Share

Mendekatkan

Rani menyembulkan kepala dari balik pintu lalu terbesit sebuah senyuman kala melihat sesosok remaja yang tengah duduk di ranjang rumah sakit.

Sama halnya dengan Rani, remaja laki-laki itu juga tersenyum mendapati sang kakak datang menjenguknya. Dia meletakan kembali buku yang sejak tadi dibacanya ke meja samping tempat tidur.

Terlebih begitu Rani melangkah masuk, Rian tak kuasa menahan rasa bahagianya. Disusul oleh Jia yang ikut melesat ke dalam ruangan. Namun, Jia tak menyapa Rian. Dia langsung mengambil tempat duduk di sofa.

"Kakak," ucap Rian sumringah.

"Gimana kabar kamu? Maafin Kakak karena nggak bisa nemenin kamu di sini," Rani memeluk erat sambil mengusap kepala adiknya.

"Nggak apa-apa, Kak. Lagian Pak Hari sudah memperkerjakan seorang perawat yang khusus jagain aku. Pak Hari baik banget deh, Kak. Beliau juga cerita ke aku katanya mau beliin rumah supaya aku nggak perlu serumah lagi sama Paman."

Pupil mata Rani melebar mendengar cerita Rian. Pasalnya dia tak pernah mendengar jika Pak Hari akan memberikan rumah untuk Rian.

"Kamu serius?"

Rian mengangguk mantap. "Kakak kaget ya? Awalnya aku juga nggak percaya, Kak. Tapi Pak Hari sudah ngasih kunci rumah ke aku. Pak Hari itu siapa sih, Kak? Kok bisa baik banget sama kita."

Rani membuang muka sembari menjatuhkan diri duduk di kursi. "Kakak juga nggak tahu. Tiba-tiba saja Pak Hari Dateng ke hidup kita dan memberikan semuanya. Beliau itu bagaikan malaikat penolong."

"Coba deh Kakak selidiki! Aku penasaran."

"Selidiki bagaimana?"

Rian mengangkat bahu. Dia sendiri tak tahu harus berbuat apa. "Ya, coba Kakak dekati Pak Hari dan pelan-pelan mengorek informasi."

Rani menghela nafas mempertimbangkan, sementara Rian mengalihkan pandangan pada Jia yang duduk sambil menatap deretan kue di atas meja.

"Kamu mau? Ambil saja!" kata Rian pada Jia.

"Boleh?" Senyum lebar di bibir Jia mengembang kala Rian mengangguk. Dia langsung mencomot sepotong kue coklat dari salah satu toples di meja.

Lalu Rani dan Rian masuk kembali ke dalam obrolan tentang Pak Hari yang membuat mereka kurang memperhatikan Jia. Rani berpikir jika Jia tengah menikmati cemilan di meja.

Hingga beberapa saat yang cukup lama, Rani menyadari tak ada pergerakan di sudut ruangan sana. Menjadikan Rani menoleh dan mendapati tubuh Jia yang terbaring di atas sofa.

Jia tertidur. Begitu pikir Rani pada awalnya. Akan tetapi Rani melihat sesuatu yang aneh pada diri Jia. Dia pun berjalan mendekat dan dibuat kagetlah dia kala mendapati Jia yang tengah kejang-kejang dengan dada yang naik turun.

Rani sontak berteriak kencang lalu memeluk tubuh Jia. "Jia, Jia kenapa?"

"Jia kenapa, Kak?" Rian dari atas brankar pun ikut panik melihat kondisi Jia. Terlebih dia yang mempersilahkan Jia makan cemilan di atas meja.

Rani menggelangkan kepala dengan wajah yang sangat pucat. "Panggil dokter sekarang, Rian!"

Tangan Rian menjangkau tombol emergency di dekat ranjangnya dan tak lama kemudian seorang dokter laki-laki beserta seorang perawat wanita berlari masuk ke dalam ruangan.

