Pada akhirnya, inilah yang di takutkan para maid. Keysa di usir dari rumah tanpa membawa satupun pakaiannya kecuali kalung liontin tabung pemberian ayahnya. Karena hari sudah sore, Keysa belum pergi menyerahkan diri. Dia datang ke panti asuhan dan tidur di sana.Untunglah ayahnya tidak menyita ATM, sehingga dia masih bisa membeli beberapa potong pakaian dan sebuah koper."Apakah kau di usir ?" Leo sudah bisa menduga apa yang terjadi, sehingga saat melihat Keysa datang membawa koper, dia sudah bisa menduganya."Kenapa ? Apa kalian disini akan mengusirku juga ?""Itu tidak mungkin."Leo segera meraih koper Keysa. Dia lalu berteriak saat memasuki ruangan."Anak-anak! Ayo lihat siapa yang datang ! Non Keysa akan tinggal bersama kita."Anak-anak yang berada di kamar dan di dapur segera berlari menyongsong Keysa."Horee...Kak Keysa....benarkah ?" kebahagiaan terpampang di wajah anak-anak yatim piatu itu.Ibu Hanifah selaku pengurus panti datang tergopoh-gopoh. "Non Keysa, senang melihatmu.
Ramainya ibukota menunjukkan jika aktivitas pagi ini sangat padat. Kemacetan sudah menjadi hal yang biasa terjadi apalagi di saat jam kerja seperti hari ini.Rehan terjebak macet, dia ingin tiba lebih cepat di cafe yang sudah di tentukan ustad Andras temannya. Rasa penasarannya akan Keysa Geraldy membuatnya rela antri setengah jam lamanya sampai kemacetan terurai dan dia bisa kembali menjalankan mobilnya.Cafe yang di pilih ustad Andreas cukup nyaman, Abdreas tak menyangka sahabat lamanya itu menghubunginya. Mereka dulu sahabat se masa SMP. Andreas melanjutkan studinya di Kairo dan setelah selesai dia mengajar di pondok pesantren dimana dia pernah mengenal Keysa Geraldy.Tiba-tiba Andreas merasa sangat rindu ingin bertemu dengan gadis itu, gadis badung namun berhati mulia dan cerdas. Entah dimana dia sekarang, Andreas tak sempat menanyakan alamat rumahnya. Jika berjodoh dia berniat ingin melamar Ķeysa.Tengah asyik melamun, Andreas tak menyadari jika Rehan kini duduk di hadapannya."M
Sepanjang jalan Rehan mempertimbangkan masak-masak untuk pergi ke kantor polisi, walau jam tangannya sudah di kembalikan namun dia masih sangat penasaran. Rehan menghubungi polisi dan menanyakan bagaimana keadaan gadis itu."Dia sedang sholat di sel tahanan tuan."Rehan merasa jantungnya berdebar, hatinya serasa teriris. Rehan menghubungi Roy, untuk mengetahui kondisi keluarga Geraldy tentu lewat Adinda, tapi dia tak ingin memberi harapan pada gadis itu. Maka satu-satunya cara hanya melalui Roy."Iya hallo ? Kau dimana ? Aku tadi kerumahmu tapi rumahmu di penuhi anak yatim piatu yang bersikeras ingin bertemu denganmu.""Apa ?""Memangnya ada apa denganmu ? Semalam Adinda menemuiku dan mengatakan jika dia sangat malu bertemu denganmu.""Bukan apa-apa, semoga hubunganmu dengan Adinda akan langgeng selamanya.""Apakah karena adiknya ? Menurut Adinda, ayahnya telah mengusirnya dan telah membuangnya sebagai anak," ucap Roy dari seberang telepon.Mendengar itu, tak sadar Rehan menekan klakso
Rehan tak mungkin menjelaskan pada anak-anak ini apa yang sedang dia pikirkan, dia segera mengirim pesan pada pengacaranya untuk segera membebaskan Keysa dari kantor polsii.Rehan menyuruh maid untuk menyiapkan makanan dan mengajak anak-anak yatim piatu itu makan. Setelah itu dia memberikan mereka uang masing-masing satu juta, tapi mereka menolaknya."Maaf tuan, kami bukan pengemis, terima kasih untuk jamuan makan siangnya. Kami hanya ingin kak Keysa bebas, dan tolong bersihkan nama baiknya."Rehan menatap Leo yang mewakili anak-anak ini bicara. Dia lalu mengirim pesan lagi ke bagian humas untuk memberikan bantuan ke panti Asuhan Al-Jannah."Kakak kalian sudah di bebaskan, kalian kesini naik apa ? Sebagian aku antar dan sebagian lagi akan ku suruh sopir perusahaan mengantar kalian.""Tidak usah tuan, kami bawa mobil mini bus milik yayasan, sekali lagi terima kasih. Kami mohon pamit."Sati persatu anak-anak itu menyalami Rehan dan mencium tamgannya. Rehan mengamati mereka satu persatu
