Kepanikan Angelo bertambah berkali-kali lipat. Dia melirik sekilas ke samping, melihat Claudia juga mulai panik."Ayo kita cari dia!" seru Claudia seketika. Angelo mengangguk lalu bergegas keluar bersama Claudia. Mencari keberadaan Sugar yang tidak tahu di mana sekarang. Angelo memberi ide pada Claudia untuk berpencar mencari Sugar. Claudia menyetujui saran dari Angelo. Tak lupa mereka mengatur waktu mencari dan bersepakat akan bertemu di depan cafetaria jika tidak menemukan Sugar. Angelo mencari di lantai satu dan dua, sementara Claudia lantai tiga dan empat. Sejak tadi, gurat kepanikan terpatri amat jelas di wajah Angelo. Merasa bersalah karena telah meninggalkan Sugar. Sesekali gerutuan dan umpat kasar keluar dari mulutnya. "Kemana dia?! Argh, Sugar!" seru Angelo tak peduli lagi pandangan para pengunjung mall yang kebingungan melihat tingkah lakunya saat ini. Kepala Angelo memutar ke kanan da
Mata Eros merah menyala. "Tentu saja aku ada masalah, seharusnya pria sejati tidak bersikap kasar pada seorang wanita, terlebih Sugar, wanita yang istimewa!" Ia mengambil paksa tangan kiri Sugar, menariknya lalu menyembunyikan Sugar di belakang.Kening Sugar berkerut kuat, heran dengan situasi yang terjadi di depan matanya saat ini. Semakin mendidih darah Angelo saat melihat Sugar begitu dekat dengan Eros, tangannya mendadak terkepal kuat. "Bilang saja kau suka padanya!" serunya berapi-api.Eros menyungging senyum sinis. "Iya, memang benar aku suka pada Sugar, apa kau keberatan hah?!"Angelo tergugu, ada sensasi aneh menerpa hatinya kala mendengar perkataan Eros barusan. Sebuah rasa yang tak bisa dia jabarkan sama sekali. "Iya, aku keberatan karena dia adikku, kau harus meminta izin padaku terlebih dahulu!" Sugar yang tak mengerti arah pembicaraan kedua lelaki dewasa tersebut, hanya melirik Angelo dan Eros secara bergantian. Berbeda dengan Claudia, terdiam dengan tatapan aneh. Eros
Sugar melebarkan mata saat tangannya ditarik dan bibirnya dikecup Eros tiba-tiba. Detik selanjutnya, matanya berkedip-kedip pelan, heran dengan situasi saat ini. Sugar langsung mematung di tempat. Sedangkan Eros segera menjauhkan wajah karena melakukan sesuatu di luar kendalinya barusan. Dari tadi dia tak mampu, melihat bibir mungil Sugar yang menggoda tersebut."Maaf aku ...." Eros tersenyum kaku kemudian sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Tanpa disadari kedua telinga Eros terlihat merah, menahan malu.Sugar tak menyahut, hanya menatap Eros dengan tatapan aneh. "Apa ini? Suka itu apa?" tanyanya sambil memiringkan kepala ke kanan sedikit. Eros malah tertawa keras. Kondisi kesehatan Sugar membuat wanita pemilik mata hazel itu tak mengerti dengan ciuman dan ungkapan hatinya tadi. Meskipun begitu, Eros memaklumi. Dia berharap Sugar dapat sembuh secepatnya. Sugar mengerutkan dahi, melihat Eros tergelak sambil memegang perut. Sedangkan dari kejauhan, Angelo terpaku dengan da
Lelaki berperawakan tinggi dan besar tersebut sudah tak mampu lagi menahan diri. Dengan mata terpejam ia lumat cepat bibir ranum Sugar. Dadanya masih menyala bak kobaran api, entah mengapa dia begitu marah besar saat ini. Angelo pun mulai meletakkan satu tangan kanannya di tengkuk Sugar kemudian memperdalam kecupan hingga sekarang lidahnya mulai masuk ke dalam rongga mulut Sugar perlahan-lahan. Sugar membatu dengan mata berkedip-kedip. Dahinya lantas mengerut dan sesekali alisnya saling bertautan. Kendati demikian, dia dapat merasakan jantungnya berdebar-debar tak karuan sekarang. Seakan-akan ada gunung merapi yang akan meletus. Terasa pula kupu-kupu pun ikut berterbangan di di dalam sana. Saat tak melihat adanya pergerakkan, Angelo membuka matanya perlahan-lahan lalu menatap sayu mata Sugar. "Pangeran, ini apa?" tanya Sugar dengan tatapan polos. Dia teringat bila tadi saat di mall Eros pun melakukan hal yang sama sepe
