“Kok gitu sih, Jill? Masa lo ninggalin kita?” Kirana memberengut, tidak terima karena Jillian harus pergi lebih dulu.
Baru saja Jillian menyampaikan bahwa Kenzo datang menjemput untuk membawanya ke New York.Jillian terpaksa harus berkata jujur karena ia tidak memiliki alasan lagi selain itu.“Sorry ya, Kirana … lo tau ‘kan gue dipantau terus sama tiga wali gue.”Tapi dengan sedikit berdusta tidak memberitau jika Kenzo adalah suaminya.“Sampai kapan sih lo di Baby sitter-in gini?” Callista berjongkok, ikut membantu Jillian membereskan pakaian ke dalam koper.“Gue enggak tahu.” Jillian menunjukkan tampang sedih yang dibuat-buat.“Lo berdua aja sama si om ganteng itu di sana?” celetuk Izora bertanya.Gadis yang sedang duduk di tepi jendela sambil mematuti layar ponsel itu sebenarnya tiDi sini, Jillian tidak perlu menyembunyikan hubungannya dengan Kenzo. Tidak ada yang mengenal mereka, jadi ketika Kenzo mengaitkan tangannya di pinggang Jillian saat memasuki loby hotel—Jillian tidak merasa keberatan bahkan merasa senang layaknya gadis yang sedang kasmaran juga bangga dicintai pria seperti Kenzo. Kenzo membawa Jillian duduk di salah satu sofa sementara Dion melakukan check in di Resepsionis. “Berapa hari kita di sini?” Jillian bertanya. Tidak ada panggilan Om lagi di akhir kalimat membuat Kenzo mengulum senyum. “Kamu mau berapa hari? Mau melanjutkan liburan kamu?” Kenzo menawarkan. “Jill sebenarnya belum belanja lho waktu di Paris.” Jillian menggerutu. “Kenapa? Aku udah kasih kartu kredit.” “Karena galau mikirin kamu.” Yang hanya bisa Jillian katakan di dalam hati.
“Aku jemput setelah wawancara selesai, jangan ke mana-mana ya!” Perintah Kenzo tegas dengan suaranya yang lembut. Jillian mengangguk, senyumnya begitu manis ia berikan untuk Kenzo. Kenzo mengecup sekilas bibir Jillian, di depan hair stylist dan para pengunjung lain di salon terkenal yang terletak di Upper East Side. Untuk mendapatkan pelayanan di salon langganan para artis seperti Julia Robert, Uma Thurman dan Nicole Kidman juga Kate Winslate itu Kenzo sampai harus membayar lebih untuk merebut slot karena Salon hanya melayani dengan janji terlebih dahulu. Kenzo meninggalkan Jillian di Salon karena dia harus pergi ke kantor majalah yang mengundangnya dalam Award untuk melakukan wawancara dan pemotretan. Sebelumnya Kenzo sudah diberitahu jika ia memenangkan salah satu nominasi Award, itu kenapa pihak majalah mengundangnya sehari sebelum acara untuk wawancar
Semakin lama Kenzo menatap pria yang katanya daddynya itu maka semakin besar rasa bencinya pada Augusta Maverick terlebih yang pria itu gandeng sekarang bukan mommynya. Augusta Maverick merupakan pengusaha sukses yang terkenal setia kepada wanita yang telah dinikahinya selama tiga puluh delapan tahun. Dari wanita yang bernama Jeniffer itu, Augusta Maverick dikaruniai tiga orang anak laki-laki tampan yang kini memegang banyak cabang perusahaannya yang tersebar di penjuru Negri. “Kenapa berhenti?” Jillian bertanya kemudian matanya mengikuti arah pandang Kenzo yang berakhir pada sosok seorang pria paruh baya. “Itu daddy kamu bukan?” Jillian bertanya lagi karena tidak ada jawaban dari Kenzo. “Bukan,” jawab Kenzo tegas dengan rahangnya yang mengeras. Kenzo membawa Jillian melewati pintu yang dijaga seorang sekuriti dengan pakaian form
