Seminggu telah berlalu, Rehan diundang Puteri Salsabila untuk menghadiri temu kangen alumni smansa angkatan ke sembilan yang akan di adakan di sebuah hotel di kawasan Jakarta Selatan. Terdapat kerinduan yang dalam untuk mantan isterinya itu, sudah lumayan lama dia tak bertemu Puteri Salsabila, sejak acara amal beberapa bulan yang lalu.Rehan terpaksa meminta bantuan Roy untuk menemaninya ke acara itu. Siapa lagi yang dia maksud jika bukan Adinda Geraldy. Rehan hendak mengambil salah satu koleksi jam tangannya, dia berencana akan memberikan jam tangan itu ke sekolahnya. Karena tujuan Reuni kali ini sekaligus mengumpulkan bantuan untuk pembangunan laboratorium di sekolahnya yang dulu."Bi, mana kunci lemari jam tangan," tanya Rehan.Bibi Janah datang menyerahkan kunci itu pada majikannya. Rehan membuka lemari jam tangannya, semuanya masih lengkap, tak ada yang kurang. Namun bukan Rehan namanya jika tak mengetahui mana asli dan mana palsu. Dia berteriak keras saat mengetahui empat buah j
Rehan terpaksa membatalkan kepergiannya malam ini, di ambilnya ponselnya di atas meja pajangan."Hallo Roy, aku tak bisa ke acara malam ini, bisakah kau menggantikan diriku ?""Kenapa ? Adinda baru saja menghubungiku, katanya dia sudah siap.""Kalian berdua sajalah yang pergi, katakan pada mereka permohonan maafku, jika ada yang disepakati dalam pertemuan itu segera kabati aku.""Baiklah kalau bagitu."Rehan mematikan pangilannya dan mencoba menghubungi nomor ponsel yang tertera di kartu. Panggilannya masuk namun tidak diangkat. Rehan mulai berpikir, jika Keysa benar-benar pencuri maka tidak mungkin dia mau meninggalkan jejak seperti ini. Apa maksudnya ?Rehan menghubungi telepon panti asuhan. Terdengar suara seorang ibu dari seberang telepon."Assalamu 'alaikum, panti asuhan Al-Jannah.""Waalaikum salam, maaf saya Rehan. Bisakah saya bicara dengan Keysa Geraldy ?" Rehan berbicara dengan sangat hati-hati. Dia belum bisa menyimpulkan apa yang terjadi."Oh non Keysa, dia tinggal di ruma
Mobil patroli polisi yang berhenti depan rumah menarik perhatian Syakila. Dia yang sedang bersiap-siap pergi ke butik melongokkan kepalanya dari jendela kamar. Di belakang mobil patroli, sebuah mobil mewah yang di kenalinya berhenti juga. Syakila melihat dua orang polisi di susul Rehan masuk ke halaman rumahnya. Syakila segera menelpon suaminya yang pagi itu sudah ke kantor. Dia lalu turun dari lantai dua, kedua anaknya pergi kuliah. Kini hanyalah dia bersama para maid yang ada di rumah.Bel pintu berbunyi, Syakila menyuruh maid membukanya, dia sendiri berdiri di belakang maid harap-harap cemas."Permisi, apakah ini rumah Keysa Geraldy ?" tanya seorang polisi.Syakila semakin tak karuan, pasti anak keduanya berulah lagi sampai polisi datang ke rumahnya. Syakila mendengar Rehan mengucapkan salam, setelah menjawab salamnya, Syakila mempersilahkan mereka masuk dan duduk di kursi tamu."Mari..silahkan masuk, silahkan duduk pak, nak Rehan."Syakila lalu duduk di depan Rehan dengan wajah k
Pada akhirnya, inilah yang di takutkan para maid. Keysa di usir dari rumah tanpa membawa satupun pakaiannya kecuali kalung liontin tabung pemberian ayahnya. Karena hari sudah sore, Keysa belum pergi menyerahkan diri. Dia datang ke panti asuhan dan tidur di sana.Untunglah ayahnya tidak menyita ATM, sehingga dia masih bisa membeli beberapa potong pakaian dan sebuah koper."Apakah kau di usir ?" Leo sudah bisa menduga apa yang terjadi, sehingga saat melihat Keysa datang membawa koper, dia sudah bisa menduganya."Kenapa ? Apa kalian disini akan mengusirku juga ?""Itu tidak mungkin."Leo segera meraih koper Keysa. Dia lalu berteriak saat memasuki ruangan."Anak-anak! Ayo lihat siapa yang datang ! Non Keysa akan tinggal bersama kita."Anak-anak yang berada di kamar dan di dapur segera berlari menyongsong Keysa."Horee...Kak Keysa....benarkah ?" kebahagiaan terpampang di wajah anak-anak yatim piatu itu.Ibu Hanifah selaku pengurus panti datang tergopoh-gopoh. "Non Keysa, senang melihatmu.
