Baron menghina Ivan secara blak-blakan, bahkan Baron dengan lantang menyatakan di depan semua keluarga. Aghnia melihat Baron dengan terkejut, “Apa? Baron, dia menyuruh kak Ivan untuk meminta maaf bahkan bersujud kepadanya?” batin Aghnia yang tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut Baron. Ivan langsung melirik Baron dengan mata yang melotot tajam ke Baron, “Apa yang keluar dari mulut kotor itu, Baron? Kau, meminta seorang Ivan Hasya yang terhormat dan juga terpandang ini bersujud kepada orang sepertimu?! Jangan harap, Baron! Jangan harap!” caci Ivan dengan menunjuk Baron dengan jarinya dan wajah Ivan yang menunjukkan emosi tak terbendung dari Ivan kepada Baron. Baron tersenyum dengan begitu bengis, menunjukkan ekspresi wajah yang tidak pernah dilihat oleh siapapun di keluarga Hasya. Mata Baron tertutup, senyuman di wajahnya tertarik dengan begitu lebar. Lalu, Baron berucap, “Kenapa? Apa, kamu menganggap dirimu begitu tinggi hingga lupa kamu tercipta dari tanah? Kamu hany
Baron diam mematung, dikarenakan begitu terkejut dengan apa yang telah dilakukan oleh Aghnia kepada dirinya, kejadian itu sangat mendadak hingga Baron tidak sempat untuk bereaksi. Aghnia melepaskan ciumannya, lalu Aghnia menatap Baron dengan dalam, “I-itu, jangan kamu anggap itu sangat serius!” kata Aghnia dengan wajah yang memerah. Baron, masih diam dan tidak memberikan respon yang begitu kentara. Tapi, ia sudah pasti tidak bisa melupakan kejadian tersebut dengan mudah.“Sudah, kamu mengizinkan aku untuk bekerja, kan? Aku janji, jika aku sakit aku akan langsung pulang!” pinta Aghnia. Baron sebenarnya tidak ingin Aghnia untuk melanjutkan pekerjaannya sekarang. Akan tetapi, pada akhirnya Baron menyetujui hal tersebut, dikarenakan Aghnia sudah berjanji untuk pulang jika merasa sakit, “Baiklah, benar ya jika kamu sakit. Kamu, langsung pulang!” Aghnia mengangguk sambil tersenyum, lalu ia masuk ke mobil di kursi penumpang. Baron pun mengemudikan mobilnya ke perusahaan, di jalan. Agh
Mereka semua terkejut karena mendengar Baron yang akan ditangkap oleh polisi, terutama Nolan. Dia, sangat tidak terima dengan penangkapan Baron.“Apa? Kalian ingin menangkapnya?” tanya Nolan. Aghnia langsung maju ke arah Polisi itu dan bertanya siapa yang melaporkan Baron, “Siapa, yang sudah melaporkan Baron?” tanya Aghnia.“Itu, bisa dijawab nanti. Sekarang, saudara Baron akan kami tahan dulu di kantor!” ucap salah satu Polisi dengan mengeluarkan borgol.“Kalian tidak bisa membawanya begitu saja!” kata Nolan. Tapi, karena Nolan masih terkendala dengan bahasa. Ucapan Nolan pun, tidak direspon dengan begitu baik.“Anda diam saja! Mari, saudara Baron!” “Kalian, tidak bisa membawa Baron!” tolak Aghnia, Aghnia sudah tahu apa yang menyebabkan Baron ditahan. Akan tetapi, Aghnia akan mencoba meluruskannya sekarang, “Maaf, tapi hasil visum sudah keluar. Jadi, sekarang kami akan membawa saudara Baron!”“Pak, ini pasti salah paham! Gak mungkin, Baron melakukan kejahatan!”“Tolong bawa penga
Telpon Baron yang ditutup begitu saja sedikit membuat Baron heran, “Hah? Ditutup?” gumam Baron. Polisi yang sedang mencatat pun bertanya pada Baron, “Bagaimana? Apa pengacara saudara bisa dipanggil?” tanyanya. Baron menggeleng lalu ia menjawab, “Tunggu sebentar lagi, pasti pengacaraku akan menelpo!”“Tapi saudara harus segera memberikan keterangan mengenai kasus yang menjerat saudara!”“Astaga, malas sekali!” batin Baron. Mr. Abraham begitu terkejut karena yang menelponnya adalah Baron, lalu asistennya pun bertanya siapa Baron itu.“Siapa Baron itu? Kenapa Mr. Abraham begitu terkejut?” tanyanya.“Dia seorang legenda! Aku tidak mungkin lupa dengan orang yang menolongku!” ujar Mr. Abraham, “Telpon dia lagi!” perintahnya. “Tapi Mr. Abraham, kita sebentar lagi akan menemui klien kita!” protes asistennya, “Alah, persetan dengan itu! Aku masih mau hidup, cepat telpon dia lagi!” “Baik,” asistennya pun menelpon nomor tadi.” Baron yang sedang berhadapan dengan Polisi pun melihat nomor