"Pangeran ...." Tubuh Sugar masih bergetar pelan, mulai lemas. Namun, ada sensasi geli dan aneh bercampur menjadi satu tatkala Angelo menyapu leher jenjangnya sekarang hingga membuat Sugar tanpa sadar mengatup kelopak mata.Angelo sesekali meninggalkan jejak-jejak di leher Sugar sambil menghirup aroma tubuh wanita tersebut yang berhasil membuat kejantanannya berdiri tiba-tiba tadi. Napasnya kian memburu, telinganya pun tampak memerah. Akibat nafsu, dia melupakan prinsipnya dan membuat seorang wanita yang memiliki gangguan mental, menangis tersedu-sedan dengan sorot mata memancarkan ketakutan. "Pangeran, aku mohon hentikan ...." Sugar tak pantang menyerah. Dalam keadaan sadar dan air mata membanjiri kedua pipinya, dia berusaha menyadarkan Angelo. Meskipun tak ada tanda-tanda Angelo akan melepaskan cekalan yang sekarang terasa mulai sakit dan perih. Untuk kesekian kalinya, Angelo tak mengubris. Kupingnya seakan-akan disum
Angelo melempar senyum kaku setelahnya sembari melirik-lirik sekilas kamarnya di ujung sana. "Angelo, kau tidak ingin mempersilakan kami masuk?" tanya Eros dengan kening berkerut kuat. Tak seperti biasa, Angelo agak terkejut melihat kedatangan ia dan teman-temannya. Abigail dan Ronald pun saling lempar pandangan sesaat. Karena tak ada jawaban, Eros langsung menerobos masuk ke dalam, diikuti kedua temannya itu. 'Aduh bagaimana ini? Semoga Sugar tidak keluar.' Angelo tampak kikuk dan takut bila Sugar akan keluar tanpa memakai busana. Dengan cepat menutup pintu lalu membalikkan badan. Ia pun mendekat kemudian bergabung bersama teman-temannya."Kau ini aneh!" celetuk Ronald sambil menghempaskan bokong di sofa lalu menaruh kedua kaki di atas meja yang berada di depannya seketika."Iya benar, oh ya di mana wanita itu?" Abigail pun duduk di samping Ronald. Berbeda dengan Eros, masih berdiri sambil mengedarkan pandangan di sekitar, mencari keberadaan Sugar. "Dia sedang beristirahat." S
Bergegas Abigail dan Ronald pergi ke kamar Angelo. Sekali lagi gurat keterkejutan terpatri jelas di wajah mereka. Saat melihat pemandangan di ruangan di mana Sugar berdiri di sudut ruangan dengan sinar mata memancarkan ketakutan. Saat ini, rambut wanita bermata hazel itu terlihat berantakan. Kemeja putih yang disinyalir milik Angelo membuat mereka saling lempar pandangan sejenak. Angelo tersungkur di lantai sambil memegang wajah. Sementara Eros menatap Angelo dengan tangan terkepal kuat. "Pembohong kau!" Eros tiba-tiba mendekati Angelo. Namun, Abigail secepat kilat menahan tangan Eros. Abigail melototkan mata. "Hei hentikan, apa kau sudah gila hah?!"Ronald pun memapah Angelo lalu berdiri di tengah-tengah mereka. Ia pun bertanya-tanya apa yang terjadi di antara kedua teman akrabnya tersebut. "Iya aku memang sudah gila! Seharusnya kau mengatai hal gila tersebut pada Angelo!" raung Eros. "Lihatlah dia tadi mengatakan kalau Sugar ada di luar, tapi nyatanya Sugar ada di dalam kamarnya
"Siapa Sugar?" Angelo melirik Sugar, tatkala melihat Sugar mematung di depan pintu. Sugar menoleh hendak menggerakkan bibir namun suara seseorang dari luar, membuat Angelo menghentikan gerakan tangannya yang hendak mengambil botol air mineral di dalam kulkas."Angelo, ini aku Claudia!" Claudia tersenyum lebar lalu buru-buru masuk dalam sambil menabrak pundak Sugar.Sugar tersentak, menahan tubuhnya dengan mengapai dinding. Angelo menoleh ke sumber suara. "Claudia," desisnya pelan. Sudah lama ia tak berjumpa Claudia. Hal itu dikarenakan kesibukan masing-masing, setahunya Claudia sibuk menemani papanya dan dia pun sibuk menemani Sugar. Agak terkejut dia dengan kedatangan Claudia. Apalagi, hari ini penampilan wanita bermata teduh itu terlihat amat berbeda, wajahnya muram dengan kantung mata hitam nampak di bawah mata. "Angelo, maaf aku datang tiba-tiba kemari, ada yang ingin aku bicarakan denganmu, apa kau sedang sibuk sekarang?" Claudia langsung membuka suara sambil perlahan-lahan m