Share

Menantu Egois
Menantu Egois
Penulis: Yuliswar

BAB 01

Menantu Egois

Namaku Rina. Aku memiliki suami bernama Tejo.

Suamiku adalah anak satu-satunya Ibu mertuaku bernama Darsih.

Ibu mertuaku seorang janda, walaupun janda, Dia adalah orang yang sangat mandiri, Ibu mertuaku tidak pernah meminta uang kepada Suamiku.

Aku menikah dengan Mas Tejo sudah hampir lima tahun.

Selama itu pula, aku selalu melarang Mas Tejo memberi uang kepada Ibunya.

Bagiku uang Mas Tejo ya hanya untuk ku. Sedangkan Ibu mertuaku tidak berhak atas gaji mas Tejo.

Mas Tejo bekerja sebagai Manager disebuah perusahaan terbesar dikota Surabaya.

Kami tinggal disebuah perumahan yang cukup elite dengan rumah yang cukup mewah.

Sedangkan Ibu mertuaku, tinggal di sebuah perkampungan yang berada dibelakang perumahan kami.

Rumah Ibu mertuaku sangatlah sederhana berbanding terbalik dengan rumah kami.

Pernah suatu hari Mas Tejo mendapat tunjangan dari kantor sebesar dua puluh juta dan aku tidak mengetahui hal itu.

Aku tahunya ketika Ibu mertuaku mulai merenovasi rumahnya.

Aku yang mendengar kabar kalau Ibu mertuaku sedang merenovasi rumahnya. Membuat aku marah dan penasaran jadi aku putuskan untuk langsung  pergi mendatangi Ibu mertua ku dan ingin sekali aku bertanya darimana uang untuk renovasi. Karena aku yakin jika uang itu pasti dari suamiku.

Ketika aku baru sampai di kampung itu. Ku lihat Ibu sedang duduk bersama tetangganya.

Aku lalu berjalan mendekat kearahnya.

"Ibu lagi renovasi rumah ya?"tanyaku sambil mengedarkan pandangan kerumah Ibu yang mulai dibongkar sebagian oleh tukang.

"Iya Rin. Itu temboknya sudah banyak yang retak jadi dibetulin biar gak ambruk."jawabnya sambil menunjuk sebagian tembok yang dibongkar.

"Wah. Ibu dapat undian darimana bisa renovasi rumah?"tanyaku menyelidik.

"Alhamdulillah dapat rejeki dari anak Ibu."jawabnya santai.

"Anak Ibu kan cuma Mas Tejo! jadi uang itu dari Mas Tejo?"tanyaku dengan ketus.

"Ha...ha...ha... ya iyalah Rin. Anak Ibu cuma Tejo sama Kamu."jawabnya sambil tertawa.

"Aduh Bu, jangan halu dech! aku kan cuma menantu bukan anak Ibu."jawabku ketus.

"Apa bedanya menantu sama anak kandung Rin? Wong yo sama saja."ujarnya lagi sambil tersenyum.

"Bedalah Bu! aku ini cuma mantu ingat ya Bu! MANTU!"ujarku ketus dengan menekan kata Mantu. Ibu mertua tidak lantas menjawabku, tapi dia mengalihkan pembicaraanku.

"Sudah gak usah diperpanjang lagi, apa kamu gak malu dilihat para tetangga."jawabnya sambil menunjuk kearah tetangga yang memperhatikan kami.

"Rina kesini cuma mau tahu Ibu dapat uang dari mana?"tanyaku ketus tanpa peduli omongan ibu tentang para tetangga yang menatap tajam kearahku.

"Sudah Ibu bilang dari anak Ibu masak kamu gak ngerti."ujarnya santai sambil berjalan menuju rumahnya yang sebagian sudah mulai di bongkar.

"Dari Mas Tejo maksud Ibu?"tanyaku.

"Iya Rin dari Tejo darimana lagi Ibu dapat uang kalau bukan dari Tejo."jawabnya sambil masuk ke dalam kamarnya.

"Kok Ibu itu seenaknya saja minta uang sama Mas Tejo!"bentakku.

"He!!! kalau ngomong sama Ibu yang sopan."jawabnya sambil menghardik.

"Ibu itu coba sadar diri dong. Mas Tejo sudah punya istri jadi seharusnya Ibu itu mengerti jangan seenaknya main minta uang. Mas Tejo itu harus menafkahi aku. "ujarku kesal.

"Coba kamu pulang dan tanya sama Tejo apa pernah Ibu minta uang sama Dia."ujar Ibu ketus.

"Lha! ini buktinya Ibu bisa renovasi rumah katanya uang dari Mas Tejo."ujarku tak kalah ketus.

"Kamu kalau mau marah jangan sama Ibu lebih baik kamu tanya dulu Tejo."jawab Ibu ketus.

"Ibu ini coba jadi orang tua jangan suka nyusahin anak!"bentakku.

"He!!! Rina! Kamu pikir pake ot*k! lima tahun kamu menikah dengan anakku, apa pernah kamu kasih Ibu uang sebesar seratus ribu saja? Bukankah kamu yang sering minta uang sama Ibu ketika Tejo belum jadi manager seperti sekarang!"ujarnya marah.

"Ya wajarlah aku minta sama Ibu.  itu kan karena Ibu orang tua Mas Tejo!"jawabku tak mau kalah.

"Ya begitu juga dengan Ibu, seharusnya wajar dong jika ibu minta uang kepada Tejo karena Dia anak Ibu!"bentaknya.

"Ya gak lah Bu! ibu kan masih sehat dan masih bisa kerja jadi jangan minta uang atau menyusahkan Mas Tejo lagi!"bentakku.

"Dasar mantu gak waras! coba pikir baik-baik kalau bukan Ibu yang menyekolahkan Tejo sampai tinggi, tidak mungkin Tejo bisa mendapat jabatan seperti sekarang!"bentaknya.

"Ya wajarlah. Ibu itu kan orang tuanya!"jawabku tak kalah ketus.

"Sudahlah Ibu malas berdebat dengan mu! Malu dilihat orang! Sudah sana kamu pulang!"usirnya kepadaku.

Aku sangat marah ketika mendengar Ibu mengusirku.

"Awas ya Bu! Aku akan suruh Mas Tejo untuk meminta kembali uang itu!"ujarku sambiln berlalu pergi.

Aku pulang dengan perasaan marah dan jengkel kepada ibu. Aku juga marah kepada Mas Tejo, bagaimana bisa dia berani memberikan uang kepada ibu tanpa ijin terlebih dahulu kepadaku. Bukankah dia sangat tahu jika aku melarangnya, Ibu itu masih sehat dan kuat untuk bekerja, bahkan ibu juga memiliki usaha warung. Jadi Mas Tejo tidak perlu lagi memberi uang kepadanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status