Brak! Brak! El menghentakan kakinya ke lantai dengan keras saat menaiki tangga menuju ruangan pribadinya di ruko tempat dia membuka toko kue. Sepertinya Mood dia sangat tidak bagus, setelah kehadiran wanita tadi, suasananya menjadi berubah. Ceklek! Brak! “ Itu kenapa dengan Bu bos, sepertinya dia sedang tidak baik moodnya, tidak biasanya bos menutup pintu dengan sangat keras seperti itu” ucap salah satu staff yang melintas di ruangan milik El karena habis membereskan semua ruangan. “ Entahlah, sepertinya wanita yang tadi menemuinya adalah penyebabnya, mungkin wanita tadi datang dengan niat yang buruk” sahut temannya mulai menganalisa keadaan dan menghubungkan untuk mengetahui apa yang terjadi pada bosnya. “ Betul, Wanita tadi juga terlihat sangat sombong dan angkuh, jadi kedepannya kita tidak perlu menerima Wanita itu di toko ini, pasti akan terjadi hal yang tidak diinginkan, sekaligus kita menjaga mood bos supaya terlihat baik terus” ucapnya, para staff masih belum terbiasa de
Sean menjadi penasaran sekaligus takut dengan apa yang Joe pikirkan. " Apa yang ingin kamu katakan,Joe? jangan membuat aku takut. Apa mungkin obat yang di maksud itu adalah obat penenang? tapi anak itu tahu dari mana?" Tanya Sean pada Asistennya. " Mungkinkah anak bos punya dua kepribadian? kan bos punya gangguan kecemasan, biasanya jika kita punya penyakit dua puluh persen bisa menurun ke anak kita" ucap Joe terdengar tidak masuk akal." Apa hubungannya gangguan kecemasan dan kepribadian ganda. Apa yang aku alami sepenuhnya bukan kelainan sejak lahir. Aku punya gangguan kecemasan belum ada sepuluh tahun" ucap Sean, namun dia terlihat tampak memikirkan apa yang di ucapkan oleh Joe. "Tidak mungkin anakku punya dua kepribadian, meskipun jika mengingat perubahan anak itu, memang terlihat seperti memiliki dua kepribadian" Lanjut Sean. " Coba tanyakan pada El atau Daren mengenai anak laki laki kamu Sean, jangan sampai dia benar benar punya dua kepribadian, kasihan dia masih kecil. Masih
Setelah kepergian Sean, kini Daren dibuat bingung dengan teka teki yang baru saja dia ketahui. Apa yang telah Xaquil lakukan dan temukan? Kenapa dia tidak mengatakan padaku. " Aish! Anak itu benar benar! harusnya dia masih asik bermain main dengan teman teman sebayanya. Bukan melakukam hal hal mengerikan seperti ini. Bagaimana jika ada Hacker lain menemukan dia IP dia, bukankah itu berbahaya? Ini tidak bisa dibiarkan, aku harus membicarakan ini pada El" Ucap Daren bermonolog. " Mungkinkah obat ini yang Xaquil maksud?" Ucap Daren sambil melihat lihat kapsul obat yang tadi diberikan oleh Sean. " Sejak kapan anak itu meminum obat seperti ini, dan apa yang terjadi padanya. Kenapa aku tidak pernah tahu sama sekali, Apakah El tahu dulu Sean meminum obat" Daren kemudian mengambil ponselnya dan langsung menghubungi El untuk menanyakan tentang Sean. Pasti ada sesuatu yang salah dengan dia. Tut!Tut!" Halo Daren, ada apa?" Suara El terdengar malas menjawab telephone dari Daren. Sepertinya
Bel sekolah telah usai, anak anak kelas satu pun langsung berkemas dan menunggu jemputan bagi yang dijemput dan bagi yang tidak dijemput akan mengunakan bus sekolah yang sudah siap untuk mengantarkan sampai rumah dengan aman. “ Arza kamu pulang bersama kita saja, kita ingin menjenguk ibu kamu di rumah sakit, boleh ya?” ucap Xavier pada Arza sambil merangkul Arza ketika dikelas sudah tidak ada anak anak yang lainnya. “ Hmm… baiklah, bagaimana pun juga ibu ingin terima kasih pada kalian semua” ucap Arza sambil menganggukkan kepalanya. “ Iya kita juga ingin berkenalan dengan ibu kamu” ucap Xhaqella menimpali percakapan kakak dan teman sekelasnya. Tiba tiba ada anak yang memanggil Xhaqella dengan lantang saat mereka bertiga keluar dari dalam kelasnya. “ Qella!” Xhaqella langsung menoleh kearah suara begitu pula dengan kedua kakaknya yang menatap tajam pada anak laki laki yang memanggil adiknya itu. Seorang anak laki laki yang lebih besar dari mereka langsung berlari mendekati Xhaqe