Rian langsung menunjuk Jia yang tengah dipeluk oleh Rani. Dokter itu dengan cepat mengerti apa yang terjadi. Dia segera mengambil Jia, sementara perawat mengambil brankar kosong yang kebetulan ada di koridor.

***

Alan baru saja keluar dari ruangan rapat ketika ponselnya berdering. Dia mengangkat telepon dari supir pribadi yang biasa ditugaskan mengantar jemput Jia kemanapun pergi.

"Iya, halo. Apa?" Bola mata Alan membelalak mendengar kabar yang disampaikan sang supir. "Oke. Di rumah sakit mana? Aku ke sana sekarang."

Tanpa pikir panjang, Alan langsung bergegas menuju tempat parkir, menaiki mobilnya dan menancapkan gas menuju rumah sakit. Di sepanjang jalan, Alan terus mengutuki Rani. Karena jelas sekali dari cerita sang supir, Rani teledor dalam menjaga Jia.

Sampai di pintu masuk rumah sakit, Alan disambut oleh sang supir yang menunjukan ruangan Jia dirawat. Alan menerobos masuk, di dalam sana dia melihat Jia yang terbaring lemas di atas brankar. Sedangkan Rani berdiri di samping dengan mata sembab.

Alan mendorong tubuh Rani sangat kuat hingga Rani mundur beberapa langkah. Dengan sorot mata setajam pisau, Alan menatap Rani penuh kebencian.

"Kamu apakah Jia?"

"Maaf," ucap Rani menggigit bibir bawah untuk menenangkan dirinya yang bergetar hebat.

"Maaf? Kamu baru saja membuat Jia celaka. Kamu tahu nggak?" suara Alan menggelegar hingga terdengar sampai keluar ruangan.

Emosi Alan tak terkendali. Kebencian pada Rani memuncak saat itu juga. Tangan Alan mulai terayun hendak menampar wanita yang ada di depannya.

Namun, tepat saat itu juga, tangan Alan tertahan oleh sesuatu. Maka Alan pun menoleh dan mendapati Hari tengah mencengkram tangannya.

"Ayah nggak pernah mengajari kamu untuk main kasar sama perempuan, Alan," kata Hari dengan suara yang tenang.

Dia melepaskan tangan Alan dan mengalihkan pandangan pada Rani. Dia tahu apa yang terjadi pada Jia karena sang supir juga memberi kabar padanya.

"Rani nggak bersalah. Dia nggak tahu kalau Jia alergi coklat. Seharusnya kamu sebagai ayahnya Jia kasih tahu ke Rani sejak awal kalau Jia itu alergi coklat."

Alan menghela nafas. Lagi-lagi dia yangd disalahkan dan ayahnya lebih membela Rani.

Dia melirik sebal pada Rani, lalu berkata, "Kamu jangan lagi dekat-dekat sama Jia!"

"Jangan, Papa!" ucap sebuah suara lirih dari atas brankar.

Semua orang menoleh pada Jia, termasuk Alan yang segera berlari menghampiri. Dia menatap tubuh Jia dari ujung kepala sampai ujung kaki untuk memastikan putri kecilnya baik-baik saja.

"Pa, aku mau ikut lomba masak sama Tante Rani di sekolah."

Alan menggeleng kuat. "Enggak. Lomba masaknya sama Papa aja ya?"

"Tapi semua temen aku sama Mama mereka, Pa."

"Sudahlah, Alan. Biarin Jia sama Rani. Kalau kamu khawatir, kamu ikut saja ngawasin mereka," Hari memberi saran sambil menepuk bahu Alan.

Ucapan Hari ada benarnya juga, pikir Alan. Dia masih belum percaya seratus persen pada Rani. Sehingga akan lebih baik jika dia ikut menemani keduanya.

Sementara itu, tanpa terlihat oleh siapapun. Hari tersenyum melirik Alan dan Rani. Menurutnya, acara lomba memasak di sekolah Jia bisa menjadi kesempatan agar Alan semakin dekat dengan Rani.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status