Ramainya ibukota menunjukkan jika aktivitas pagi ini sangat padat. Kemacetan sudah menjadi hal yang biasa terjadi apalagi di saat jam kerja seperti hari ini.Rehan terjebak macet, dia ingin tiba lebih cepat di cafe yang sudah di tentukan ustad Andras temannya. Rasa penasarannya akan Keysa Geraldy membuatnya rela antri setengah jam lamanya sampai kemacetan terurai dan dia bisa kembali menjalankan mobilnya.Cafe yang di pilih ustad Andreas cukup nyaman, Abdreas tak menyangka sahabat lamanya itu menghubunginya. Mereka dulu sahabat se masa SMP. Andreas melanjutkan studinya di Kairo dan setelah selesai dia mengajar di pondok pesantren dimana dia pernah mengenal Keysa Geraldy.Tiba-tiba Andreas merasa sangat rindu ingin bertemu dengan gadis itu, gadis badung namun berhati mulia dan cerdas. Entah dimana dia sekarang, Andreas tak sempat menanyakan alamat rumahnya. Jika berjodoh dia berniat ingin melamar Ķeysa.Tengah asyik melamun, Andreas tak menyadari jika Rehan kini duduk di hadapannya."M
Sepanjang jalan Rehan mempertimbangkan masak-masak untuk pergi ke kantor polisi, walau jam tangannya sudah di kembalikan namun dia masih sangat penasaran. Rehan menghubungi polisi dan menanyakan bagaimana keadaan gadis itu."Dia sedang sholat di sel tahanan tuan."Rehan merasa jantungnya berdebar, hatinya serasa teriris. Rehan menghubungi Roy, untuk mengetahui kondisi keluarga Geraldy tentu lewat Adinda, tapi dia tak ingin memberi harapan pada gadis itu. Maka satu-satunya cara hanya melalui Roy."Iya hallo ? Kau dimana ? Aku tadi kerumahmu tapi rumahmu di penuhi anak yatim piatu yang bersikeras ingin bertemu denganmu.""Apa ?""Memangnya ada apa denganmu ? Semalam Adinda menemuiku dan mengatakan jika dia sangat malu bertemu denganmu.""Bukan apa-apa, semoga hubunganmu dengan Adinda akan langgeng selamanya.""Apakah karena adiknya ? Menurut Adinda, ayahnya telah mengusirnya dan telah membuangnya sebagai anak," ucap Roy dari seberang telepon.Mendengar itu, tak sadar Rehan menekan klakso
Rehan tak mungkin menjelaskan pada anak-anak ini apa yang sedang dia pikirkan, dia segera mengirim pesan pada pengacaranya untuk segera membebaskan Keysa dari kantor polsii.Rehan menyuruh maid untuk menyiapkan makanan dan mengajak anak-anak yatim piatu itu makan. Setelah itu dia memberikan mereka uang masing-masing satu juta, tapi mereka menolaknya."Maaf tuan, kami bukan pengemis, terima kasih untuk jamuan makan siangnya. Kami hanya ingin kak Keysa bebas, dan tolong bersihkan nama baiknya."Rehan menatap Leo yang mewakili anak-anak ini bicara. Dia lalu mengirim pesan lagi ke bagian humas untuk memberikan bantuan ke panti Asuhan Al-Jannah."Kakak kalian sudah di bebaskan, kalian kesini naik apa ? Sebagian aku antar dan sebagian lagi akan ku suruh sopir perusahaan mengantar kalian.""Tidak usah tuan, kami bawa mobil mini bus milik yayasan, sekali lagi terima kasih. Kami mohon pamit."Sati persatu anak-anak itu menyalami Rehan dan mencium tamgannya. Rehan mengamati mereka satu persatu
Rehan tersenyum puas ketika melihat Keysa keluar dari rumah itu dengan bahagia. Setelah memastikan mobil yang di tumpangi Keysa menghilang, Rehan turun dari mobil dan menuju ke rumah kontrakan."Segera buat rumah ini sebagus mungkin, cat tembok dan pintu kamar di ganti. Usahakan sebelum gadis itu datang rumah ini sudah selesai di perbaiki."Bayu tahu perintah bosnya tak bisa di abaikan. Dia segera menghubungi beberapa orang untuk merenovasi rumah ini sesuai keinginan bosnya. Bahkan dia rela membayar mahal para pekerja. Bayu sendiri menelpon tukang desain rumah dan menyerahkan semua tugas itu padanya. Jika uang yang bergerak maka semuanya selesai dengan tuntas.Keysa pergi ke mesin ATM untuk melakukan transfer ke rekening pemilik kontrakan, namun yang membuatnya terkejut, ATM pemberian ayahnya itu sudah di blokir. Keysa rasanya ingin menangis. Air matanya jatuh menetes di pipi. Ditariknya nafasnya dengan dalam lalu menghempaskannya perlahan. Keysa buru-buru menghapus air matanya, lalu