Lelaki berperawakan tinggi dan besar tersebut sudah tak mampu lagi menahan diri. Dengan mata terpejam ia lumat cepat bibir ranum Sugar. Dadanya masih menyala bak kobaran api, entah mengapa dia begitu marah besar saat ini. Angelo pun mulai meletakkan satu tangan kanannya di tengkuk Sugar kemudian memperdalam kecupan hingga sekarang lidahnya mulai masuk ke dalam rongga mulut Sugar perlahan-lahan. Sugar membatu dengan mata berkedip-kedip. Dahinya lantas mengerut dan sesekali alisnya saling bertautan. Kendati demikian, dia dapat merasakan jantungnya berdebar-debar tak karuan sekarang. Seakan-akan ada gunung merapi yang akan meletus. Terasa pula kupu-kupu pun ikut berterbangan di di dalam sana. Saat tak melihat adanya pergerakkan, Angelo membuka matanya perlahan-lahan lalu menatap sayu mata Sugar. "Pangeran, ini apa?" tanya Sugar dengan tatapan polos. Dia teringat bila tadi saat di mall Eros pun melakukan hal yang sama sepe
"Pangeran ...." Tubuh Sugar masih bergetar pelan, mulai lemas. Namun, ada sensasi geli dan aneh bercampur menjadi satu tatkala Angelo menyapu leher jenjangnya sekarang hingga membuat Sugar tanpa sadar mengatup kelopak mata.Angelo sesekali meninggalkan jejak-jejak di leher Sugar sambil menghirup aroma tubuh wanita tersebut yang berhasil membuat kejantanannya berdiri tiba-tiba tadi. Napasnya kian memburu, telinganya pun tampak memerah. Akibat nafsu, dia melupakan prinsipnya dan membuat seorang wanita yang memiliki gangguan mental, menangis tersedu-sedan dengan sorot mata memancarkan ketakutan. "Pangeran, aku mohon hentikan ...." Sugar tak pantang menyerah. Dalam keadaan sadar dan air mata membanjiri kedua pipinya, dia berusaha menyadarkan Angelo. Meskipun tak ada tanda-tanda Angelo akan melepaskan cekalan yang sekarang terasa mulai sakit dan perih. Untuk kesekian kalinya, Angelo tak mengubris. Kupingnya seakan-akan disum
Angelo melempar senyum kaku setelahnya sembari melirik-lirik sekilas kamarnya di ujung sana. "Angelo, kau tidak ingin mempersilakan kami masuk?" tanya Eros dengan kening berkerut kuat. Tak seperti biasa, Angelo agak terkejut melihat kedatangan ia dan teman-temannya. Abigail dan Ronald pun saling lempar pandangan sesaat. Karena tak ada jawaban, Eros langsung menerobos masuk ke dalam, diikuti kedua temannya itu. 'Aduh bagaimana ini? Semoga Sugar tidak keluar.' Angelo tampak kikuk dan takut bila Sugar akan keluar tanpa memakai busana. Dengan cepat menutup pintu lalu membalikkan badan. Ia pun mendekat kemudian bergabung bersama teman-temannya."Kau ini aneh!" celetuk Ronald sambil menghempaskan bokong di sofa lalu menaruh kedua kaki di atas meja yang berada di depannya seketika."Iya benar, oh ya di mana wanita itu?" Abigail pun duduk di samping Ronald. Berbeda dengan Eros, masih berdiri sambil mengedarkan pandangan di sekitar, mencari keberadaan Sugar. "Dia sedang beristirahat." S
Bergegas Abigail dan Ronald pergi ke kamar Angelo. Sekali lagi gurat keterkejutan terpatri jelas di wajah mereka. Saat melihat pemandangan di ruangan di mana Sugar berdiri di sudut ruangan dengan sinar mata memancarkan ketakutan. Saat ini, rambut wanita bermata hazel itu terlihat berantakan. Kemeja putih yang disinyalir milik Angelo membuat mereka saling lempar pandangan sejenak. Angelo tersungkur di lantai sambil memegang wajah. Sementara Eros menatap Angelo dengan tangan terkepal kuat. "Pembohong kau!" Eros tiba-tiba mendekati Angelo. Namun, Abigail secepat kilat menahan tangan Eros. Abigail melototkan mata. "Hei hentikan, apa kau sudah gila hah?!"Ronald pun memapah Angelo lalu berdiri di tengah-tengah mereka. Ia pun bertanya-tanya apa yang terjadi di antara kedua teman akrabnya tersebut. "Iya aku memang sudah gila! Seharusnya kau mengatai hal gila tersebut pada Angelo!" raung Eros. "Lihatlah dia tadi mengatakan kalau Sugar ada di luar, tapi nyatanya Sugar ada di dalam kamarnya