Pria tersebut menyambangi Baron dan langsung menanyakan tentang Baron yang berada di penjara. Baron, sempat bingung dengan keberadaanya. Namun, akhirnya dia tahu bahwa dia adalah orang yang mungkin bekerja sama dengan keluarga Hasya, "Jadi, itu Kamu yang membantu keluarga Hasya Lucas?" tanya Baron dengan tersenyum sinis padanya. Dan, Lucas datang untuk mengolok-olok Baron yang sedang dalam penjara. Mungkin, karena saat pesta yang diadakan oleh Walikota Andre, Baron sempat bersitegang dengan Lucas. "Baron-baron, sebenarnya ini baru saja balasan kecil dariku. Siapa suruh, Kamu malah menentangku? Sekarang, Kamu berada di sini. Jadi, Aku bisa dengan mudah untuk mendekati Aghnia!" ujar Lucas dengan begitu angkuh, Baron yanng mendengar itu hanya tertawa dengan keras, "Lucas, Aku tidak tahu darimana Kamu bisa memiliki tingkat percaya diri setinggi itu. Tapi, yang harus kamu tahu bahwa aku bisa dengan mudah menghancurkan dirimu!" kata Baron dengan dirinya yang perlahan berdiri. Lucas yang
Ada seseorang yang terkejut dengan kehadiran dari Mr. Abraham, jelas saja itu membuat Baron dan yang lainnya melihat ke pria tersebut. Pria tersebut memiliki perawakan yang cukup tinggi sekitar 170 cm berusia diantara 27-29 tahun, dan memiliki jambang di wajahnya. Lalu, mengenakan jas berwarna abu-abu, ia membawa koper yang terjatuh.“Anda, Mr. Abraham?” tanyanya, jelas mereka semua bingung dengan keberadaan pria tersebut, “Siapa kamu?” tanya Baron.“Saya, Rudy Artisena. Saya, dipanggil oleh Bu Aghnia untuk menjadi pengacara Pak Baron,” jawab Rudy, Baron melihat ke Mr. Abraham, “Dia mengenal Anda, Anda pasti sangat amat terkenal, bukan?”“Tuan Baron, Anda terlalu menyanjung.” Baron melihat ke Rudy lalu meminta Rudy untuk duduk, “Silahkan duduk, Pak Rudy!” kata Baron, lalu Rudy pun duduk bersebelahan dengan Mr. Abraham, Nolan pun berdiri di belakang Baron.“Senang, bisa bertemu dengan Anda, Mr. Abraham, saya sangat mengidolakan Anda,” ucap Rudy dengan menjulurkan tangannya kepada Mr
Ternyata, mereka merupakan orang yang kemungkinan dibayar untuk menghajar Baron, Baron hanya tertawa karena mereka hanya mengirimkan 2 ekor semut untuk mengalahkan sang harimau.“Dasar, orang-orang bodoh!” kata Baron. Kedua Polisi itu melihat Baron sembari tertawa, “Kau pikir, akan ada polisi yang membantu? Maaf saja, tapi kami sudah mengatur shift jaga sesuai keinginan komandan kami!” ucap salah satu Polisi, “Sungguh sangat disayangkan, tapi tenang saja. Itu hanya, sabun yang dilapisi oleh handuk. Itu akan sakit, tapi tidak akan meninggalkan bekas luka!” Baron kembali tertawa, “Kalian pikir, aku yang terkurung oleh kalian? Ck ck ck, naif sekali, ya kalian? Baiklah, asal kalian bisa menghiburku lakukan semau kalian!” kata Baron yang mulai memanas. Kedua Polisi itu mengambil kursi untuk menikmati pertarungan yang mereka kira, Baron akan dengan mudah untuk dikalahkan.“Mulai!” Kedua orang itu maju dengan di ruangan yang 2x3 meter, yang jelas luang lingkupnya sangat sempit itu mere
Baron sudah benar-benar tidak peduli dengan kode etik yang sudah ia langgar. Karena menurutnya, aparat yang sudah melanggar kode etik harus dibalas juga dengan kode etik yang dilanggar. Baron menodongkan pistol yang ia pegang ke seorang Polisi, Baron langsung menanyakan apa Polisi itu juga terlibat atau tidak dengan komplotan Polisi korup, “Bagaimana, apa kamu bisa menjawab pertanyaanku tadi? Apa, perlu aku ulang? Apa kamu ini, merupakan bagian dari Polisi korup tadi?” tanya Baron dengan nada yang begitu datar. Polisi tersebut sempat ingin bertindak, namun Baron mengingatkannya, “Jika kamu bergerak sekali saja untuk melawan, maka kamu akan aku anggap sebagai komplotan mereka!” ujar Baron. Polisi tersebut mengangguk, lalu Baron memintanya untuk menjawab pertanyaan Baron dengan keadaan Baron yang masih menodong pistolnya, “Siapa namamu?” tanya Baron, “Adi!” jawabnya dengan lantang, “Pangkatmu?” “Tamtama!” Baron cukup memberikan rasa kepercayaan padanya, lalu Baron menanyakan kepa