ke esokan harinya, Apartemen milik Martin berada yang diberikan ke kedua orang tua Jesica. Wanita yang telah menikah dengan Martin itu sedang bersiap pulang ke Mansion Dreams, dimana suaminya tinggal."Ayah, Ibu, hanya ini yang bisa aku berikan," ucap Jesica sambil memberikan kartu Bank miliknya.Reinhard menahan tangan Jesica. "Nak, itu kartu Bank milikmu, lebih baik kamu simpan saja."Jesica menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum. "Tidak apa Ayah, walaupun isinya tidak banyak, tapi setidaknya bisa untuk hidup kalian, nanti kalau kalau aku diberi uang sama Martin, aku pasti akan mengirimnya ke Ayah dan Ibu.""Martin tidak memberimu uang sampai hari ini? Pria macam apa dia itu?!" tegur Sarah yang baru keluar dari kamar.Mendengar suara Ibunya yang begitu menggetarkan gendang telinga, reflek Jesica menoleh.Terlihat wanita paruh baya itu sambil bersungut-sungut menghampiri Jesica dengan wajah menggelap."Sudah kaya tetap saja tidak memberikan nafkah buat kamu, benar-benar pria yang
Daryl menghirup napas dalam-dalam untuk menambahkan kepercayaan dirinya. Pria itu berusaha tetap tenang agar sang istri tidak ikut ketakutan. Ia bergegas mengeluarkan laptop, menyalakannya kemudian memasang Hardisk tempat penyimpanan data perusahaan Leonardo."Tuan Luther silahkan anda lihat sendiri," ucap Daryl sopan sambil menyerahkan laptopnya yang menampilkan data-data perusahaan Leonardo.Norman mengerutkan keningnya saat melihat data perusahaan Leonardo, walaupun ia tidak bergelut langsung dalam dunia bisnis, tapi ia cukup paham dengan perusahaan tersebut.Pemimpin sementara mafia Luther Newland tersebut menatap Daryl dengan tajam lalu buka suara. "Apa maksudmu memperlihatkan data-data ini? Kami tidak ada sangkut pautnya dengan Leonardo Zagal!" "Sa-Saya tahu tuan, anda pasti berpikir begitu, tapi sebenarnya ...." Daryl sengaja menghentikan ucapannya agar Norman penasaran.Norman mengeluarkan pistol, menodongkan langsung ke kepala Daryl. "Aku paling tidak suka dengan orang yang b
Martin tidak tahu kalau ada sekelompok orang yang mengincarnya. Semua itu karena dia baru saja kembali menguasai Souland, sehingga penjagaan di Negara tersebut belumlah seketat dulu ketika ia belum menghilang.Bisa dikatakan Martin masih kekurangan bawahan, mengingat sebagian besar bawahannya sudah berpihak kepada Danil dan banyak yang gugur setelah penyergapan ketika transaksi besar dilakukan.***Samuel, Rudeus dan bawahannya bergegas ke kota Andalas, dimana Martin tinggal dalam Mansion megahnya. Mereka berniat untuk menyerang secara langsung tanpa menunggu lagi. Kedua bawahan Leonardo tersebut tentunya tahu kalau Martin masih belum bisa menggunakan kekuatan penuhnya, sebab itulah mereka langsung berinisiatif menyerang.Iring-iringan mobil taksi terlihat di jalanan menuju Mansion Dreams berada, mereka tampak sudah bersiap menghadapi para bawahan Martin nantinya.Setelah dua jam perjalanan, iring-iringan mobil taksi berhenti tidak jauh dari Mansion Dreams berada.Samuel, Rudeus dan b
Rudeus melesatkan pukulan ke Naza. Namun, Naza juga melakukan hal yang sama.Siluet Naga meraung kearah pukulan Rudeus hingga kedua kepalan tangan keduanya bertemu satu sama lain.Duak!Krak!Ketika pukulan mereka bertemu, terdengar suara retakan tulang dari tangan mereka berdua. Namun, Naza dan Rudeus tidak menarik diri, mereka semakin memperkuat pukulan mereka.Prak! Prak!Tanah tempat mereka berpijak retak, angin berhembus kencang, sedikit merobek pakaian keduanya.Hoek!Rudeus memuntahkan seteguk darah kembali, begitu juga dengan Naza yang terlalu lama menggunakan teknik pernapasan Naga.Mereka berdua sama-sama mengalami luka dalam cukup serius.Krak!Argh!Rudeus berteriak histeris ketika tulang tangannya hancur.SwutDuak!Pukulan pernapasan Naga mengenai telak Rudeus, hingga ia terhempas puluhan meter kebelakang.Uhuk ... uhuk ....Naza bersimpuh ditanah terbatuk-batuk, tenaganya terkuras habis akibat menggunakan teknik terkuatnya yang masih belum sempurna. Ia mendongak menatap
