Namun, sikap acuh tak acuh yang ditunjukkan oleh Ardika malah dianggap sebagai bentuk bersabar seorang pecundang oleh orang-orang itu."Hehe. Bu Luna, jangan marah, ya. Sebenarnya, suamimu ini juga bukan nggak punya kelebihan. Paling nggak dia menang dalam hal bersabar, membuat kami malu saja.""Ya, benar. Kalau kami yang dikatai oleh orang lain seperti itu, pasti sudah tidak tahan lagi.""Bu Luna, dalam diri suamimu, memang ada bayang-bayang sosok hebat. Anak muda memang harus bisa bersabar dalam menghadapi situasi apa pun. Aku yakin kamu pasti akan berhasil.""Hahaha ...."Sekelompok orang itu kembali tertawa terbahak-bahak.Ekspresi marah sudah tampak jelas di wajah cantik Luna.Melihat perubahan pada ekspresi keponakannya, Leon yang ingin meminjam nama Luna untuk menunjukkan kehebatannya dalam perjamuan nanti pun tahu harus segera mengambil tindakan.Kalau Luna benar-benar pergi begitu saja saking kesalnya, dia sendiri yang akan rugi."Sudah, sudah. Bagaimanapun juga, Ardika adalah
"Dia memang sudah menikah, tapi masih bisa bercerai, 'kan?""Kulihat Ardika itu biasa-biasa saja. Terlebih lagi, dia adalah seorang menantu benalu, seharusnya biasanya dia hanya menjalani kehidupan yang lebih buruk dibandingkan seekor anjing.""Jujur saja, menyebutnya sebagai 'pawang', sudah meninggikan dirinya."Seulas senyum mengembang di wajah pemuda itu, dia berkata dengan penuh keyakinan, "Jadi, mulai sekarang, Luna adalah wanitaku!"Melihat ekspresi arogan pemuda itu, orang-orang yang berada di sekitarnya menunjukkan ekspresi terkejut.'Memangnya siapa dia? Bisa-bisanya dia berbicara seperti itu.'Namun, tanpa butuh waktu lama, semua orang mendapati bahwa pemuda itu tidak hanya sekadar berbicara demikian, tetapi juga disertai dengan tindakan. Saat melihatnya berjalan menuju ke arah Ardika dan Luna, sorot mata semua orang langsung berbinar.Pasti akan ada pertunjukan yang menarik!Di sisi lain, baik orang yang mengenal maupun tidak mengenal Luna, datang menghampiri Luna untuk berb
Begitu pria itu selesai berbicara, suasana di ruang perjamuan itu langsung hening seketika.Baik paras maupun bentuk tubuh Luna luar biasa bagus. Selain itu, Luna juga merupakan wanita kaya yang menguasai dua perusahaan besar.Boleh dibilang dia adalah seorang wanita yang cantik sekaligus berkemampuan.Pecundang yang tidak bisa apa-apa seperti Ardika benar-benar tidak layak untuk wanita sepertinya.Kebanyakan orang di tempat itu juga memiliki pemikiran yang sama.Namun, kebanyakan orang hanya berani menyimpan pemikiran itu dalam benak mereka, mereka tidak berani menyinggung Luna.Tidak diduga, ada orang yang berani mengincar Luna tepat di hadapan sang suami, di hadapan orang banyak.Sorot mata mempermainkan atau mengejek tertuju pada Ardika.Mereka ingin lihat bagaimana tanggapan pecundang yang sudah terkenal di Kota Banyuli itu.Namun, di luar dugaan semua orang, saat ini Ardika terlihat sangat tenang."Siapa kamu?"Dia melirik pria di hadapannya itu sekilas, lalu mengajukan pertanyaa
Beberapa orang yang berbicara itu masih relatif muda.Sangat jelas mereka juga pernah mendambakan kecantikan dan kekayaan Luna.Namun, mereka menyembunyikan pemikiran mereka itu dengan sangat baik. Mereka berbicara seperti itu seakan-akan demi kebaikan Luna.Tanpa mereka sadari, mereka sudah berdiri di pihak yang sama dan menyerang orang yang sama.Mereka saling bekerja sama untuk menyingkirkan Ardika, sang "pawang" terlebih dahulu.Adapun mengenai siapa yang pada akhirnya berhasil mendapatkan Luna, itu tergantung pada kemampuan mereka masing-masing."Bu Luna, kamu sudah dengar sendiri, 'kan? Semua orang juga sepemikiran denganku. Sebelumnya, aku hanya membantu mereka untuk mengungkapkan isi hati mereka."Tentu saja Tarim menganggap dirinya yang memiliki peluang paling besar. Ekspresi percaya diri terlukis jelas di wajahnya.Sebelumnya, saat berada di lantai bawah, Luna memang sudah memendam kekesalan dan amarah.Saat ini, melihat Ardika kembali menjadi target ejekan semua orang, ekspr
