Matahari menyilaukan membumbung tinggi menyinari permukaan bumi. Pertanda pagi sudah menyapa. Langkah berat kaki seseorang dari gang menuju kontrakan semakin terdengar nyaring. Masih dengan posisi terbaring dilihatnya seseorang berbadan gempal berambut keriting dengan setelan baju sporty itu-itu saja sedang mengamatinya dari atas.
"Boim?!!" Adam bergegas bangkit. Boim mengibas-ngibaskan tangannya menahan bau badan Adam.
"Bau lu. Kayak bau comberan." Umpatnya.
"Emang abis tidur di comberan, Bo." Timpal Adam dengan senyum.
"Gw telpon puluhan kali kenapa kagak dijawab?!"
"HP ku mati."
"What?! Kan elu bisa cash di kontrakan, Damned?"
"Gue nggak bisa masuk."
"What?"
"Tas kamera kunci dompet semuanya raib, Bo. Ketinggalan di angkot."
"What?!" Boim coba membuka paksa pintu kontrakan.
"What what..pake gak percaya lagi. Udah jangan dipaksa buka pintunya entar rusak lagi. Makin susah gua." Tangan Adam mencegah.
<Di rumah Boim seusai mandi dengan air hangat. Adam menikmati segelas minuman jahe panas untuk melegakan tenggorokannya yang meradang. Dengan lagak sombong Adam menunjukkan pesan WA dari Tiara yang berisi peringatan keras untuk tidak lupa ngedate malam ini di Chateau Blanc Senopati.“Bagaimana menurutmu, hah?” Tanya Adam penuh kecongkaan. Boim menanggapi takdir baik sahabatnya penuh kegirangan seraya menari hip-hop diiringi lagu Feelsnya Calvin Harris.Boim sibuk dengan laptopnya membantu Adam membeli busana kencan secara online. "Nih pilih mau pake setelan kemeja jas ama sepatu yang mane? Awas lu nolak lagi. Pokoknya lu nggak usah khawatir. Habis kawin ama Tiara lu gantiin duit gua dua kali lipat. Ini utang bukan sumbangan.""Hmmm..." Adam jaga gengsi lagi pura-pura mikir."Ah, kebanyakan mikir! Udah jam segini nih mau dandan jam berapa? Telat ngedate berantakan masa depan lu.""Oke, Bo. Sabar dong. Yang ini menurut lu gimana? Ukuran ya
Petir pertama menggelegar jam 10 pagi. Dimaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasss!!! Sofie terbangun di atas ranjang yang kumal. Matanya perih merah nanar. Bola matanya memburu. Menyapu seisi kamar mendapati dirinya sedang berada di tempat asing! Dalam udara dingin lembab bau asam pekat alkohol karbol bercampur bermacam obat kadaluarsa menyatu dengan anyir tubuhnya. Entah mengapa? Ia merasa seolah tempat ini sudah lama ia huni. Tangan gemetarnya meremas erat selimut yang melindunginya dari hawa dingin. Kepalanya menoleh perlahan ke sana ke mari coba mengingat sebisanya namun sayang tidak ada satupun barang yang pernah dilihatnya. Sebenarnya tidak banyak barang di tempat itu. Hanya tempat tidur bersprei putih polos. Meja tulis pensil tumpul dan buku entah apa isinya...yang pasti tebal. Dan apa ini? Tiang bergelantung kantong infus berisi cairan Benzodizepin yang jarumnya masih menusuk dalam lengan kirinya. Apa lagi ini? Ratusan gambar seorang gadi
Dengan wajah canggung keheranan yang sulit ditutupi mata Adam menyapu langit-langit dan dinding restoran. Lukisan bergambar menara Eiffel, Napoleon Bonaparte, Madame Tussauds dan revolusi rakyat perancis berlatar kerajaan Bastille pertanda jelas ia sedang tidak sedang berada di warung pinggir jalan. Lagu perancis dengan suara mirip Waljinah yang sedang kumur-kumur berpadu suara hujan di luar sana membuat matanya sedikit terkantuk. Ini pasti Kopi bukan darah tokek! Dari baunya dia hafal. Semua bau khas kopi sama saja. Ia seruput beberapa kali untuk mengijinkan caffein mengaliri darah mencegahnya tertidur di saat malam yang mahal ini.Semua kursi restoran perancis Chateau Blanc Senopati sudah di booking Tiara. Semua meja tertulis All Reserved! Malam spesial ini tidak boleh ada yang makan di restoran ini kecuali mereka berdua! Hanya boleh ada mereka berdua diiringi lagu Oh Ipanema didampingi tiga pelayan siap menyajikan apa saja...termasuk daging bekicot!"Baca kertas apa
Si Rusli emang brengsek! Kasih info nggak jelas! Dia cuma bilang si model akan mengambil latar belakang hutan. Nggak bilang kalau lokasi foto model di villa Belanda DI TENGAH HUTAN! Sial! Ternyata untuk menuju Villa Wilhelmina begitu jauh dan medannya sulit! Hanya bisa disusuri dengan jalan kaki! Ini sih tempat tinggal Tarzan! Hutan belantara dengan ribuan tumbuhan jati dan cemara mencakari langit. Mana banyak nyamuk lagi! Tidak ada plang atau semacam penunjuk arah khusus menuju tempat yang sudah menjadi bagian cagar budaya bersejarah dilindungi pemerintah itu. Kalau tidak susah sinyal pasti tempatnya langsung ketemu dengan Google Maps! Hanya ada petunjuk arah dari orang-orang sekitar yang kebetulan berlalu lalang."Misi pak...maaf mau tanya." Adam mencegat seorang berjalan kepayahan dengan ikatan bongkahan kayu dipundaknya."Iya, Den.""Bapak tahu tempat Villa Belanda...katanya saya harus...""Iya, Den." Tukang kayu itu langsung menyahut. "Maksud Aden ma
