Yunita langsung mengambil handphonenya, membuka instaram, dan memeriksa feed akun milik Roland. Namun hasilnya, nihil. Postingan Roland yang terakhir adalah 2 bulan yang lalu. Ada sedikit perasaan cemas dalam hatinya saat ini.
Selain karena Roland adalah orang yang sangat dicurigai oleh Andre. Yunita tidak bisa melupakan bagaimana Roland menembaknya berkali-kali walau sudah selalu di tolaknya. Hubungannya dengan Roland mulai merenggang semenjak saat itu. Saat di kembali ke Indonesia, dia tidak memberitahu Roland sama sekali.
<TING..>
Sebuah file suara misterius tiba-tiba di upload dalam group obrolan karyawan dan di bawahnya ada tak, HOT NEWS!!
Yunita yang penasaran, langsung mengeklik file suara tersebut.
“Hamil? Ngak usah bercanda,”
“Bercanda, teganya kamu. Setelah apa yang kamu lakukan 2 bulan yang lalu. Saat mabuk, kamu ngak ingat sama sekali?”
“Dengar ya, jangan k
“Ah, itu dari temanku yang di London. Mereka baru tahu aku dapat pekerjaan disini, jadi mereka baru kirim bunganya sekarang,” Yunita memilih untuk berbohong. Untuk saat ini, tidak membebani Andre dengan permasalahan baru merupakan keputusan yang terbaik. Lagi pula, dia belum sepenuhnya yakin apakah bunga tersebut memang dari Roland. Mungkin saja, ada temannya yang mengisengi dia saat ini. Dia dan Andre kemudian saling menatap saat melihat Linda yang diam seperti tidak terjadi apa-apa. Begitu tenang sampai tidak bisa ditebak apakah sedang fokus bekerja atau sedang merencanakan sesuatu yang lain. “5 Menit lagi kita rapat ya untuk strategi penjualan tiket konsernya Ms. Wira,” Andre mencoba untuk bersikap normal. Dia menahan dirinya untuk tidak menanyakan secara frontal kepada Linda soal rekaman yang barusan di dengarnya. “Aku masih ngak mengerti deh. Kenapa di sampai sebegitu kekeh untuk terus mendekatimu ya? Bahkan sampai membuat rencana licik seperti itu,” Sepulang kantor, saat se
Andre berbalik saat mendengar perkataan Ayanya. Dia mejadi penasaran dengan kejadian yang Ayahnya maksud.“Kejadian apa?” Andre bertanya,Namun tidak ada jawaban. Ibu dan Ayahnya Andre hanya saling menatap satu sama lain dalam diam. Tangan Ibunya Andre bahkan tampak agak bergetar memegang sendok dan garpu.“Kejadian apa?!!” Andre kembali berteriak karena tidak mendapatkan jawaban apa-apa.“Apa?!!” Ibunya Andre akhirnya membentak Ayahnya Andre dengan mata melotot, “Sampai kapan kalian mau terbuai dengan wanita itu? Kecelakaan itu juga tidak akan terjadi kalau dia tidak menghubungi Andre setelah mengambil uang yang kuberikan! Kenapa itu jadi salahku?! Dia yang memilih pergi!” Andre tersentak, “Kecelakaan? Uang?”.Meski tidak sepenuhnya mengerti dengan apa maksud ibunya. Mengetahui kalau Yunita meninggalkannya karena uang pemberian ibunya, membuat dadanya terasa sakit. Kepalanya mulai terasa pusing.Kilatan-kilatan memori yang dia lupakan perlahan muncul. Suara-suara acak berdengung di
ARK II : GANGGUAN ORANG LUAR “Ok, tolong perhatiannya semua,” kata Andre yang berdiri di atas panggung, “Ingat, seperti biasa. Saya mau tidak ada kesalahan apapun dalam acara kali ini. Kalian ingat kan apa motto Tim kita?” “Perfection is Everything,” semua anggota Tim 8 dan karyawan lain—yang sudah biasa direkrut oleh Tim 8 saat acara-acara besar—menyorakkan kalimat penyemangat itu bersama-sama. “Memang, Pak Andre itu orang paling kerena di perusahaan kita,” ujar Ranti yang mengamati Andre dari kejauhan. “Kerja sana, ngobrol mulu,” Pak Karto yang mendapati Ranti dan beberapa karyawan perempuan lainnya hanya berdiam diri di pojokan. Dia langsung menegur mereka. Saat Andre sedang memamerkan pesonanya sebagai Team Leader. Yunita di sibukkan mengecek segala persiapan di belakang panggung. Mulai dari Lightning, Sound System, hingga mengetes Grafis yang akan di tampilkan, semuanya dia perhatikan secara detail.
CHAPTER 20 “Mbak Yunita?” petugas kurir menyapa Yunita yang sedang duduk di tangga belakang backstage. “Iya?” “Ini ada paketnya bu,” Yunita terkejut melihat petugas kurir itu membawa bunga; yang lagi-lagi tampak sama dengan waktu itu. Tidak enak untuk mempersulit orang yang hanya menjalankan tugasnya. Dia menerima bunga itu dengan berat hati sambil menengok mencarik keberadaan Andre. Setelah kurir tersebut menghilang dari pandangannya. Yunita mengambil kartu yang ada di tengah tumpukan bunga tersebut. ‘Selamat untuk proyek pertama mu ya,’ ~~Mr.R “Lagi-lagi Mr.R.” Karena muak dengan trik semacam itu, Yunita langsung merobek kartu tersebut, memasukkannya kembali ke dalam keranjang bunga. Dia lalu berjalan membawa keranjang bunga tersebut ke tempat sampah terdekat dan meletakkannya di sana.
