“Papa!” Kiara berlari menghampiri laki-laki bertopi hitam yang baru saja keluar dari arrival gate dan langsung memeluknya erat.Kiara begitu rindu dengan papanya karna sudah 6 bulan kurang lebih mereka belum bertemu.“Papa tampak lebih gendut.” kekeh Kiara sambil memukul pelan perut papanya yang disambut dengan gelak tawa dari papanya.“Putri papa semakin cantik saja. Papa hampir tidak mengenalinya tadi.” godanya.Kiara tersenyum penuh bangga dan langsung saja menggandeng lengan papanya untuk keluar dari bandara.“Papa saja yang menyetir. Hari ini kita quality time sepuasanya, oke?”Kiara mengacungkan jempolnya sambil tersenyum senang.“Papa memang yang terbaik!”Mereka berdua masuk kedalam mobil Kiara dan melaju meninggalkan bandara.“Papa disini berapa hari?” tanya Kiara memulai obrolan.“Maaf sayang papa tidak bisa lama. Tapi papa usahakan untuk izin lebih lama jika-““Nope. Tidak perlu papa, aku baik-baik saja.” jawab Kiara langsung dengan lantang.Kiara tau papanya pasti sibuk,
Kiara terdiam mendengar jawaban dari Dylan. Kenapa laki-laki di hadapannya ini selalu suskes membuat ia terkejut dengan kata-kata spontannya.“Memangnya kenapa jika aku terluka?” tanya Kiara penasaran akan respon Dylan.Laki-laki itu malah sekarang berbalik dan menatapnya intens.“Aku juga pasti akan merasakan rasa perihnya, Kiara.” jawab Dylan serius dan sukses membuat Kiara gelagapan.“Kau terlalu berlebihan.” Kiara berusaha mengatur detak jantungnya setelah mengatakan hal itu. Ia mencari jawaban teraman agar tidak terlihat bahwa ia sangat senang mendengar perkataan Dylan barusan.“Langitnya sedang bagus sekali, banyak bintang. Coba lihat.” Kiara mendongak menatap langit malam sembari matanya mengikuti arah tunjuk jari Dylan.“Sepertinya tarikan sudut bintang itu menyerupai wajahmu kan?”Kiara memicingkan matanya mencoba mencari pola yang Dylan maksud. Tetapi tidak berhasil. Ia terlihat olehnya hanya pola sudut berbentuk segi empat, itupun jika ia tidak salah menarik garis pola.“
BRAK!!Pak Wahyu menggebrak meja dengan sangat kencang membuat seluruh orang diruang rapat semakin tertunduk.Bahkan sekarang Kiara benar-benar pucat pasi. Ia tidak pernah membayangkan bahwa ia akan ada disituasi ini.Mengecewakan orang yang telah memberi kepercayaan penuh kepadanya adalah hal yang paling buruk.“Bagaimana bisa kita kecolongan seperti ini hah?!”“Kiara! Jelaskan pada saya kenapa ini bisa terjadi!” bentak Pak Wahyu keras.Kiara merasakan bibirnya benar-benar keluh. Ia harus menjelaskan darimana tentang hal ini.“Maafkan saya, Pak.”Namun hanya kata itu yang terucap dari mulut Kiara. Dan membuat emosi Pak Wahyu semakin menjadi-jadi.“Saya tidak butuh maaf dari kamu! Bagaimana kamu akan menganti kerugian perusahan hah?! Kau tau bukan ini investasi yang besar!”Kiara menundukkan kepalanya sebagai rasa bersalahnya karna keadaan sekarang adalah keadaan diluar kuasanya.“Saya juga terkejut tiba-tiba perusahan Admir langsung memutuskan berinvestasi dengan perusahaan FT, Pak.