"Siapa Sugar?" Angelo melirik Sugar, tatkala melihat Sugar mematung di depan pintu. Sugar menoleh hendak menggerakkan bibir namun suara seseorang dari luar, membuat Angelo menghentikan gerakan tangannya yang hendak mengambil botol air mineral di dalam kulkas."Angelo, ini aku Claudia!" Claudia tersenyum lebar lalu buru-buru masuk dalam sambil menabrak pundak Sugar.Sugar tersentak, menahan tubuhnya dengan mengapai dinding. Angelo menoleh ke sumber suara. "Claudia," desisnya pelan. Sudah lama ia tak berjumpa Claudia. Hal itu dikarenakan kesibukan masing-masing, setahunya Claudia sibuk menemani papanya dan dia pun sibuk menemani Sugar. Agak terkejut dia dengan kedatangan Claudia. Apalagi, hari ini penampilan wanita bermata teduh itu terlihat amat berbeda, wajahnya muram dengan kantung mata hitam nampak di bawah mata. "Angelo, maaf aku datang tiba-tiba kemari, ada yang ingin aku bicarakan denganmu, apa kau sedang sibuk sekarang?" Claudia langsung membuka suara sambil perlahan-lahan m
Claudia tersenyum sumringah lantas mendekap tubuh Angelo seketika. Angelo sedikit terkejut namun segera membalas pelukan. "Terima kasih, aku pikir cintaku hanya bertepuk sebelah tangan karena selama ini kau tidak pernah mendekati aku," tutur Claudia sambil menangis tersedu-sedu. Dari tadi pundaknya naik dan turun. Dia tak menyangka bila Angelo mencintainya pula. Angelo tersenyum tipis. "Iya, aku pun mengira kalau cintaku hanya bertepuk sebelah tangan saja, maaf jika sikapku membuat kau salahpaham. Sudah, jangan menangis lagi ya."Dalam dekapannya, Claudia mengangguk dan berusaha menghentikan air matanya agar tak mengalir. Angelo elus-elus punggung Claudia berharap tangis wanita yang akan dinikahinya itu dapat berhenti. Claudia tiba-tiba mengurai pelukan kemudian menatap dalam mata Angelo. "Angelo, aku mencintaimu.""Aku juga men—"Angelo tak sempat meneruskan kalimat kala Claudia melabuhkan kecupan di bibirnya tiba-tiba. Sepasang mata cokelat tersebut kembali melebar, terkejut dan
Claudia tersenyum tipis sementara mata Angelo tampak membola. Dengan cepat lelaki bermata cokelat itu menoleh ke arah Sugar. "Siapa yang menyuruhmu keluar? Tidak ada keluar-keluar, kau masih tanggungjawabku!" kata Angelo dengan tegas. Membuat Sugar melengoskan muka ke samping. Senyum Claudia langsung memudar. "Tapi–"Angelo mengalihkan pandangan pada Claudia seketika. "Clau, kau harus tahu Sugar adalah tanggungjawabku, aku tahu sekarang kau sedang cemburu tapi aku tolong mengertilah dengan perkerjaanku. Aku tahu batasanku, kau jangan khawatir ya."Claudia tergugu, lidahnya mendadak sulit digerakkan sekarang. "Baiklah, maafkan aku ya bersikap seperti anak kecil tadi," balasnya kemudian. "Hm, tak apa, sudah sekarang masuklah, aku akan mengabarimu nanti." Angelo mengacak-acak rambut Claudia sejenak. Claudia tertawa pelan kemudian melabuhkan kecupan di bibir Angelo. Usai itu, ia melenggang pergi dengan cepat. Meninggalkan Angelo menarik napas panjang dan memutuskan kembali ke apartme
Angelo tak langsung menanggapi, malah dengkusan kesal yang berhembus dari hidung mancungnya. Sedari tadi dia tengah membenarkan dasi sambil mematut diri di depan cermin. Melalui cermin dia dapat melihat Angela dan suaminya itu duduk bersama-sama di sofa. Terlihat bayi mungil berjenis kelamin laki-laki yang belum genap setahun, tertidur pulas di pangkuan Leo. Pakaian jas mungil berwarna hitam membuatnya tampak amat lucu dan menggemaskan. "Abang, kau dengar aku tidak?" Angela mengulangi pertanyaan kembali. Dengan cepat Angelo memutar badan kemudian memasukkan kedua tangan ke saku celana. Tuxedo putih yang dikenakan hari ini membuat tubuh kekarnya menyembul keluar. Semakin Tampan dan mempesona. "Aku dengar, tentu saja aku yakin, aku mencintai Claudia. Kau kenapa sih? Sama saja dengan Mommy!" kata Angelo agak kesal. Sebab mommynya pun kemarin hampir tak menyetujui hubungannya dengan Claudia dan beralasan bila merasa Claudia memiliki aura yang aneh. Sungguh alasan yang tidak masuk di