" Apakah kamu tadi mengambil gambar dari ibunya Arza?" tanya Daren saat tadi melihat Xaquil diam diam mengambil Foto ibu Arza. Xaquil langsung mengangkat kepalanya dan kemudian menganggukan kepalanya. " Hum, Paman tahu saja, padahal aku sudah melakukannya dengan sempurna" Ucap Xaquil. " Mulai sekarang kamu dalam pengawasan paman" Ucap Daren kemudian dia mengangkat Xaquil kedalam gendongannya, kemudian menghujani ciuman pada ponakannya itu. " Ha...ha... ha... stop! paman tidak boleh cium aku, pria dewasa tidak boleh dicium" ucap Xaquil sambil mengelap pipinya dengan tangannya. Tawa renyah langsung terdengar begitu nyaring, dan siapapun yang melihat interaksi antara paman dan keponakan pasti akan iri. " Biarkan saja itu karena kamu menyimpan rahasia sendirian, tidak memberitahukan paman, bagaimana jika terjadi sesuatu pada kamu, Huh" ucap Daren. " Paman Stop! Rahasia apa? aku tidak pernah menyimpannya sendirian" Ucapnya sambil tergelak karena digelitiki oleh Daren. Daren langsung
Setelah mengantar Xaquil untuk mengajar di rumah Gabriel, Akhirnya Daren langsung bertemu dengan Joe di dekat tempat itu jadi jika nanti keponakannya sudah selesai mengajar tidak terlalu jauh dan bisa langsung menjemputnya. “ Sorry Bro, kamu menunggu lama, aku habis mengantar anak dulu” ucap Daren sambil duduk depan Joe yang sudah menunggunya sedikit lama. “ Tidak masalah! Kamu gimana kabarnya, Daren? Tumben sekali kamu mau bertemu denganku, apakah ada sesuatu yang ingin kamu bahas” ucap Joe yang memang sejak tadi dia penasaran kenapa Daren mengajaknya untuk bertemu. Untuk itu tadi Joe langsung mengiyakan meskipun dia punya banyak segudang pekerjaan. Selain penasaran, Joe juga ingin menjalin tali silaturahmi dengan keluarga Daren, Joe ingi bisa akrab seperti dulu, bisa nongkrong bareng ataupun seru seruan “ Aku hanya ingin menanyakan beberapa hal pada kamu” ucap Daren. “ Oh kirain, Mau menanyakan apa memangnya? Soal kerjaankan atau soal yang lain” ucap Joe sambil meminum coffee y
Joe memutar matanya menjadi seratus delapan puluh derajat saat mendengarkan apa yang dikatakan oleh Daren. Rasanya Joe ingin memukul Daren dengan keras, sejak dulu dia sudah sangat mengesalkan tapi kini lebih... lebih.... lebih mengesalkan.Tidak heran jika banyak orang yang sangat takut padanya, Jika Sean terlihat dingin dan meluap luap, Daren lebih terlihat tenang, tanpa ekspresi namun Daren lebih kejam dari Sean terkadang. Jika Sean masih bisa diajak kompromi tapi tidak dengan Daren. Ketegasan Daren membuat orang orang takut untuk menyinggungnya. " Kamu tidak berubah sama sekali Daren, paling tidak lihatlah dari sisi aku yang seorang asisten, jangan membuatku berada dalam masalah. Aku tidak mau membongkar masalah Sean" Ucap Joe dengan memperlihatkan wajah melasnya. " Tidak ada yang memaksa, semua tergantung pilihanmu, kamu menjadi asisten Sean bertahun tahun lamanya, paati kamu bisa memilih!, Tinggal dua menit lagi" Ucap Daren sambil menyilangkan tangannya didadanya. ' Sh*t! Ben
El masuk ke ruang tengah dan melihat kedua putranya terlentang di lantai dengan kedua tangan dan kakinya merentang seperti ikan yang terdampar ke daratan. Keringat membasahi kedua wajah putranya. Sementara sang putri bungsunya sedang telungkup sambil mewarnai buku gambarnya. Entah apa yang dia gambar. “ Apa yang kalian berdua lakukan sehingga menghasilkan keringat yang banyak seperti itu” ucap El sambil mengusap peluh kedua anaknya mengunakan tisu. “ Ibu! “ Ibu! “ Ibu! Ketiganya langsung duduk saat sang ibu datang menghampirinya dengan satu piring kue. “ Mereka berdua sepertinya kurang kerjaan Bu, sejak tadi mereka mengelilingi rumah ini” ucap Xhaqella sambil mengidikkan bahunya, melihat tingkah kakaknya yang habis berlari mengelilingi rumah ini. “ Kita hanya penasaran seberapa besar rumah ini, dan ternyata sangatlah luas hingga kita berdua kelelahan” ucap Xavier. “ Hum, Paman Daren sangat royal sehingga memberikan kita rumah yang sangat besar seperti ini. Bahkan aku tidak san