Rehan tersenyum puas ketika melihat Keysa keluar dari rumah itu dengan bahagia. Setelah memastikan mobil yang di tumpangi Keysa menghilang, Rehan turun dari mobil dan menuju ke rumah kontrakan."Segera buat rumah ini sebagus mungkin, cat tembok dan pintu kamar di ganti. Usahakan sebelum gadis itu datang rumah ini sudah selesai di perbaiki."Bayu tahu perintah bosnya tak bisa di abaikan. Dia segera menghubungi beberapa orang untuk merenovasi rumah ini sesuai keinginan bosnya. Bahkan dia rela membayar mahal para pekerja. Bayu sendiri menelpon tukang desain rumah dan menyerahkan semua tugas itu padanya. Jika uang yang bergerak maka semuanya selesai dengan tuntas.Keysa pergi ke mesin ATM untuk melakukan transfer ke rekening pemilik kontrakan, namun yang membuatnya terkejut, ATM pemberian ayahnya itu sudah di blokir. Keysa rasanya ingin menangis. Air matanya jatuh menetes di pipi. Ditariknya nafasnya dengan dalam lalu menghempaskannya perlahan. Keysa buru-buru menghapus air matanya, lalu
Keysa tak mengerti dengan pemilik rumah kontrakan itu, masih adakah orang sebaik itu di dunia ini ? Menurut Bayu, dia bukanlah pemiliknya, katanya dia hanyalah asistennya. Keysa mulai merasa ragu, sampai ketika dia dan Bayu berpisah di pintu masuk taman kota, dia masih kebingungan.Keysa memesan grab untuk kembali ke panti asuhan. Ibu Hanifah menyambutnya dengan hangat."Bisakah kita bicara ?"Keysa mengangguk dan mereka masuk ke sebuah ruangan kecil yang dijadikan tempat mengurus semua administrasi panti. Terdapat empat buah kursi dan sebuah meja setengah biro. Sebuah komputer lengkap dengan printer diletakkan di atas meja. Terdapat sebuah lemari yang berisi beberapa dokumen. Keysa duduk di salah satu kursi di ruangan itu."Bagaimana bu, apa ada masalah ?" tanya Keysa."Alhamdulillah tidak ada masalah, baru-baru ini kita mendapat bantuan dari perusahaan Citra Karya.""Apa ?" Keysa terkejut, karena seingat dia perusahaan itu milik Rehan. Ceo yang pernah memberikan bantuan satu juta r
Walau masih dalam keraguan, Keysa akhirnya membayar kontrakan itu untuk setahun, setelah itu dia hanya memasukan koper ke dalam kamar dan menyusun pakaiannya di dalam lemari. Tak ada yang bisa dia lakukan lagi kecuali berbelanja untuk kebutuhan dapur. Ibu Hanifah dan Leo kini sudah pamit pulang, begitu juga Bayu. Kini hanya tinggal Keysa dan Nurlela. Keysa berjalan ke dapur, betapa terkejutnya dia melihat semua kebutuhan dapur sudah tersedia, sembilan bahan pokok tersusun rapi di tempatnya. Kulkas terisi penuh, Keysa tak tahu harus bilang apa, dia ingin menghubungi ayahnya untuk menanyakan hal itu. Tapi dia mengurungkannya, dan berencana ingin mengetahuinya sendiri. "Saya memasak menu apa hari ini non ?" tanya Nurlela. Pembantu ini di bayar Rehan, dia harus melapor setiap hari pada bos yang telah membayarnya mahal, tetapi dia harus merahasiakannya. Dilihatnya Keysa menatapnya penuh selidik, namun demi gaji besar yang akan di terimanya setiap bulan, dia harus bersikap profesional. D
Keysa berjalan tak tentu arah, dia bingung dengan apa yang di alaminya saat ini. Pantas saja selalu terjadi perbedaan antara dirinya dan Adinda. Pantas saja dia selalu di abaikan di dalam rumah. Keysa penasaran, sebenarnya apa yang terjadi. Mengapa bibi Hanah bahkan begitu meyakinkannya menyatakan dirinya adalah anak tuan Geraldy.Rehan mengikuti Keysa dari belakang, gadis itu bahkan tak mencegat angkot atau ojek. Dia terus berjalan kaki. Rehan menyadari ada yang tidak beres, sehingga dia tak membiarkan gadis itu berjalan sendirian.Jarak yang di tempuh Keysa lumayan jauh, sepertinya dia tak tahu hendak kemana. Benar saja, tiba-tiba Keysa jatuh pingsan. Beberapa orang segera berlari menolongnya. Rehan memarkir mobilnya di pinggir jalan dan segera berlari menghampiri. Sebelum Keysa di angkat orang lain, Rehan segera berteriak."Jangan sentuh dia."Orang-orang saling memandang, ada yang mengenalinya dan berseru tertahan."Tuan Rehan!"Rehan segera mengangkat tubuh Keysa dan membawanya k