Aku terkejut dan langsung mengepalkan tanganku. Ketika melihat Taufan pergi, jantungku tiba-tiba berdetak kencang. Kemudian, aku menyelipkan kertas itu ke dalam tas kecil yang kupegang. Ketika hendak pulang, aku masuk ke mobil terlebih dahulu, sementara Harry masih mengobrol dengan beberapa bos perusahaan. Aku memanfaatkan kesempatan ini untuk mengeluarkan kertas dari tasku. Entah kenapa, tanganku agak gemetar. Nomor telepon Taufan beserta namanya tertulis di kertas itu. Tulisannya memberi kesan elegan dan tegas. Ternyata, Taufan memberiku informasi kontaknya. Aku tersenyum senang dan segera memasukkan kertas itu ke kantong dalam tas. Aku bersikap waspada karena khawatir Harry akan diam-diam memeriksa barang-barangku.Dalam perjalanan pulang, Harry mengomentari orang-orang di perjamuan hari ini dengan semangat. Ketika mendengar ucapannya, aku mencibir dan memarahinya dalam hatiku. Aku sama sekali tidak tertarik dengan apa yang Harry katakan. Sebaliknya, aku sedang berpikir untuk mene
Aku tidak bergerak dan sedikit kebingungan. Perilakunya yang aneh membuatku bertanya-tanya. Mungkin inilah yang disebut air mata buaya? Beberapa saat kemudian, Harry berdiri dan berkata tanpa menunjukkan wajahnya, "Tunggu sebentar, aku akan membuatkanmu makanan!"Aku tidak tertarik untuk menebak pikiran Harry. Emosi yang jarang-jarang ditunjukkan olehnya tidak dapat mengubah sisinya yang kotor di dalam hatiku. Aku tidak bisa hidup bersama bajingan ini lagi. Aku harus menjalankan rencanaku secepat mungkin untuk melindungi diriku. Aku tidak akan membiarkan keinginan Harry tercapai. Saat makan, suasana hati Harry kembali normal. Dia berujar seraya tersenyum hangat, "Sayang, ayo makan selagi panas. Minum susunya dulu." Dia merawatku dengan perhatian, seolah-olah segalanya telah kembali seperti semula. Tingkah laku Harry membuatku sedikit bingung."Bagaimana kalau kamu istirahat saja hari ini? Aku rasa berat badanmu turun banyak waktu menggendongmu semalam," ucap Harry dengan lembut dan pe
Ketika panggilan terhubung, aku memberitahukan identitasku. Namun, Taufan langsung menjawab, "Aku sudah tahu."Aku terkejut dan kesulitan menebak emosi dari jawabannya. Beberapa saat kemudian, aku baru tersadar kembali. "Hmm ... aku mau mentraktirmu makan siang. Apa kamu senggang? Aku akan sekalian mengembalikan jaket Anda!""Lagi sibuk," ujar Taufan tanpa basa-basi. Aku merasa sangat canggung dan merasa Taufan adalah orang yang lugas. Ketika aku kebingungan untuk merespons, dia malah berkata, "Jam dua siang, kedai kopi di bawah Eagle Tower."Tiba-tiba, aku melihat ada kesempatan. Ternyata dia bukan menolak, melainkan ada bentrokan waktu."Oke, sampai jumpa sore nanti!" Setelah menutup telepon, aku mengangkat alis dan mengucapkan nama Bright Celestial di dalam hati.Ketika istirahat makan siang, aku menyadari bahwa Harry dan James tidak ada di perusahaan. Sepertinya, mereka pergi makan dengan klien. Aku berbalik dan pergi ke kamar mandi.Begitu memasuki bilik kamar mandi, aku mendenga
Di seberang jalan, terlihat dua sosok yang keluar dari sebuah restoran Italia. Seorang cewek sedang merangkul lengan seorang pria. Tampaknya, mereka baru selesai makan siang dan menghabiskan banyak waktu di sana. Setelah keluar, kedua orang itu berhenti di depan pintu seolah-olah sedang membicarakan sesuatu. Setelah selesai berbicara, wanita itu mencium pipi pria itu. Pria itu pun mengusap kepala wanita itu seraya tersenyum dengan penuh kasih sayang.Kemudian, dia memanggilkan sebuah taksi untuk wanita itu. Setelah wanita itu masuk ke mobil dan pergi, pria itu baru berbalik dan menuju ke sisi lain alun-alun. Kedua orang itu tidak lain adalah Harry dan Jasmine. Wajahku memanas karena merasa sangat malu. Aku tertawa kecil dan menatap langsung ke arah Taufan. "Maaf, situasi ini lucu sekali, 'kan?"Taufan menatapku dengan tatapan serius dan langsung menimpali, "Tidak lucu."Aku berusaha keras untuk mengendalikan rasa malu di dalam hatiku. Awalnya, aku mengira bahwa Harry dan James sedang