Di dalam gedung itu nominasi demi nominasi dibacakan dan dimenangkan oleh berbagai pengusaha dan perusahaan dari seluruh penjuru dunia hingga nominasi yang terdapat nama Kenzo di dalamnya mulai ditayangkan di layar besar yang berada di atas panggung. Semua menoleh ke meja di mana keluarga Maverick berada ketika nama Kenzo Maverick disebut. Mereka yang mengenal keluarga Kenzo tentu tidak mengerti dan tidak mengenal siapa Kenzo Maverick karena setau mereka dari ketiga anak Augusta Maverick tidak ada yang bernama Kenzo. Sementara itu, Kenzo dan Jillian terlihat santai, apalagi Kenzo yang sudah siap untuk menerima penghargaan tersebut. “Kenzo Maverick!” Dan ketika MC memanggil nama Kenzo, kamera langsung tertuju pada meja di mana Kenzo dan Jillian duduk hanya berdua. Kenzo menarik pundak Jillian untuk memudahkannya mengecup pipi Jill
Semua Lampu langsung menyala ketika Kenzo dan Jillian memasuki kamar mereka. Tubuh Kenzo terasa lelah mungkin dampak dari menahan emosi karena harus mengendalikan dirinya sepanjang acara tadi. “Ini apa?” Jillian yang berdiri di depan meja rias bertanya seraya menunjuk sebuah kotak beludru berwarna biru. Raut muram yang tadi sempat tercetak di wajah Kenzo lantas memudar karena senyum pria itu terkembang. “Buka aja,” titah Kenzo seraya berjalan mendekati Jillian. Satu tangannya tengah membuka kancing di lengan kemeja setelah tadi meletakan dasi kupu-kupu dan menggantung jasnya di lemari. Jillian menurut, meraih kotak beludru tersebut. Benaknya menerka-nerka kemungkinan apa yang ada di sana. Ia membayangkan perhiasan karena kotak beludru berwarna biru itu seperti kotak perhiasan. D
“Jadi namanya, Max?” “Iya … anak pertama daddy bernama Keith dan yang ketiga Sean, Max anak kedua.” “Kamu kenal sama mereka?” Jillian bisa merasakan kepala Kenzo menggeleng karena rahang pria itu bergesekan dengan keningnya. “Kita hanya saling tau tapi belum pernah berkenalan dengan benar … beberapa kali aku bertemu mereka di Jakarta dalam suatu forum … atau ketika ada acara para pemimpin perusahaan di Canada dan Australia … tapi enggak pernah bertegur sapa.” “Sekarang … kamu masih marah sama mommy dan daddy?” Hening beberapa menit terbentang, Kenzo tidak mampu menjawab pertanyaan Jillian. “Harusnya sih enggak ya, soalnya kamu sekarang udah sukses tanpa bantuan daddy … kamu berhasil menunjukan kalau kamu itu berharga.” “Enggak semudah itu.” Kenzo bergumam dan Jillian masih
”Baby, bangun … ayo mandi … nanti kamu terlambat ospek.” Kenzo menarik tubuh Jillian yang berbaring membelakanginya, lalu ia masukan tangan ke bawah leher dan paha Jillian kemudian mengangkat Jillian yang tubuhnya masih dalam keadaan polos. “Males ah, aku enggak mau ospek!” Jillian mengeratkan lingkaran tangan di leher Kenzo ketika pria itu hendak menurunkannya di bathub yang telah terisi air. “Kamu harus ospek, biar tahu semua tentang kampus baru kamu.” Kenzo membungkuk lebih dalam untuk menenggelamkan tubuh Jillian ke bathub dan mau tidak mau Jillian terbenam di bathub yang telah berisi air sabun. “Jangan ngambek, donk sayang!” Kenzo mengapit dagu Jillian kemudian menariknya agar ia mudah memberikan kecupan di bibir sensual itu. Bibir Jillian mencebik lantas mendelik tajam sebagai bentuk protes. Jill
“Jill!” panggil Kenzo, menyusul Jillian yang berjalan cepat menuju parkiran. “Tau ah!” seru Jillian merajuk. “Tunggu,” pinta pria itu menambah kecepatan langkahnya. “Jill,” panggil Kenzo lagi yang akhirnya bisa meraih tangan Jillian. “Lepas! Nanti orang mikir yang enggak-enggak.” Kenzo tidak mengerti kenapa Jillian menjadi ketus seperti itu tapi tak ayal ia melepaskan tangan Jillian. Pria itu membuka pintu mobil di kabin depan untuk Jillian lalu memutar setengah bagian mobil dan duduk di belakang kemudi. Sore ini, Kenzo mengemudikan sendiri mobilnya pulang dari kantor. “Kamu kenapa sih?” Kenzo bertanya begitu santai dengan nada rendah saat mobil yang ia kendarai mulai melaju bergabung dengan banyak kendaraan di jalan raya. Jillian tidak menjawab, menol