“Oh Clary, apakah kamu baik-baik saja? Siapa pria itu? Apakah dia yang menghamilimu juga?” Ucap Rachel yang sekilas menatap pria yang dimaksud Arkan yang mendengarkan perkataan Rachel langsung mengernyitkan dahinya. Apakah dia pria yang sudah menghamili Rachel? Batin Arkan Clary tertawa mendengar ucapan dari Rachel yang tidak masuk akal baginya. Bagaimana bisa paman kesayangannya ini menghamili Clary. Itu tidak mungkin “Apa yang dimaksud Ibu bahwa pamanku itu telah menghamiliku? Tidak mungkin pamanku berbuat sejauh itu, Bu Guru. Dia adalah pamanku namanya…” Ucapan Clary terhenti karena melihat Arkan langsung berdiri dan segera menghampiri Andreas. Blamm! Arkan langsung memukul Andreas tepat di wajahnya. Pukulan itu sangat keras tapi tetap membuat Andreas masih berdiri dengan kokoh. Andreas membalas pukulan dari Arkan dan membuat Arkan terpental jatuh ke lantai. Situasi di ruangan itu menjadi panik. Sarah, Rachel dan Clary langsung berlari untuk menghentikan perkelahian. Tidak
Rachel berjalan memasuki ruangan dokter untuk memeriksakan kehamilannya. Tubuhnya mengejang dan suhu tubuhnya terasa panas dan dingin secara bersamaan. Telapak tangannya berkeringat. Gugup. Haruskah Rachel masuk ke ruangan pemeriksaan ini? Ingin sekali rasanya Rachel langsung berlari keluar dan pergi entah kemana seorang diri. Namun, di luar masih ada 4 orang yang pasti akan langsung menahannya. Akhirnya Rachel menguatkan dirinya untuk masuk. Saat pertama kali masuk, terlihat papan nama meja dari akrilik ‘dr. Clarissa Olivia, SpOG’ dan beberapa poster yang dipajangkan pada dinding yang berisikan tentang masa-masa kehamilan. Di kursi terlihat seorang dokter wanita berusia sekitar 40 tahunan dengan rambutnya yang terurai memberikan kesan muda pada wajahnya. Dokter cantik itu sedang menuliskan nama pasien di sebuah kertas. Tertulis nama ‘Rachel Amanda’ pada kertas itu. Dokter yang menyadari kehadiran Rachel segera menyuruh Rachel untuk duduk di kursi yang biasa pasien gunakan saat ber
Andreas berhasil menarik keluar Rachel menjauh dari jangkauan Sarah dan Arkan. Lalu membawanya pergi ke suatu tempat. Saat berada di dalam mobil, suasananya hening tanpa suara. Hanya terdengar suara deruan nafas yang beradu dengan suara kemacetan jalan. Keduanya fokus memalingkan wajah satu sama lain. Belum ada yang berani untuk memulai sebuah percakapan. Baik Rachel maupun Andreas, keduanya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.Tidak jauh dari klinik kehamilan tadi, Rachel dan Andreas sudah tiba di sebuah cafe yang bernama Elysian Elegance. Sebuah tempat yang menggabungkan antara keanggunan dan keaslian alam. Tempat ini memancarkan aura elegan yang diimbangi dengan elemen alam yang menenangkan. Desain interior yang bernuansa elegan ditandai dengan furnitur berwarna netral, sentuhan emas mewah, dan pencahayaan yang lembut, menciptakan ruang yang hangat dan indah. Tempat ini sempurna untuk dikunjungi oleh dua insan yang sedang jatuh cinta. Andreas melangkah dan memilih meja palin
“Jahat sekali kau membuatku menunggu selama seharian!” Rachel memukul dada bidang Andreas dengan tangan kecilnya dan tak lama Rachel langsung memeluk tubuh Andreas dan membenamkan wajahnya meskipun tubuhnya hanya mampu menggapai sampai area dada. “Kamu jauh lebih jahat karena meninggalkanku waktu itu. Aku sangat terpuruk dan hidupku seolah hancur. Kamu bisa ambil semuanya dariku asalkan jangan pergi lagi meninggalkanku!” lirih Andreas kemudian menempelkan ujung bibirnya di kening Rachel dan meninggalkan kecupan manis di sana. Tangannya bergerak untuk meraih badan kecil Rachel dan membalas pelukan dari Rachel. Di tengah banyaknya orang yang sedang sibuk menari, di bawah kerlap-kerlip lampu disco yang menyamarkan penglihatan dan suara dentuman musik yang sangat keras. Rachel dan Andreas tidak peduli dengan itu semua, keduanya hanyut dalam hangatnya pelukan. Nyaman. Butuh waktu lama untuk keduanya berada dalam posisi saling berpelukan, sampai akhirnya Andreas melepaskan pelukan dan be