"Dengan cara ini...apa kau yakin akan berhasil?" Rudi menyalakan rokok Marlboro yang ke enam."Why, Rud? Margareta menatap tajam suaminya. "Kita sudah bahas ini panjang lebar. Kau masih saja ragu dengan cara dr. Bram? Mengulang-ulang the same questions!" Protes Margareta. "Im so tired with all of this! Kalau bukan engkau. Suamiku yang menguatkanku. Siapa lagi?!"Mendengar keramaian mereka berdua di balik dinding ruang tamu Adam terpancing untuk bersiaga memasang telinganya baik-baik. Satu pelajaran buruk dari tempatnya bekerja kini dipraktekan di rumah klien. Menguping!"Dengarkan aku, Rud. Dokter Shinta and dokter Heri mereka menyerah! Mengundurkan diri...di tengah jalan pengobatan Sofie! Dari tiga dokter yang tersisa hanya satu orang. Dokter Bram! Dia paling setia dan...sayang anak kita. Mengapa kau ragu?! Why?! tell me!" Margareta sangat kecewa dengan sikap Rudi yang meragukan metode pengobatan dr. Bram . Mata Margareta mulai memerah dan berlinang."Ak
Dimaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasss!!!Sofie terbangun dari mimpi buruknya di atas ranjang dengan mata perih merah nanar. Matanya memburu menyapu seisi kamar mendapati dirinya sedang berada di tempat asing! Dalam udara dingin lembab bau asam pekat alkohol karbol bercampur entah obat apa menyatu dengan anyir tubuhnya. Tangan gemetarnya meremas erat selimut yang melindunginya dari hawa dingin. Kepalanya menoleh perlahan ke sana ke mari coba mengingat sebisanya namun sayang tidak ada satupun barang yang pernah dilihatnya. Ia dapati dirinya dalam kondisi kaki terikat begitu kuat di ranjang. Tampak bekas luka dan darah membeku melingkari kaki dan tangannya. Kenapa aku ada di sini?!Apa yang terjadi?! Kenapa aku terpasung seperti orang gila! Diperlakukan seperti binatang! Memang apa yang sudah aku perbuat?Dengan pandangan setengah kabur Sofie melihat siluet seorang laki-laki paruh baya menyiapkan beberapa jarum suntik yang akan diisi cairan dari dalam botol-botol
Adam bersiap mengambil gambar di belakang pintu kamar Sofie. Dua orang berseragam perawat hijau muda lengkap dengan masker rapat menutup hidung sedang memasang posisi siaga bersiap juga masuk ke kamar. Aku tidak sendiri! Beberapa kali terdengar jeritan seorang gadis melengking dari dalam kamar. Jeritan Sofie begitu memekakkan telinga. Tangan Adam berkeringat dan gemetar hebat sambil memegang kamera yang kini menunjukkan angka power baterai 35%. Berjaga dari luar kamar mereka bertiga yang sedari tadi menunggu komando masuk ke kamar itu hanya bisa mematung saling tatap. Ada kejadian apa sebenarnya di dalam?!Adam mengamati dua orang yang postur tinggi dan perawakannya lebih mirip algojo dari pada perawat. Tangan kekar keduanya sedang memegang sesuatu yang panjang...mirip tali dari bahan elastis. Di samping pintu terdapat tas terbuka berisi botol-botol kecil dan jarum suntik. Buat apa?! Sebuah tandu berkarat yang kurang terawat juga berada persis di samping perawat entah apa mak
Sofie dalam kondisi tersadar. Matanya yang memerah sedikit memudar. Racun narkotik yang disuntikan ke tubuhnya membuatnya lemah hingga tidak menyadari ada seseorang perempuan di sampingnya. Tegar menahan tangis Margareta duduk manis tersenyum sebisanya. Sekuatnya. Rudi berdiri di samping Margareta dengan tangan terlipat ingin menunjukkan sebagai laki-laki sekaligus kepala keluarga bahwa semua akan baik-baik saja. Suasana kamar begitu hening dan hanya terdengar suara serangga hutan dan bunyi printer portabel Adam mencetak ratusan foto Sofie."Sofie..." Margareta menyapa putrinya seraya memegang jemari tangannya. Genggaman itu meski lembut membuat Sofie meringis kesakitan tangannya yang penuh luka suntikan. Putrinya itu hanya memberinya tatapan kosong."Sofie...ini ayah bunda nak..." Bergantian Rudi menyapa. Margareta mulai menitikkan air mata tidak kuat melihat kondisi putrinya lemah tak berdaya. Margareta yakin penuh dengan yang diperbuat dokter Bram. Science never wro