Samuel melesat kearah Sulivan dan Naza. Tinju Brajamusti dengan kedua tangan bertemu dengan dua teknik pernapasan Naga.Duak!Suara benturan keuda pukulan tersebut terdengar cukup keras.Hoek!Naza memuntahkan seteguk darah, mengingat dia sudah mengalami luka dalam cukup serius ketika menghadapi Rudeus.SwutNaza terhempas puluhan meter kebelakang, pria itu berguling-guling ditanah sebelum akhirnya berhenti dan tidak sadarkan diri.Samuel menyeringai, ia menatap Sulivan dengan tatapan hina, ia memperkuat pukulannya, pria tua itu juga terhempas hingga di samping Naza.Sulivan menatap anaknya dengan tidak berdaya, ia mencoba mendekati sang Anak dengan menyeret tubuh ringkih nya. Sepanjang hidup ini pertama kali ia mengalami luka yang cukup serius."Naza," gumamnya lirih sambil menghampiri sang Anak yang sudah tidak sadarkan diri.Samuel berjalan kearah mereka berdua dengan percaya diri, pria itu belum terluka sama sekali, sehingga bertingkah merasa tidak terkalahkan.Suara derap langkah
Naomi yang sedang melawan para bawahan Samuel, ia menoleh ketika mendengar sang Ayah berteriak keras memanggil tuannya. Pria itu menggertakkan gigi ketika melihat sang Ayah dan adiknya terkapar, ditambah tuannya juga tidak sadarkan diri.Naomi langsung marah, ia dengan cepat membunuh para bawahan Samuel kemudian bergegas untuk menyelamatkan mereka.Sementara itu tiga bawahan terkuat Rudeus yang sedang berhadapan dengan bawahan Sulivan dan Martin, mereka juga menoleh kearah Sulivan, melihat Rudeus dan Samuel sudah terkapar tewas, ketiganya seketika menelan ludah, mereka memberi kode satu sama lain langsung pergi dari tempat tersebut meninggalkan anak buah Samuel yang tersisa begitu saja.Mereka bertiga menyadari tidak bisa menang jika dilanjutkan, mengingat dua orang terkuat dikelompok mereka saja sudah tewas, padahal Rudeus dan Samuel merupakan bawahan tingkat atas Leonardo."Ayah!" Naomi menghampiri Sulivan, memapahnya untuk duduk."Naomi, selamatkan tuan terlebih dahulu, bawa dua mas
Mobil yang dinaiki Norman berjalan sangat cepat, bahkan pria itu menelepon polisi Newland untuk mengawalnya agar tidak ada yang menghambatnya di jalan.Daryl yang berada satu mobil dengan Norman berkeringat dingin, wajahnya memucat melihat laju mobil sangat cepat, hingga saking ketakutannya, pria itu kemudian memejamkan mata sambil berdoa dalam hati agar selamat sampai tujuan.Bagi para Mafia, dalam kondisi genting hidup dan mati sudah biasa. Mengendarai mobil dengan kecepatan penuh terbiasa bagi mereka ketika dalam pelarian atau mengejar musuh. Berbeda dengan Daryl yang hanya seorang karyawan perusahan, tentu hal tersebut membuat pria itu memiliki pengalaman baru, bagaimana rasanya ikut dengan kelompok Mafia.Sementara Norman masih dalam perjalanan ke Mansion Dreams tempat Martin tinggal sekarang bersama sang Istri. Di kamar Martin, pria itu sedang dibersihkan tubuhnya oleh Jessica setelah semua jarum akupuntur di cabut.Jesica membasuh tubuh Martin dengan telaten, ia tampak begitu pe
Malam hari di Mansion Dreams. Martin mengerjapkan matanya, pria itu merasakan tubuhnya terasa sakit semua. Ia sedikit mengatupkan rahang untuk menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya tersebut.Pandangan mata Martin mengedar ke segala arah, saat tahu itu kamarnya, ia menghela napas lega. Ketika akan mengangkat tangan kanannya terasa berat, membuat pria itu reflek menoleh.Martin tersenyum saat melihat sang Istri terlelap sambil duduk di samping ranjang dengan beralaskan tangan kanannya. Ia menggunakan tangan kiri untuk mengusap puncak kepala Jesica dengan lembut."Sayang bangun," tegurnya lembut dengan suara parau.Jesica yang merasakan sentuhan tangan Martin, mata wanita itu mengerjap, ia langsung reflek menatap Martin, walau belum sepenuhnya terasadar. Namun, ketika melihat sang suami sudah siuman ia langsung tersadar sepenuhnya."Sayang, kamu sudah bangun," ucapnya langsung memeluk Martin.Martin tersenyum, ia juga balas memeluk sang Istri sambil mengusap punggungnya dengan lembut.Je