Dengan adanya dukungan dari Leon, Tarim juga tidak takut Luna kesal padanya dan menegurnya di depan umum lagi.Begitu mengucapkan permintaan maaf, dia kembali mengutarakan hal yang sama seperti sebelumnya.Ekspresi Luna langsung berubah menjadi dingin, dia berkata dengan dingin, "Pak Tarim, sudah kubilang, itu adalah urusan pribadiku, nggak ada hubungannya denganmu!"Tarim tidak menyangka bisa-bisanya Luna menegurnya seperti itu di depan umum lagi.Bahkan tepat di hadapan Leon.Ekspresinya langsung berubah menjadi sedikit muram."Luna, kamu sudah keterlaluan!"Tiba-tiba, ekspresi Leon berubah menjadi dingin. Dia berkata, "Luna, hubungan kakek Tarim dengan kakekmu sudah terjalin selama puluhan tahun.""Dengan mempertimbangkan hal inilah, Tarim baru berbicara jujur dan terus terang padamu. Mengapa kamu malah bersikap seperti itu padanya."Begitu mendengar ucapan itu, sorot mata Ardika yang dari tadi hanya duduk diam di sana langsung berubah menjadi dingin.Walaupun sangat jelas bahwa Leo
Nada bicara meremehkan terdengar jelas dalam ucapan Ardika.Mendengar ucapan Ardika, orang-orang di tempat itu merasa sedikit terkejut sekaligus keheranan.Pecundang itu memperoleh kepercayaan diri dari mana, sampai-sampai berani menganggap remeh Tarim seperti itu?Tak lama kemudian, mereka sudah mengerti maksud Ardika.Luna menguasai dua perusahaan besar yang bernilai triliunan.Memang hanya segelintir orang yang layak untuk wanita kaya sepertinya."Haha, kupikir pecundang itu punya kelebihan apa, sampai-sampai dia berani menganggap remeh Pak Tarim, ternyata dia sedang mengandalkan istrinya ...."Seiring dengan seseorang melontarkan satu kalimat tersebut, orang-orang di dalam ruangan langsung tertawa terbahak-bahak.Ardika tidak memedulikan orang-orang tidak penting itu. Dia menatap Tarim dengan lekat dan kembali bertanya dengan ekspresi yang sangat serius, "Coba kamu katakan, kamu memperoleh kepercayaan diri dari mana, sampai-sampai merasa dirimu layak untuk istriku yang merupakan se
Begitu Ardika selesai berbicara, suasana di dalam ruangan langsung heboh.Namun, bukan karena menganggap serius ucapan Ardika, mereka merasa ucapan Ardika benar-benar konyol."Cih! Pecundang itu sedang berhalusinasi, ya? Apa dia pikir dia bisa memengaruhi proyek dana investasi sebesar dua triliun?""Pecundang itu keluar dari rumah sakit jiwa, mungkin penyakitnya kumat lagi.""Bu Luna, bagaimana kalau kamu obati penyakit suamimu? Hari ini, di sini ada banyak perwakilan rumah sakit, pasti ada yang mengenal psikolog ...."Tawa mengejek, serta sorot mata mengejek tertuju pada Ardika dan Luna.Merasakan sorot mata mengejek tertuju padanya, Luna merasakan seperti ada bilah pisau yang menembus punggungnya, sakit tapi tak berdarah."Ardika, jangan beromong kosong lagi."Luna menarik lengan Ardika, lalu menegur suaminya dengan volume suara kecil dan nada sedikit marah, "Hari ini adalah hari pertamamu bekerja, siapa yang akan mendengarkan instruksimu?!"Ardika adalah manajer umum Perusahaan Inve
Laporan yang disampaikan oleh sekretaris itu tidak hanya membuat Tarim panik seketika, tetapi juga membuat para tamu undangan yang berada di lokasi saling melempar pandangan.Terutama beberapa orang yang mengatai penyakit Ardika kumat lagi tadi. Saat ini, mereka benar-benar ingin hilang ditelan bumi.Detik sebelumnya, mereka masih mengolok-olok Ardika.Detik berikutnya, dana investasi dua triliun Perusahaan Farmasi Sentoro langsung melayang.Mereka seperti mendapatkan sebuah tamparan keras ke wajah mereka masing-masing!Luna juga menatap Ardika dengan sedikit terkejut.Bahkan Luna yang merupakan istri Ardika pun kebingungan.Bukankah ini baru hari pertama Ardika bekerja? Bukankah jabatannya sebagai manajer umum hanya sekadar nama? Lalu, mengapa dia bisa mengambil keputusan mengenai proyek investasi sebesar ini?Selain itu, anggota Perusahaan Investasi Gilra adalah kaum elite dunia investasi. Apa mungkin mereka menuruti ucapan Ardika begitu saja?"Minggir kamu!"Tiba-tiba, Tarim menepis