelahnya ia berjalan keluar dari kelas. “ Xaquil semangat! Jika para guru menyalahkan kamu, kita satu kelas siap berdemo untuk membela kamu. Kelas kita harus menjadi kelas yang paling unggul, berprestasi, disiplin dan juga baik terhadap sesama. Kita akan membela teman kita dari ketidakadilan dan pembullyan” seru Gabriel dengan tangan mengepal dan diangkat ke atas. “ Betul! Semangat! Kita tumpas anak anak nakal y
Xaquil berjalan ke ruang guru dengan percaya diri, sorakan semangat teman temannya dan untuk membela keadilan membuatnya berjalan dengan tegap dan mengangkat dagunya. Selama ia berjalan ditempat yang benar dia tidak akan gentar. Ia akan membela keadilan apapun yang terjadi, begitulah pikir Xaquil. Ia tidak mau ada Arza yang lainnya yang diperlakukan tidak pantas selayaknya manusia. Apa salahnya menjadi miskin? Jujur tidak ada satu orang pun yang mau hidup miskin di dunia ini, tapi mereka bisa apa, Ketika Tuhan sudah memberikan takdir itu padanya, tidak ada yang bisa dia lakukan selain menerimanya dengan lapang dada. Tok! Tok! “ Masuk! Sang guru mempersilahkan Xaquil masuk, di dalam ruangan sudah ada beberapa orang termasuk wali kelas Xaquil. “ Oh jadi ini yang menghajar anak saya, masih kecil saja sudah jadi preman mau jadi apa jika nanti besar” ucap seorang pria dengan perut sedikit membuncit sedang menghampiri Xaquil dan memegang kedua lengannya. “ Yang pasti bukan seperti ana