Dylan memukul keras dinding didekat meja kerjanya. Tidak terasa sedikitpun sakit ditangannya melainkan hatinyalah yang terasa sangat perih.Bagaimana bisa membuat Kiara bersedih lagi?Bukankan ia sudah berjanji tidak akan membuat gadis itu menangis lagi?“Aku kira kau sudah berubah, tapi ternyata aku salah.”Perkataan Kiara itu kembali terniang di kepala Dylan membuatnya semakin lemas. Tubuhnya terasa kehilangan tenaga.Dylan terduduk lesu sambil memegang kepalanya terasa sangat sakit menghentak.Ingatannya kembali pada saat makan malam dengan keluarganya.“Papa sudah lama kenal dengan Pak Damar, dan papa setuju jika kita bermitra dengan FT Company.”Perkataan itu seketika membuat Dylan berhenti makan.Malapetaka apalagi yang sedang papanya rencanakan?“Bukankah kita sudah berkomitmen untuk investasi kali ini aku yang menentukan Pa?”Laki-laki paruh baya itu menggeleng tanda tidak setuju membuat Dylan semakin bingung.“Aku sudah melakukan research dan sudah menentukan partner, Pa.” sa
Kiara langsung membuang muka dan tidak tahan untuk menatap Dylan secara langsung.Sudah cukup ia terjatuh kemarin, hari ini adalah saatnya ia bangkit dan keterpurukannya.Bukankah selama 5 tahun inipun ia dapat berdiri sendiri bahkan tanpa adanya Dylan disisinya.Kiara tidak boleh kehilangan fokusnya. Ia harus tau bahwa tugasnya disini adalah untuk kepentingan perusahaannya.Kiara melangkahkan kakinya mendekati meja yang diatasnya tersusun berbagai macam snack ringan dan dessert yang begitu menggugah selera dan cantik untuk dilihat.Matanya melihat kesekeliling ruangan mencari sosok CEO PT Admir, Ibu Arumi.Dimana wanita itu sekarang? Kenapa belum terlihat juga? Apa karna acara belum dibuka?Baru saja Kiara akan mengambil sepotong cupcake diatas meja itu tapi tindaknnya terhenti karna ia melihat Mira sudah berdiri didepannya.Benar-benar merusak selera makan, batin Kiara.Karna tidak ingin membuat keributan diacara orang maka Kiara memilih diam saja tanpa menggubris Mira yang kini ber
Dylan menghempaskan tubuhnya yang terasa lelah keatas kasur dan langsung melepas kacamatanya. Ia menghela nafas panjang tanda bahwa ia sangat frustasi dengan keadaan beberapa hari ini.Jauh dari Kiara dan tidak dapat melihat keberadaan gadis itu beberapa hari ini membuat Dylan terpuruk. Betapa Kiara sangat berpengaruh kepadanya.Disaat bahkan tadi ia dapat melihat gadis itu betapa rasa rindu di dalam dirinya seakan membuncah keluar. Luapan rindu itu seakan meluap dan ingin sekali Dylan memeluk sosok gadis berdress pink selutut itu tadi.Tapi langkahnya terhenti karna tatapan benci yang Kiara berikan padanya.Kiara membenci dirinya.Kenyataan yang sangat menyakitkan hati Dylan dan membuat seluruh indra tubuhnya tidak berfungsi maksimal.“Hah.”Hembusan nafas dan teriakan itu tidak cukup mengurangi rasa sesak di dalam hatinya.Melihat Kiara begitu akrab dengan sosok laki-laki lain membuat hati Dylan terasa cabik.Ia cemburu. Ia tidak suka laki-laki manapun akrab dengan Kiara.Ia tidak s
“Apa imbalan untukku jika membantumu?”Perkataan Radeva sontak membuat tubuh Kiara membeku. Perkataan sederhana itu bahkan tidak terpikir sebelumnya oleh Kiara.Imbalan.Ia meminta bantuan seseorang dan tidak memikirkan harus memberikan imbalan apa untuk bentuk rasa terima kasihnya.Bodoh sekali.Bahkan Radeva menolong hidup Kiara jika memang ini benar terjadi sesuai rencana.“Maaf aku bahkan belum memikirkan imbalan apa yang pantas aku berikan untuk pertolonganmu kali ini.” lirih Kiara pelan tanpa berani menatap Radeva langsung.Tetapi laki-laki itu malah tertawa membuat Kiara melihatnya dengan bingung.Apa ia mengucapkan suata hal yang salah?“Aku hanya bercanda Kiara. Jangan terlalu dipikirkan.”Kiara sedikit lega mendengar jawaban Radeva karna setidaknya ia tidak terlalu merasa terbebani seperti sekarang.Tapi ia tetap harus membalas pertolongan Radeva kali ini walaupun laki-laki itu menolak.“Tapi pertanyaanku belum kau jawab, kenapa perusahan kami harus mengikutkan kalian dalam
Istimewa?Kiara terdiam sejenak dan sontak gesture tubuhnya terlihat canggung mendengar perkataan Bu Arumi barusan.Radeva yang menyadari hal itu, dengan cepat berusaha mencairkan suasana.“Tante bisa membuat Kiara takut nanti jika mengatakan hal itu.”Bu Arumi mengerutkan dahinya tanda bahwa ia tidak setuju dengan perkataan Radeva.“Kenapa harus takut? Kiara beruntung dong.”Radeva dan Bu Arumi tertawa dan secara pelan Bu Arumi merangkul Kiara.“Tante hanya bercanda Kiara, jangan dianggap serius ya?”Kiara hanya mengangguk karna bingung harus merespon apa.Kejadiannya terlalu cepat padahal banyak sekali pertanyaan yang ingin Kiara utarakan disini.Radeva terlihat sangat dekat dan akrab terlebih memanggil Bu Arumi dengan sebutan Tante.Apakah Bu Arumi memiliki hubungan saudara dengan Radeva?Kiara benar-benar tidak dapat mengakses banyak informasi tentang perusahan Admir.“Masuk dulu sini Kiara, kita bicara didalam saja sambil santai ya.”Bu Arumi menggandeng lengan Kiara dengan lembu