Ketika bangun, aku mendapati diriku terbaring di ranjang ruang gawat darurat. Semuanya seperti biasa. Rasa sakit yang dahsyat telah menghilang sepenuhnya. Di sebelahku, hanya ada Taufan yang tampak cemas. Sepertinya, dialah yang membawaku ke rumah sakit. Aku merasa sedikit bersalah karena kondisi mendadak ini mengejutkannya. "Aku membuatmu terkejut, ya? Maaf!" ucapku seraya tersenyum kikuk. "Maaf membuatmu selalu menyaksikan momen-momen paling memalukan di dalam hidupku. Terima kasih! Kamu menyelamatkanku lagi!" "Kamu baik-baik saja sekarang?" tanya Taufan dengan khawatir sembari menatap wajahku dengan serius. "Aku mengidap penyakit batu empedu, jadi ini sudah sering terjadi!" jawabku dengan tenang. Dia memanggil dokter untuk pemeriksaan lanjutan. Dokter menjelaskan padaku tentang kondisi dan tindakan pencegahan secara rinci, lalu memberi tahu Taufan bahwa aku sudah boleh pergi setelah infus. Taufan yang merasa khawatir memastikan kepada dokter lagi. Setelah dokter pergi, aku menasi
Aku turun dari mobil tanpa menunggu Harry. Ketika aku berjalan masuk bersama Adele, Harry mengikuti kami seraya menatapku dan tersenyum tenang. Di masa lalu, dia selalu membiarkanku pergi sendiri. Kali ini, dia jelas ingin memverifikasi apakah aku berbohong atau tidak.Ketika tiba di toko eksklusif, aku melirik sepatu di rak. Sementara itu, Harry berpura-pura menatapku dengan serius. Jelas, dia sedang menunggu momen kebohonganku terungkap. Tanpa diduga, seorang pelayan mengenaliku. "Nona Maya, Anda datang untuk ambil sepatu?" Aku tersenyum. "Iya!""Kami sudah menyiapkannya untuk Anda, saya akan segera membantu Anda mengambilnya!" ucap pelayan itu dan berlari ke dalam gudang. Tidak lama kemudian, dia menyerahkan kotak sepatu padaku. "Ukuran 38, cokelat!" Aku mengambilnya dan melihatnya sejenak, lalu menyerahkannya kepada Harry dan berterima kasih kepada pelayan.Harry tertegun sesaat, lalu segera mengambil kotak sepatu itu dengan lembut. Dia juga merangkulku dengan penuh perhatian dan b
Harry dan Giana menegur dengan keras, "Jasmine …." Sementara itu, Jack malah berujar dengan tidak sabar, "Makan!" Sikap lelaki tua itu sama sekali tidak mengherankan. Dia sangat memanjakan putrinya, yaitu Jasmine. Dia selalu menoleransi segala perbuatan Jasmine, jadi ucapannya sebenarnya tertuju padaku.Adele dikejutkan oleh hal ini. Tangannya gemetar dan tidak sengaja menjatuhkan sendok ke lantai. Suara dentang yang sangat keras menyadarkan diriku. Aku menahan kemarahanku dan membungkuk untuk mengambil sendok Adele, lalu memberinya sendok baru lagi. Setelah melakukan hal itu, aku melihat ke arah Jasmine. "Maksudmu, akulah perusak keharmonisan keluarga ini? Kalau nggak, kamu nggak akan bilang begitu, bukan? Tanyakan saja pada ayah, ibu, dan Harry. Apakah pendapat mereka juga sama denganmu?" Harry tampak muram dan menepuk pundakku. "Jangan dengarkan omong kosongnya, makanlah!" Giana pun buru-buru mencairkan suasana. "Jangan mengucapkan kata-kata buruk terhadap sesama keluarga! Makanla
Pagi harinya, aku tidak sabar untuk pergi ke perusahaan. Begitu tiba, aku memanggil James masuk dan menanyakan detail tentang Hana. Aku merasakan adanya arti lain dari perkataan James, yaitu Hana ini mendambakan Harry. Dilihat dari adegan saat berpapasan dengan mereka hari itu, Harry belum tentu tidak tertarik dengan Hana. Yang sudah sekali selingkuh pasti akan selingkuh lagi. Ketika memikirkan hal ini, hatiku kembali terasa sakit. Dahulu kala, aku mengira kedua orang yang pernah melewati masa sulit bersama sudah pasti adalah cinta sejati! Tidak kusangka, yang kutemui bukanlah orang yang tepat. Namun, aku tidak punya waktu untuk bersedih karena hanya aku yang bisa menyelamatkan diriku. Sementara itu, informasi yang ditemukan oleh Fanny membuatku makin terkejut. Benar saja, ketiga anggota Keluarga Sinjaya memiliki rekening bank. Jasmine tidak hanya memiliki vila, tetapi juga memiliki sebuah perusahaan konstruksi dan dekorasi dengan modal sebesar 20 miliar. Subjek hukum perusahaan itu