Melihat bagaimana Yunita tersenyum di depannya seperti sekarang ini, hati kecil Andre kembali timbul keraguan. “Apakah senyum yang kamu tunjukkan selama ini itu palsu?”“Kenapa kamu menatap aku kayak begitu? Ada yang aneh ya di wajahku?” Yunita bertanya. Dia sedikit merasa heran sekaligus sangsi dengan cara Andre menatapnya saat ini. Dia bahkan tidak bisa menatap mata Andre lebih dari 3 detik.Andre berpikir sejenak. “Apakah lebih baik ku tanyakan langsung saja?”“Ah ngak, aku cuma heran saja. Kenapa kamu bisa tetap cantik seperti ini walaupun sudah lama kita ngak bertemu,”“Gombalan alaymu ternyata makin meningkat ya setelah lama kita berpisah?”Andre tersenyum tipis, dia sedikit merasa bersalah karena keraguan dalam hatinya. Namun, dia juga tidak bisa menghilangkan rasa penasaran dari dalam hatinya saat ini.Berkata kalau ingin melupakan pemikiran b
“WHAT?!” Esoknya, Linda terkejut begitu mendengar cerita dari Ibunya Andre, “Jadi, tante akan membiarkan wanita licik itu terus mempengaruhi Andre?” dia berusaha memanas-manasi ibunya Andre.Linda menggenggam gelas minumannya begitu kuat. ‘Kenapa tidak berhasil sih? Seharusnya kan mereka semakin menjauh setelah semua yang ku lakukan’ dia berkutat dengan pemikirannya sendiri. Jika bertindak lebih agresif, dia takut Andre malah akan menjauh darinya. Namun, tidak melakukan apa-apa malah akan membuat kesempatannya semakin menipis.“Tante sekarang tidak bisa berbuat banyak lagi. Wanita itu sudah mengendalikan Andre sepenuhnya,” Ibunya Andre mencengkeram gelas minumannya cukup keras.Dia masih tidak bisa melupakan kejadian tadi malam; saat di mana dia dipaksa mengaku kalah sepenuhnya di depan Yunita, wanita yang sangat di bencinya. Dia sama sekali tidak menduga kalau Kornelius, suaminya akan berpihak kepada Andr
Yunta terdiam untuk beberapa detik karena terkejut. Namun begitu tersadar, dia mendorong Yoshua menjauh darinya dan refleks langsung menamparnya. Andre yang sudah berada cukup dekat dan awalnya ingin meninju wajah Yoshua, dia malah tersenyum puas sambil menawan dirinya untuk tidak tertawa. “Yoshua, Yoshua. Lu memang ngak ada kapoknya ya,” Yunita membalikkan badannya, “Sayang, aku bisa...” “Ngak usah khawatir, aku sudah liat semuanya. Siapa yang salah, aku bisa tau itu,” Andre tersenyum ke arah Yunita yang raut wajahnya begitu cemas. Dia lalu menggandeng tangan Yunita untuk membuat Yoshua semakin merasa tidak nyaman. “Bagaimana rasanya? Enak kan? Atau masih butuh tambahan dari gue?” tambahnya. Yoshua tampak memandangi Yunita dan juga Andre sebelum akhirnya pergi meninggalkan tempat tersebut dengan rasa malu. Untungnya, meski dengan kejadian tadi siang. Koordinasi Tim 8 dan semua orang yang terlibat tetap bagus. Tidak ada kendala sama sekali dari awal pelucuran produk hingga selesa
Esok paginya, mencium bau masakan yang begitu harum. Hidung Linda bergoyang ke kanan dan ke kiri, otaknya langsung merangsang dirinya untuk segera bangun dan membuka matanya. Namun, dia merasa aneh sangat membuka matanya dan melirik ke sekitarnya. “Dimana gue?” dia bertanya kepada dirinya sendiri untuk sejenak, sebelum akhirnya sadar saat melihat foto-foto Fiona yang di letakkan di pojokan. “Ah, dasar bego,” Linda kembali mengutuki dirinya. Ingin segera kabur dari situasi memalukan tersebut, dengan pelan-pelan dia bergerak di atas sofa. Namun sial baginya, kaki-kaki sofa milik Andre berdenyit saat dia bergerak. “Shit!” dia mengumpat pelan. “Sudah bangun?” mendengar suara berdenyit, Andre menyapa Linda dari arah dapur, “Ngak usah kabur, sarapan dulu. Sekarang sudah jam berapa,” Karena sudah ketahuan, Linda akhirnya berdiri dan memasang senyum canggung. “Ah, memalukan banget sih!!” dia berteriak dalam dirinya. Tapi, ada sedikit rasa senang dalam dirinya. Kapan lagi dia bisa melihat p