Rachel terbangun dari malam yang dirasa paling buruk sepanjang hidupnya. Tubuhnya terasa remuk dan hancur. Tubuhnya merasakan perih karna paksaan dan terkaan dari Andreas terhadapnya semalam.Rachel mengingat dengan jelas kejadian semalam. Dirinya sudah sepenuhnya sadar. Setiap detik kejadian dan setiap perlakuan kasar Andreas tadi malam masih membekas di pikiran Rachel. Tubuhnya mulai kaku. Dadanya bergemuruh. Dan tanpa permisi, air matanya tiba-tiba keluar begitu saja tanpa bisa dibendung.Andai tadi malam Rachel tidak mampir dulu ke bar. Andai saja tadi malam Rachel langsung memutuskan untuk pulang. Andai saja saat rencananya untuk melakukan makan malam di restoran dengan Tama sesuai dengan rencana. Andai saja Tama benar-benar datang kemarin. Maka kejadian ini tidak akan pernah terjadi.Semua penyesalan ini terlintas di benak Rachel. Rachel benci dirinya sendiri. Rachel benci kepada Tama. Dan Rachel benci dengan pria yang masih tertidur lelap di sampingnya ini.Dilihatnya dengan se
Tik tik tik tik Suara tetesan air keran terdengar memenuhi seisi ruangan kamar mandi yang berukuran sekitar 1,5 x 2,5 meter dengan dinding berwarna putih dan cream itu. Rachel sedang memperhatikan wajahnya dengan lekat pada sebuah cermin berbentuk bundar yang diletakkan pas di atas sebuah wastafel. Wajahnya ini tanpa ekspresi dan tatapannya kosong. Wajahnya pucat bagai raga yang sudah mati. Terlihat riasan make up masih tertanam di dalam wajahnya, apalagi lipstiknya yang sudah menyebar tak karuan melewati batas garis di bibir. Rambutnya apalagi, mana sempat untuk dirapikan. Bahkan tubuhnya saja masih mengenakan pakaian jas lengkap dan belum dilepaskan satu pun. “Astaga! Semalam aku lupa membersihkan wajahku. Mungkin karena pikiranku akhir-akhir ini sedang kacau,” ucap Rachel “Dan tidak mungkin hanya sekali tidur aku bisa langsung hamil, iya kan?” ucap Rachel berbicara pada dirinya sendiri sambil melihat bayangan dirinya pada cermin. Meyakinkan diri. Pertanyaan itulah yang selalu d
“Dua garis merah,” ucap Rachel dengan bibir dan tangannya gemetar tidak menyangka dengan apa yang sedang terjadi. “Tidak mungkin aku hamil,” ucap Rachel yang masih melihat test pack.“Aku tidak paham mengapa ini bisa terjadi. Bagaimana bisa aku hamil?” Rachel berusaha untuk mencerna semuanya. Pergulatan kata terjadi di dalam isi pikirannya. Mencerna setiap keadaan dan setiap momen yang membuatnya sampai sejauh ini.Untuk kebanyakan orang, tanda dua garis merah ini bisa menandakan sesuatu hal yang luar biasa. Sebuah momen yang sangat dinantikan oleh kebanyakan pasangan. Bahkan banyak pasangan yang rela mempertaruhkan segenap raga dan seluruh harta hanya untuk melihat tanda dua garis merah ini. Namun, tidak bagi Rachel. Tanda ini bisa menjadi kemalangan bagi dia. Bagaimana tidak? Tidak pernah dibayangkan sebelumnya dan tanpa persiapan apapun Rachel akan hamil. “Aku akan mengulanginya lagi!” ucap Rachel sambil menghembuskan nafas meyakinkan diri sambil melihat bayangan dirinya pada cer
“Apakah aku gugurkan saja bayi ini?” Sebuah ide gila tiba-tiba saja muncul di dalam pikiran Rachel. Brukk. Rachel dikagetkan dengan suara pintu yang tiba-tiba terbuka. Ternyata seseorang di luar sana penyebabnya.“Rachel!!” Teriakan Sarah sangat menggema di dalam kamar mandi. Perempuan itu hampir kehabisan nafas setelah mendobrak pintu kamar mandi dengan paksa.Sarah Caroline, sahabat Rachel. Sarah merupakan sahabat Rachel yang menemaninya sejak dari SMP hingga sampai sekarang. Sarah selalu ada ketika Rachel senang maupun susah. Sarah menjadi sosok yang sangat penting baginya. Dalam pandangan Rachel, Sarah melebihi sosok ibu yang seharusnya menjaga, merawat, mendidik dan bahkan menemaninya untuk tumbuh. Sarah lebih dari itu.“Ketuk pintu dulu kalo mau masuk!” Ucap Rachel dengan memasang wajah kesal sekaligus kaget dengan kehadiran Sarah yang tiba-tiba.Bagaimana tidak, Rachel yang sedang mencoba mencerna situasi yang sedang terjadi kemudian tiba-tiba Sarah masuk tanpa mengetuk pintu